Obama Pertaruhkan Citra

Minggu, 10 Agustus 2014 – 07:53 WIB

jpnn.com - PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Barack Obama menjadi topik utama pemberitaan berbagai media dunia. Itu terjadi setelah pemimpin kelahiran Honolulu tersebut memberikan lampu hijau kepada pasukan AS untuk melancarkan serangan udara ke wilayah utara Iraq. Khususnya, di area yang menjadi sarang militan Negara Islam alias Islamic State (IS).

Bayangan bahwa AS akan kembali terlibat dalam perang langsung menghantui penduduk Negeri Paman Sam.

BACA JUGA: ISIS: Menyebar Cepat, Ancam Keamanan Negara Barat

Sebagian masyarakat menyayangkan kebijakan Obama yang berpotensi menyeret AS lagi ke dalam perang tanpa akhir tersebut.

Apalagi, Perang Iraq yang membuat pasukan AS terperangkap dalam konflik tanpa henti dengan militan dan gerilyawan sejak 2003 baru saja usai.

BACA JUGA: Direstui Obama, Pesawat Tempur AS Serang ISIS

Jumat (8/8) Pentagon melaporkan, jet-jet tempur AS mulai menggempur sarang-sarang militan. Babak baru perseteruan pasukan AS dan militan pun dimulai.

Tetapi, Obama tetap bersikukuh pada pendiriannya bahwa dia tidak akan membawa pasukan AS untuk terlibat perang lagi. Itu selaras dengan janji presiden 53 tahun tersebut untuk mengakhiri semua perang di bawah kepemimpinannya.

BACA JUGA: AS Serang Militan ISIS di Irak Utara dengan Pesawat tak Berawak

"Presiden Obama sedang mempertaruhkan reputasi baiknya sebagai panglima militer tertinggi AS yang sukses mengakhiri Perang Iraq," terang Associated Press dalam analisisnya.

Perang Iraq yang bermula pada era Presiden George W. Bush itu berakhir dalam kepemimpinan Obama. Sedikitnya, 4.500 nyawa melayang dalam perang berkepanjangan tersebut.

Seorang pengamat politik AS menyindir Obama. Menurut dia, bapak dua putri itu telah salah langkah. Tetapi, politisi Washington mendukung penuh kebijakan sang presiden.

"Kami sudah membayar mahal dengan tidak berbuat apa-apa. Jika kita tidak mengambil tindakan apa pun, masyarakat akan tetap pasif," ungkap Senator John McCain.

Kemarin (9/8) negara-negara Eropa mulai menyangsikan efektivitas serangan udara AS jika sampai benar-benar terjadi.

Sebelumnya, Obama menyatakan skeptis dengan komitmennya untuk mengakhiri semua perang di bawah pemerintahannya.

Tetapi, dia yakin tidak ada solusi yang lahir dari aksi militer. Negara-negara Barat pun sepakat dengan analisis pengamat yang tidak disebutkan namanya itu.

"Mereka sangat cemas," ujar Barry Pavel, mantan menteri pertahanan yang kini menjabat direktur Brent Scowcroft Center on International Security at the Atlantic Council.

Negara-negara Barat dan Timur Tengah tidak ingin melihat AS menggempur Iraq. Demi keadilan, menurut mereka, sebaiknya AS melancarkan serangan udara di Syria yang kini diduduki IS.

Sebenarnya, bukan baru kali ini AS memberikan lampu hijau kepada pasukannya untuk melawan dan membasmi militan. Pada 2011, dia memberikan sinyal hijau pada serangan udara AS atas Libya.

Tetapi, hingga sekarang, AS tidak pernah benar-benar melancarkan aksi udara atas negara tersebut. Hanya, kebijakan itu telah membuat reputasi Obama sebagai presiden cinta damai buyar. (AP/WallStreetJournal/hep/c23/ tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Selfie Monyet Sulawesi Picu Debat Hak Cipta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler