Ogah 'Di-Bully' Arab Saudi Cs, Qatar Tolak Tawaran Damai

Senin, 03 Juli 2017 – 06:48 WIB
Qatar. Foto: Aljazeera

jpnn.com, DOHA - Ketegangan di antara negara-negara Arab tampaknya belum akan mereda dalam waktu dekat. Pasalnya, Qatar masih teguh menolak di-bully Arab Saudi Cs.

Hingga batas terakhir kemarin, Minggu (2/7), tawaran damai dari Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir tidak disetujui Qatar.

BACA JUGA: Amien Rais Bertemu Rizieq di Arab Saudi, Fadli: Ya Bagus!

Negara yang tengah diboikot tetangga-tetangganya itu menuding mereka tidak sungguh-sungguh ingin berdamai.

Sikap Qatar itu didasari kepada batas waktu yang diberikan hanya sebentar. Tepatnya sepuluh hari.

BACA JUGA: Ketika Habib Rizieq Shihab Bertemu Zakir Naik di Arab Saudi

Padahal, Saudi dkk menuntut 13 syarat yang harus dipenuhi Qatar. Belum lagi tidak satupun dari syarat tersebut mudah dilakukan.

Menteri Luar Negeri Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman al Thani menyatakan bahwa permintaan-permintaan superberat itu memang sengaja sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dipenuhi.

BACA JUGA: Menlu Retno Dapatkan Apresiasi dari PKS

’’Semua orang tahu bahwa tuntutan itu dimaksudkan untuk memangkas kedaulatan negara Qatar, membungkam kebebasan berbicara, serta menerapkan audit dan mekanisme masa percobaan untuk Qatar,’’ ujarnya kemarin.

Dia menambahkan, tidak ada seorang pun yang berhak memberikan ultimatum kepada negara yang berdaulat.

Sebanyak 13 permintaan yang diajukan Saudi dan negara-negara sekutunya memang sulit dipenuhi oleh Qatar. Salah satunya adalah untuk menutup Al Jazeera Media Network.
Padahal, sejak awal Qatar menegaskan tidak akan bernegosiasi tentang Al Jazeera. Media yang memiliki biro terbanyak kedua di dunia setelah BBC itu tidak boleh diganggu gugat.

Saudi dan negara-negara Teluk lainnya menuding Al Jazeera menyediakan platform untuk para ekstremis. Media yang berbasis di Doha itu juga dituding sebagai alat untuk mengintervensi urusan dalam negeri negara-negara tetangga.

Permintaan lainnya, misalnya menutup pangkalan militer Turki di Qatar, juga tidak bisa dilakukan dalam hitungan hari. Sebab, itu merupakan kerja sama jangka panjang dengan Teheran.

Saudi dan sekutu mengancam bakal menambah sanksi untuk Qatar jika menolak tawaran yang diajukan via Kuwait itu. Tetapi, hingga kini, belum diketahui hukuman tambahan apa yang bakal dijatuhkan ke Qatar.

Syekh Mohammed menegaskan bahwa pihaknya tidak takut dengan ancaman sanksi tambahan itu. Pun jika akhirnya Saudi dan sekutu memilih jalur militer untuk penyelesaian.

Yang jelas Qatar masih terbuka jika negara-negara yang memblokadenya saat ini ingin berdialog. Namun, rupanya permintaan tersebut sulit dipenuhi.

Sejak awal Saudi dan para sekutu enggan bernegosiasi dengan Qatar. Sebanyak 13 permintaan yang mereka ajukan juga tidak bisa dinegosiasikan. Begitu tenggat waktu berakhir, tawaran damai hangus dan tidak berlaku lagi.

Salah seorang duta besar UEA untuk Rusia menyatakan bahwa sanksi baru akan meluncur begitu batas akhir sudah habis.

Negara-negara Teluk yang kini bermusuhan dengan Qatar bisa meminta partner dagang mereka untuk memilih. Yaitu, bekerja sama dengan Doha atau mereka. Di pihak lain, Menteri Urusan Luar Negeri UEA Anwar Gargash berpendapat lain.

’’Alternatifnya bukan meningkatkan sanksi, tetapi perpisahan,’’ ujarnya. Qatar mungkin akan dipaksa keluar dari Dewan Keja Sama Negara Teluk (GCC).

Lembaga yang beranggota Arab Saudi, UEA, Kuwait, Qatar, Oman, dan Bahrain itu dibentuk pada 1981 setelah Revolusi Islam Iran dan pecahnya perang Iran-Iraq.

Blokade terhadap Qatar dimulai 5 Juni. Bahrain, Arab Saudi, Mesir, UEA, Yaman, dan pemerintah Libya wilayah timur memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Semua penduduk dan diplomat Qatar diusir. Maskapai penerbangan Qatar juga tidak boleh masuk ke enam negara tersebut.

Penyebabnya adalah komentar dari emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani yang dimuat Al Jazeera. Dia mengkritik kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Iran dan menyanjung negara syiah tersebut sebagai kekuatan Islam.

Qatar mengaku situs kantor berita mereka telah diretas. Tetapi, Saudi dan negara-negara tetangga telanjur berang. Qatar dituding mendukung terorisme.

Kuwait selama ini menjadi mediator bagi Qatar dan negara-negara yang mengisolasinya. Turki dan Iraq juga mendukung Qatar. Semenjak diblokade, Qatar mengimpor bahan pangan dari Iran dan Turki.

Menteri Luar Negeri Italia Angelino Alfano menyatakan siap membantu memulihkan kembali hubungan Qatar dengan negara-negara yang lain. Dia juga meminta Saudi dan sekutu tidak mengambil tindakan lebih jauh yang bisa memperburuk situasi. (Reuters/AFP/Al Jazeera/sha/c4/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Visa Rizieq Berakhir, Imigrasi Tergantung Kemauan Polri


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler