Oh Tidak..Burung Cenderawasih Semakin Terancam Punah

Senin, 18 Juli 2016 – 10:23 WIB
Seekor burung Cenderawasih Raja yang sempat ditemui di Distrik Nimbokrang. Foto: dok/Cenderawasih Pos

jpnn.com - JAYAPURA - Maraknya aktivitas pembalakan liar di Kabupaten Jayapura, mengancam habitat burung Cenderawasih, atau yang disebut juga burung surga (bird of Paradise) di wilayah tersebut.

Status hutan konversi di Nimbokrang misalnya, yang bisa digunakan untuk investasi perkebunan mengakibatkan Cenderawasih terancam. Menurut Tim World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Program Papua, dari sekitar 32.202 Ha hutan di Distrik Nimbokrang, sekitar 7.750 Ha telah digunakan untuk perkebunan kelapa sawit. 

BACA JUGA: Arya Permana, Bocah Tergemuk Itu Ngotot Tinggalkan Rumah Sakit

Koordinator Pengelolaan Hutan Berkelanjutan WWF Indonesia Papua Program, Piter Roki Aloysius mengatakan, Nimbokrang merupakan salah satu lokasi wisata pemantauan burung Cenderawasih di Kabupaten Jayapura. Sayangnya, aktivitas itu dapat terganggu dengan pembalakan liar jenis pohon merbau, linggua, dan matoa.

“Berdasarkan pantauan di lapangan, sebanyak 16 meter kubik kayu yang dibawa oknum pembalakan liar dari Nimbokrang per hari.  Mereka hanya membayar warga sebesar Rp 200.000 per meter kubik. Kondisi ini dapat mengancam populasi 78 jenis burung khususnya burung Cenderawasih yang menjadi salah satu satwa khas Papua terancam hilang,” ungkapnya, seperti dilansir Cenderawasih Pos, Sabtu (16/7). 

BACA JUGA: Pamit Ikut Pra-MOS, Siswi Cantik Hilang

Di Nimbokrang menurut Piter, terdapat tiga lokasi wisata pemantauan burung Cenderawasih yaitu Isio, Jalan Korea, dan Gantebang. Di tiga lokasi itu, terdapat empat jenis burung cenderawasih yakni Cenderawasih Raja (Cicinnurus regius), Cenderawasih Kecil atau Cenderawasih kuning-kecil (paradisaea minor), Cenderawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleucus) dan Cenderawasih Paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill (Epimachus meyeri). 

“Di setiap lokasi, wisatawan dapat menemukan sebanyak 10 ekor burung Cenderawasih pada pukul 05.00-07.00 WIT dan pukul 15.00-17.00 WIT. Cenderawasih Raja termasuk salah satu jenis yang langka dan jarang ditemui di wilayah lain selain Jayapura,” ujarnya.

BACA JUGA: Penjual Bensin Ditemukan Tewas di Selokan, Diduga karena Kumat

Terkait kondisi, pemerintah daerah menurutnya harus bisa menertibkan aktivitas pembalakan liar walaupun areal hutan di Nimbokrang berstatus hutan konversi. Salah satu caranya adalah mengembangkan potensi wisawa melihat burung cenderawasih di Nimbokrang. 

“Sebenarnya potensi wisata melihat burung cenderawasih sangat tinggi. Jumlah kunjungan wisatawan asing untuk melihat satwa itu di Nimbokrang mencapai 100 orang pada tahun lalu. Setiap kunjungan, satu rombongan wisatawan hanya membayar Rp 500.000 saja,” kata Piter.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Yan Jap Ormuseray ketika dikonfirmasi membenarkan tingginya aktivitas pembalakan liar di Nimbokrang. Namun pihaknya belum mendata jumlah pembalakan liar di sana. Masyarakat pemilik hak ulayat diakuinya mudah terbujuk dengan uang dari para pelaku. Mereka beralasan membutuhkan uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. 

“Pembalakan liar terjadi karena minimnya petugas Dinas Kehutanan dan sarana prasarana. Sementara luas wilayah di Nimbokrang sangat luas dan kondisinya geografisnya sangat sulit. Kami sudah berkali-kali mengajukan permintaan bantuan ke Kementerian Hutan dan Lingkungan Hidup namun belum ditanggapi hingga kini,” kata Yan. (jo/ade/nat/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... ASTAGA! Si Bujang Lapuk Sendirian Di Gubuk, Ternyata...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler