OJK Panggil Bank Syariah Bermasalah

Senin, 03 Februari 2014 – 07:01 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewaspadai pertumbuhan tingkat non performing financing (NPF) atau rasio pembiayaan bermasalah bank syariah. Karena itu, regulator dan pengawas industri keuangan itu pun memanggil bank syariah yang memiliki NPF tinggi.

 

Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Edy Setiadi mengatakan, upaya pemanggilan bank tersebut setelah pihaknya memilah beberapa bank dengan NPF yang hampir menembus batas tertinggi 5 persen. "Dalam semester ini akan terjadi pelunasan dari NPF tersebut. Jadi tahun ini kami harapkan (NPF) bisa membaik," ungkap Edy.

BACA JUGA: Proyek Pemerintah Bisa jadi Underlying Swap

Namun, saat ditanya mengenai bank syariah mana saja yang membukukan NPF tinggi, Edy enggan menjabarkan. Perlu diketahui, saat ini secara total ada 194 perbankan syariah. Perinciannya, 11 bank umum syariah (BUS), 23 unit usaha syariah (UUS), dan 160 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS).

BACA JUGA: Harga Emas Naik Rp 10 Ribu

Merujuk data statistik perbankan yang dihimpun OJK, tingkat NPF bank syariah per November 2013 mencapai 2,96 persen. Angka tersebut naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar 2,50 persen. Posisi tersebut juga termasuk tinggi dibandingkan rata-rata NPF setahun terakhir yang sebesar 2,80 persen.

Dari total pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 179,28 triliun, NPF perbankan syariah secara nominal mencapai Rp 5,30 triliun. Jika dirinci, pembiayaan macet mencapai Rp 2,92 triliun. Sementara pembiayaan dalam perhatian khusus dan kurang lancar masing-masing sebesar Rp 8,61 triliun dan Rp 1,45 triliun.

BACA JUGA: Wamendag Dinilai Pantas Gantikan Posisi Gita Wirjawan

Level NPF pada BPR Syariah tercatat sangat tinggi, yakni 7,48 persen atau di atas ambang toleransi 5 persen per November 2013. Dengan pembiayaan sebesar Rp 4,35 triliun, jumlah yang bermasalah mencapai Rp 326 miliar.

"NPF itu sebenarnya juga tecermin dari ekspansi. Tapi kini kami melihat peruntukannya. Jika volumenya meningkat, seperti biasa kami panggil dan bagaimana bisa diturunkan," tuturnya.

Edy berharap dengan adanya pengawasan terintegrasi, pengawasan di perbankan syariah tidak akan kalah dengan bank konvensional. Apalagi, saat ini bank syariah juga masih diberikan perhatian khusus atas performa kreditnya.

"Pada 2016 bank syariah akan diberlakukan kelas berdasarkan BUKU (kategori kegiatan usaha bank berdasarkan modal inti, Red). Jadi saya kira syariah bisa mengejar pembiayaan peroduktif," jelasnya.

Sementara itu, hingga November 2013, jumlah aset BUS mencapai Rp 174,05 triliun. Kemudian aset UUS menembus Rp 59,07 triliun. Sementara aset BPR syariah tercatat paling kecil, yakni Rp 5,68 triliun.

Penguasaan pangsa pasar perbankan syariah tahun ini ditargetkan bisa mencapai 7 persen dari perbankan konvensional. "Ada keinginan juga salah satu BPD (bank pembangunan daerah) tahun ini mau convert ke syariah. Jadi itu bisa mendorong aset dan penguasaan pasar," ujarnya. (gal/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bintang Toejdoe Kirim Relawan ke Sinabung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler