Ogah Naikkan BBM, SBY Dituding Utamakan Popularitas

Sabtu, 30 Agustus 2014 – 18:08 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Langkanya BBM bersubsidi karena terjadinya defisit anggaran lantaran besarnya subsidi BBM dituding karena kesalahan pemerintah pimpinan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebab penghentian distribusi BBM bersubsidi telah melanggar UU Migas No.22 tahun 2001 pasal 8 ayat 2.

Hal itu disampaikan Mohammad Yamin yang merupakan Koordinator Relawan Seknas Jokowi dalam diskusi publik ’Menyiasati Penghapusan Subsidi BBM dan Kompensasi bagi Orang Miskin" bersama Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof Akhmad Syahkroza CA, PhD, dan pengamat politik Boni Hargens.

BACA JUGA: Apresiasi Penolakan Maruarar soal Rencana Kenaikan Harga BBM

”Presiden SBY harus bertanggungjawab atas ketidakstabilan harga BBM tersebut. Ini karena SBY tidak mengantisipasi masalah BBM ini. Padahal menjadi tangggung jawab SBY, sedangkan kenaikan harga BBM ini kan terjadi sejak zaman pemerintahannya,” terang Yamin seperti yang dilansir INDOPOS (Grup JPNN.com), Sabtu (30/8).

Yamin juga menduga pemerintahan SBY tidak pernah benar-benar serius dalam mengeluarkan kebijakan menangani kelangkaan kuota subsidi BBM dan kestabilan harganya. Termasuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap BBM. Akibatnya, harga BBM yang tidak stabil mempengaruhi kehidupan masyarakat yang memang masih tergantung dengan BBM.

BACA JUGA: Ciptakan Toilet Portabel demi Mudahkan Jemaah Haji

”Mulai dari pengalihan kebutuhan akan BBM beralih ke gas. Pemerintah tak pernah serius dalam kebijakannya, padahal penggunaan BBM ini kan sebenarnya bisa dihemat,” terang Yamin.

Sedangkan Boni Hargens menilai, SBY yang menolak permintaan presiden terpilih Jokowi untuk menaikkan harga BBM karena SBY lebih mengutamakan citra dan popularitas di penghujung masa pemerintahannya.

BACA JUGA: Resmikan Museum Hakka, SBY Ingatkan Lagi Pentingnya Toleransi

”Sebetulnya sudah sering kami sampaikan kalau rakyat butuh kebijaksanaan SBY untuk menaikkan harga BBM sekarang. Jadi jangan hanya mencari popularitas, sebab kalau hanya popularitas maka rakyatlah yang sengsara,” kata Boni.

Menurut Boni, SBY seharusnya sejak dulu menaikkan harga BBM. Namun hal tersebut selalu ditunda-tunda sehingga angaran untuk subsidi BBM kini membengkak. Padahal dengan penundaan kenaikan harga BBM demi pencitraan politik, hanya akan membebankan pemerintahan baru.

”Dengan keputusan SBY yang menunda ini, membuat Jokowi mau tidak mau menaikkan harga BBM setelah dilantik nanti. Harapan kami agar rakyat bisa mengerti situasinya. Kami juga berharap media bisa mensosialisasikannya agar masyarakat mengerti,” tutur Boni. (ind)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Komitmen Jokowi dan Muhaimin Soal Penyusunan Kabinet


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler