Ogah Kalah Dengan Thailand, Menpar Siapkan Strategi Three In One

Senin, 16 November 2015 – 13:36 WIB
Wonderful Indonesia. Foto: Kemenpar

jpnn.com - JAKARTA – Sukses Thailand mempromosikan pariwisatanya membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya terinspirasi. Menteri murah senyum itu menilai, salah satu keunggulan Thailand ialah kuliner.

Negeri Gajah Putih, julukan Thailand dinilai berhasil mengembangkan kulinernya ke seluruh penjuru dunia. Hal itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Thailand.

BACA JUGA: HEBOH… “Bu Ani Yudhoyono” Jadi Bintang Iklan Situs Belanja Online

“Kuliner, makanan, tata boga, gastronomi itu induknya ada di Kemenpar. Kuliner adalah karya budaya, atau cultural. Dan budaya adalah alasan nomor wahid 65 persen orang berkunjung dan berlama-lama ke Indonesia. Baru 30 persen nature, dan lima persen man made, seperti MICE. Karena itu, sudah betul Thailand melakukan penetrasi kebudayaan besar-besaran melalui makanan. Lebih ampuh menyihir turis untuk datang,” kata Arief, Senin (16/11).

Nah, diam-diam Arief terus mengintai poin-poin penting yang mendorong kesuksesan Thailand. Saat kunjungan ke Melbourne bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Arief berkeliling kota mencari ide dan lokasi untuk memperkuat branding Wonderful Indonesia.

BACA JUGA: Keren! Yuan Siap Tantang Dolar AS, Euro, Yen dan Pound Sterling

“Kami ingin promosi three in one, beli satu dapat tiga. Kami ingin mencari mitra pengusaha restoran, yang menjual masakan Indonesia, lokasinya strategis, di pusat kota, akses mudah, banyak orang lihat. Di situ kami mau branding,” kata Arief.

Pertama, branding Wonderful Indonesia berada di pusat kota dan menonjol. Kedua, masakan atau kuliner Indonesia semakin popular, terdisplay menarik, dan berkembang di luar negeri. Ketiga, restoran atau café itu bisa menjadi tempat nongkrong dan pusat informasi apa saja tentang Indonesia di Australia.

BACA JUGA: Kadin Fokus Berdayakan Pengusaha Daerah dan Sektor UKM

“Syaratnya, yang dijual adalah masalah khas Indonesia. Bisa sate, nasi gorong, mie, rendang, yang saat Wonderful Indonesia Festival 2015 kemarin ramai diserbu orang,” jelas Mantan Dirut PT Telkom ini.

Arief menambahkan, jumlah restoran Thailand di Melbourne mencapai 600 gerai. Posisi kedua diduduki Vietnam yang memiliki sekitar 200 restoran. Sedangkan Malaysia berada di tempat ketiga dengan jumlah 100 gerai.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Ternyata jumlah restoran Indonesia di Melbourne hanya mencapai 30-50 gerai.

“Dari data jumlah restoran itu saja kami sudah bisa membaca mereka sangat serius, agresif mengembangkan budaya kulinernya ke pasar Australia. Karena itu kami akan coba di 2016 branding bersama restoran,” kata Arief.

Thailand dan Malaysia juga disupport oleh pemerintah untuk membuat taste masakannya naik kelas menjadi berselera global. Mengapa masakan Thailand lebih cepat ngeboom di Australia dibandingkan resto Jepang, Korea dan Tiongkok? “Semua materi makanannya dibuat di Thailand, dibekukan, berbentuk frozen, lalu dikirim ke Melbourne, kecuali yang ada unsur dagingnya. Karena tidak boleh memasukkan daging ke Australia, semua harus daging lokal. Nah, saat hendak dihidangkan tinggal dipanaskan dengan mesin, cepat, standar rasanya sama, kontroling mudah,” kata Arief.

Pola itu sangat memungkinkan pada makanan-makanan Indonesia. Kecuali yang ada dagingnya karena harus dimasak sendiri di Australia. Toh, daging Australia lebih empuk, lebih enak, dan lebih terjamin dari berbagai penyakit.

“Kalau problemnya di ketenagakerjaan, kami punya STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) dan Akademi Pariwisata di Bandung, Bali, Medan, Makasar, dan sebentar lagi akan dibuat di Palembang. Kami bisa setting anak-anak itu untuk magang di restoran-restoran Indonesia,” tambah Arief.

Arief menambahkan, kolaborasi dengan kuliner sudah saatnya diseriusi. Benchmarknya sudah jelas. Sukses Thailand dengan slogan Amazing Thailand adalah kuliner.

Thai Food selama ini berhasil mendobrak kemapanan makanan Korea, Tiongkok dan Jepang. Thai Food sudah masuk dalam peta besar,makanan popular Asia itu. “Harus diakui, mereka sudah memulai sejak lama, didukung pemerintah, konsisten dan sukses,” ujar Arief.  

Malaysia kini juga mulai gencar. Di mana ada restoran Malaysia, pasti di situ ada dukungan negara untuk mempromosikan kuliner dan turisme-nya dalam satu paket. Andalan Malaysia adalah Nasi Lemak, rendang dan berbagai menu yang “mirip” dengan Indonesia.

“Kalau Korea meng-global dengan budaya K-Pop, Thailand dengan kuliner asam pedasnya, kita bisa bersaing dengan sate, nasi goreng, rendang, mie goreng, dan aneka snack gorengan,” tegas Arief. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Impor Produk Komoditi Industri Turun 11,75 Persen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler