BACA JUGA: Alonso Dua Tahun Lagi di Renault
Seperti apa?Laporan SYUKRON MUTTAQIEN, Sleman
Suasana SMA 1 Ngaglik, Sleman, DI Jogjakarta, pada Senin (3/11) pagi lalu lain daripada biasanya
BACA JUGA: Barcelona-Sporting Lisbon Lolos 16 besar Liga Champions
Siswa tampak begitu antusias untuk menyambut salah seorang murid terbaik di sana, Doni Tata Pradita.Ya, itu adalah hari pertama Doni masuk sekolah sejak awal tahun lalu
BACA JUGA: Modal Awal Menuju Copa
Setelah mengikuti seri terakhir di Valencia, dia tiba di Jakarta pada Kamis lalu (30/10)Praktis, hanya tiga hari dia beristirahat setelah menjalani lomba dan perjalanan yang melelahkan itu untuk kembali sekolahKetika Radar Jogja (Jawa Pos Group) menemui Doni di SMA 1 Ngaglik, putra pasangan Kiswadi dan Haryani itu tampak masih kekelahanBeberapa kali siswa kelas 3 jurusan IPS itu meringis sambil memegang puncaknya
''Agak sedikit terkilirBaru hari ini (Senin, Red) akan diperiksakan ke dokter untuk dilihat bagaimana kondisinya,'' ujar Doni.
Meski masih lelah, tidak mengurangi semangat Doni untuk menceritakan pengalamannya selama mengikuti GP 250 ccBersama tim Yamaha Pertamina Indonesia, dia mengaku mendapatkan banyak pelajaran dari 18 seri yang diikutinya
"Saya bisa bertemu, ngobrol, dan belajar dari banyak pembalap hebatIni akan menjadi bekal yang berharga bagi masa depan karir saya,'' kata pembalap berusia 19 tahun itu
Selama delapan bulan di luar negeri, Doni mendapatkan banyak pengalamanBaik suka maupun dukaPaling menyenangkan adalah ketika dia merebut poin di Sirkuit Shanghai pada 4 Mei laluDi tengah kondisi hujan, dia sukses finis ke-15Itu menjadi sejarah tersendiri bagi dunia motorsport tanah air karena menjadi poin pertama yang direbut pembalap Indonesia di ajang grand prix motor
Sebaliknya, kesedihan beberapa kali juga dia alamiPaling sering adalah perasaan kangennya kepada orang tua dan adiknyaNamun, itu sedikit tertolong dengan intensnya mereka berkomunikasi, baik melalui telepon maupun chatting
Kesedihan lain dialami Doni menjelang lomba di Malaysia pada 19 Oktober laluSehari menjelang lomba, bos tim Yamaha Pertamina Indonesia Dieter Stappert meninggal dunia setelah tiga bulan mengalami koma akibat serangan jantung
''Sakitnya Dieter membuat suasana tim sedikit kurang enakItu disebabkan sebelumnya almarhum yang mengurus semua kebutuhan kami, mulai sewa hotel, pengaturan jadwal, hingga strategi dalam balapan,'' papar Doni
Pulang dengan raihan satu poin tentu saja tidak membuat puas DoniNamun, dia tidak menyesalinya karena sudah berusaha memberikan yang terbaik sepanjang musimSelain karena faktor pengalaman yang masih minim, hal itu disebabkan motor yang dikendarai Doni terbilang ketinggalan zaman
Terlepas dari kekurangan itu, dia mendapatkan banyak pelajaran yang bisa dibawa pulangPaling nyata adalah kemampuan bahasanya yang semakin baikKarena yang menjadi bahasa sehari-hari di tim adalah bahasa Inggris, dia kini sudah bisa cas cis cus ngomong bahasa tersebutSelain itu, dia bisa bercakap-cakap dalam bahasa Spanyol meski kurang lancar
''Saya bisa bahasa Spanyol karena team director kami berasal dari sana, yaitu Kino ConterasSaya diam-diam belajar dari percapakannya dengan beberapa mekanik lain yang berasal dari Spanyol,'' ungkapnya
Kemampuan bahasa yang lebih baik itu menjadi bekal berharga bagi Doni untuk menghadapi ujian nasional beberapa bulan lagiSetidaknya untuk mata pelajaran bahasa Inggris dia lebih siap meski sudah lama tidak sekolah
"Saya biasanya mendapatkan materi pelajaran melalui internetNamun, tetap saja tidak bisa mendapatkan yang bisa didapatkan teman-teman,'' bebernya(ang)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Problem Fisik Bikin Labil
Redaktur : Tim Redaksi