Puluhan ribu pengunjung di kota Hobart (Tasmania) akhir pekan lalu hening sekaligus terpana ketika menyaksikan ogoh ogoh yang berupa naga laut itu terbakar.  

Di dalam perut naga laut inilah sebelumnya  lebih dari 10.000 penyesalan dan rasa takut ditulis  dan dimasukkan oleh para pengunjung Dark Mofo Festival yang berlangsung tanggal 10-21 Juni dengan harapan kekhawatiran itu hilang bersama dengan terbakarnya ogoh ogoh.

BACA JUGA: Terkesan Tradisi Ramadan, Dubes Australia Bukber 15x

Sebelum dibakar ogoh ogoh ini bersama dengan dua ogoh ogoh lainnya berbentuk mahluk jahat dan binatang diarak oleh ratusan gabungan antara masyarakat Indonesia dan Tasmania mulai dari Salamanca Place menuju Dark Park di Macquarie Point yang berjarak sekitar 1,3 km dan diiringi oleh  belasan ribu penonton.

Ogoh ogoh,  Bambu gila dan Gamelan yang menjadi atraksi utama pada  rangkaian acara penutupan festival ini merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Tasmania, museum Mona, panitia Dark Mofo, Taste of Tasmania, University of Tasmania dengan Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Kementerian Pariwisata, KBRI Canberra dan Konjen Melbourne.

BACA JUGA: Benarkah Tradisi Fine Dining sudah Mati?

Pertunjukan Bambu Gila dengan mendatangkan seniman dari Ambon  

Foto: KBRI Canberra

Selama festival berlangsung, the Asia Institute Tasmania  juga telah melaksanakan workshop budaya Indonesia yang diikuti oleh 400 siswa sekolah di Tasmania.

BACA JUGA: Pembangunan Daerah Perlu Kebijakan Jelas

Untuk menjadi atraksi utama pada penutupan festival ini, tiga seniman sengaja  didatangkan langsung dari Bali dan  tinggal selama 2 bulan di Hobart untuk membuat ogoh ogoh sekaligus melatih Tari Kecak. 

Demikian juga para penari Bambu gila didatangkan langsung  dari Ambon. Penonton yang tidak mampu menahan kekuatan bambu gila  

Foto: KBRI Canberra

Sebelum dibakar ogoh ogoh yang diletakkan di panggung utama ini menyajikan atraksi spektakuler berkolaborasi secara harmonis dengan grup Chorus dan penari lokal Tasmania dan American 32 piece percussion orchestra  Itchy-O.

I Ketut Rina seniman Bali beraksi secara spektakuler sambil menunggang naga laut bergerak dinamis mengikuti ritme musik dan dikelilingi oleh para pembawa obor sekaligus pengusir roh jahat ini berhasil membuat perasaan belasan ribu penonton hanyut terbawa suasana sakral. Ogoh Ogoh mulai diarak oleh ratusan orang gabungan masyarakat Indonesia dan Tasmania

Foto: KBRI Canberra

Setelah I Ketut Rina turun dari punggung naga, Ketut yang berambut panjang terurai ini terlibat drama spektakuler dengan para penari kecak dengan permainan bola api yang berujung pada pembakaran ogoh ogoh naga laut. Tari kecak dan bola api yang memukau pengunjung  

Foto: KBRI Canberra

Perpaduan kegelapan dan dinginnya malam di musim dingin saat ini yang disertai dengan  kobaran api yang membakar ogoh ogoh menjadi puncak acara yang selama ini dinantikan oleh pengunjung festival.

Dalam sambutannya sebelum dimulainya arak arakan ogoh ogoh,  Menteri Utama (Primer) Tasmania Will Hodgman menyatakan apresiasinya kepada pemerintah Indonesia yang berperan  aktif dalam memeriahkan  festival ini.

Dark Mofo festival merupakan salah satu festival terpopuler di Australia yang tahun ini pengunjungnya mencapai 50.000 orang dan menghabiskan dana sebesar $880.000 (sekitar Rp 8,8 miliar). Pembakaran ogoh ogoh yang  menjadi atraksi puncak Resfival Dark Mofo  

Foto: KBRI Canberra

Sementara itu Duta  Besar RI,  Nadjib Riphat Kesoema menyatakan bahwa keterlibatan Indonesia dalam festival ini menunjukkan keeratan  hubungan Indonesia dan Australia dimana seni dan budaya menjadi jembatan utamanya. 

Menurut Duta Besar Nadjib Riphat penampilan pertunjukan budaya di festival ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada masyarakat Tasmania dan juga Australia akan kekayaan budaya Indonesia.

Ogoh ogoh memang kini telah terbakar menjadi abu bersama dengan rasa khawatir dan penyesalan masyarakat Tasmania yang tertulis dan diletakan dalam perut Ogoh ogoh.

Namun festival ini masih menyisakan satu acara lagi yaitu acara berenang tanpa busana pada pagi hari di tengah dingin nya suhu musim dingin di laut di Sandy Bay's Long Beach  pada hari selasa pagi sebagai simbol pembersihan diri dan jiwa yang menandai diakhirinya festival ini secara resmi.

* Prof Ronny R. Noor adalah Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI di Canberra. 

BACA ARTIKEL LAINNYA... ELL: Apa Hobi Favorite Anda

Berita Terkait