Obama Sudah Kantongi Bukti

Minggu, 01 Januari 2017 – 17:57 WIB
Barack Obama. Foto: AFP

jpnn.com - JPNN.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yakin Rusia berada di balik peretasan yang membuat tercoreng reputasi Hillary Clinton dalam pemilihan presiden (pilpres) lalu.

Akibatnya, Clinton kalah dan kemenangan berpihak kepada Donald Trump. Konon, itulah tujuan peretasan Rusia.

BACA JUGA: Diplomatnya Diusir AS, Putin Malah Mengundang Pesta

Karena itu, di akhir masa jabatannya, Obama memersonanongratakan 35 diplomat Rusia. Tetapi, Kremlin tidak membalas pengusiran itu.

Bahwa AS dan Rusia tidak pernah akur, dunia sudah mengetahui. Bahkan, dua negara kuat yang pernah menjadi poros Blok Barat dan Blok Timur itu selalu diyakini berada di balik banyak konflik internasional yang tidak kunjung usai.

BACA JUGA: Chris Brown Akhirnya Bisa Meninggalkan Filipina Setelah Ditahan Tiga Hari

Saat AS berkubu kepada satu pihak, cepat atau lambat Rusia pun akan berkubu kepada pihak lawan. Yang paling anyar, AS dan Rusia berkonfrontasi di Syria meski tidak langsung.

Kendati demikian, saat Obama menyebut Rusia mendalangi kisruh pilpres AS pada November lalu, tidak semua orang percaya begitu saja.

BACA JUGA: Pria Shandong Jemput Pengantin Rusia dengan 30 Mobil Mewah

Banyak yang menganggap pemimpin 55 tahun itu asal tuding. Tetapi, sebagian yang lain punya pendapat yang sama dengan Obama meskipun masih menuntut bukti-bukti.

Dan, ternyata Washington memang punya buktinya. Setidaknya, bukti yang mengarah kepada keterlibatan Rusia.

Database Democratic National Committee (DNC) diretas pada pertengahan tahun atau beberapa saat sebelum komite menggelar konvensi nasional untuk menetapkan calon presiden (capres).

Melacak bukti pencurian data elektronik memang tidak mudah. Tapi, selalu ada jejak yang pelaku tinggalkan di sana, entah sengaja atau tidak.

’’CrowdStrike berhasil mengidentifikasi dua pelaku yang meretas jaringan DNC dan kemudian mencuri data berupa surat elektronik (surel) dan lampirannya,’’ terang CrowdStrike, perusahaan teknologi AS yang berfokus mengurusi keamanan dunia maya.

Mereka menyebut nama Cozy Bear dan Fancy Bear. Bagi CrowdStrike dan perusahaan teknologi yang lain, dua nama tersebut sudah tidak asing lagi.

Jejak Cozy Bear dan Fancy Bear memang bertebaran di dunia maya. Dua kode itu malang melintang di server pemerintah dan melakukan aksi pengintaian. Juga peretasan.

CrowdStrike menyebut Cozy Bear sebagai jaringan peretas FSB alias agen intelijen Rusia (dulu dikenal sebagai KGB).

Sedangkan Fancy Bear adalah kode untuk intelijen militer Rusia GRU. Fakta itulah yang membuat Obama menjatuhkan sanksi kepada FSB dan GRU.

’’Analisis kami terhadap jejak-jejak peretasan itu mengarah kepada pemerintah Rusia. Oleh karena itu, kami sangat yakin bahwa merekalah yang mendalangi semua ini,’’ tandas Henry.

Pendapat yang sama dipaparkan beberapa pakar keamanan internet. Mereka yakin peretas data penting Demokrat itu bukan individu atau kelompok tertentu, melainkan pemerintah. Sebab, peretasan tersebut berjalan dengan sangat rapi.

Guccifer 2.0, peretas yang mengaku bertanggung jawab atas pencurian data DNC, diyakini sebagai antek pemerintah Rusia.

Entah dipekerjakan oleh FSB atau GRU. Dan, pelaku bukan hanya satu orang. Para pakar AS yakin Guccifer 2.0 adalah nama yang dipakai oleh jaringan peretas Rusia yang jumlahnya lebih dari satu.

Sayangnya, membuktikan eksistensi Guccifer 2.0 atau menangkap mereka di dunia maya sangat sulit.

’’Semua analisis ini sifatnya hanya penilaian dan investigasi yang tidak disertai dengan bukti otentik. Tapi, setidaknya semua paparan ini bisa diseret ke domain publik,’’ kata Henry.

Analisis semacam itu, menurut dia, masih lebih baik ketimbang metode pembuktian lain yang lebih rumit. Yakni, metode komparasi yang biasanya dipakai oleh agen-agen intelijen pemerintah.

Selain analisis dan komparasi, AS punya sistem canggih untuk melacak pelaku peretasan. Dalam ocehannya tentang spionase AS, Edward Snowden pernah mengungkapkan bahwa NSA alias Badan Keamanan Nasional AS punya peranti yang bisa memantau pergerakan data elektronik dalam skala global. Sistem yang sama dimiliki GCHQ atau Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris.

Dengan segala bentuk analisis dan metode canggih itu, sayangnya AS tidak bisa mencegah terjadinya peretasan.

Pemerintahan Obama hanya bisa melacak dan mengetahui pelakunya, tetapi belum mampu mencegah terjadinya pencurian data elektronik.

Itulah yang membuat Washington lantas memutuskan untuk memublikasikan seluruh metode peretasan Rusia agar perusahaan-perusahaan penting AS bisa memproteksi diri. (BBC/AFP/CNN/hep/c4/any)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perempuan Cantik Rusia Mengaku Istri Vin Rana Mahabharata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler