Okupansi Rendah, PHRI Berharap Tak Ada Hotel Baru di Malang

Selasa, 22 Agustus 2017 – 03:24 WIB
Ilustrasi tamu hotel. Foto: JPNN

jpnn.com, MALANG - Okupansi dari empat ribu kamar hotel di Kota Malang hanya berkisar 50–60 persen.

Penambahan jumlah kamar berdampak pada menurunnya okupansi.

BACA JUGA: Kata Pak Bupati, Jumlah Penduduk Miskin Turun

Itu pun belum termasuk penambahan dua ribu kamar baru yang bakal beroperasi dalam waktu dekat ini.

Karena itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Malang berharap tidak ada penambahan hotel baru.

BACA JUGA: Anjing Gigit Bocah Hingga Tewas Bakal Dibunuh

Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Malang Dwi Cahyono memaparkan alasan kenapa tidak perlu ada penambahan hotel baru.

Di antaranya, ada beberapa zona di Kota Malang yang sudah padat dengan keberadaan hotel dan tidak memungkinkan ada penambahan lagi.

BACA JUGA: Dijerat KPK, Kader PDIP Mundur dari Jabatan Ketua DPRD Kota Malang

”Tambah hotel tapi ruangannya kecil, ya percuma. Apalagi lahannya tidak memungkinkan,” ujar Dwi usai dilantik dan dikukuhkan sebagai ketua BCP PHRI Malang di Hotel Balava, Jalan Kolonel Sugino, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Kedungkandang, kemarin (21/8).

Dwi menyatakan, penambahan hotel akan memperparah kemacetan.

Jika kemacetan makin parah, Dwi yakin dampaknya juga dirasakan hotel. ”Wisatawan juga akan kesulitan datang ke hotel (kalau kondisinya macet),” kata budayawan itu.

Lantas, bagaimana dengan pengusaha yang ingin berbisnis hotel?

Menurut Dwi, penambahan hotel hanya memungkinkan untuk kawasan Malang Timur.

”Bukan bermaksud moratorium penambahan kamar baru. Mungkin bisa dialihkan ke daerah Malang Timur. Misalnya, di sekitar Kedungkandang,” papar owner dari Resto Inggil itu.

Alasan lainnya adalah karena banyaknya owner maupun GM hotel yang mengeluhkan minimnya tamu.

Okupansi penuh hanya terjadi saat weekend. Namun, untuk weekday, okupansi rendah.

Dwi mengaku sudah mempunyai strategi agar bisnis hotel menggeliat lagi.

”Untuk weekday (Senin sampai Kamis) kami buat promosi low season tourism,” katanya.

Di sisi lain, Dwi berharap programnya itu mendapat dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.

”Pemerintah bisa jadi partner dalam pengurusan pariwisata, khususnya perhotelan. Kami juga berharap agar pemerintahan menggelar event di hari-hari aktif,” tambah pemilik hak paket Malang Tempo Doeloe (MTD) itu.

Sementara itu, PHRI pun mengamati perilaku wisatawan. Selama ini, tamu menginap hanya satu sampai dua hari.

”Kalau menuju kota tujuan wisata itu kan minimal menginap tiga malam,” kata dia. (fis/c3/dan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Geledah Pemkot Malang, KPK Tetapkan Ketua DPRD Jadi Tersangka


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler