Omicron

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 17 Desember 2021 – 14:49 WIB
Ilustrasi. Varian Omicron masuk ke Indonesia. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Virus mutasi baru Omicron akhirnya masuk juga ke Indonesia. Pemerintah akhirnya mengakui varian virus itu sudah masuk, setelah sebulan terakhir menjadi spekulasi.

Semua sudah mafhum bahwa Omicron ini enam kali atau sepuluh kali lebih ganas dari varian Covid-19 yang selama ini ada. Di Eropa dan Amerika penularan varian ini menjadi ‘’outbreak’’ yang merentak dengan sangat cepat.

BACA JUGA: Petugas Kebersihan N Terpapar Omicron, RSDC Wisma Atlet Diisolasi

Kondisinya seperti balik lagi ke periode Juni-Juli 2021 ketika varian Delta menyebar cepat tak terkendali.

Serangan Omicron membuyarkan harapan yang sebelumnya muncul bahwa akhir tahun ini akan menjadi akhir pagebluk yang sudah membelenggu dunia sejak dua tahun terakhir.

BACA JUGA: Alur Masuknya Omicron Tak Jelas, Pemerintah Perlu Bentuk Tim Khusus

Manusia yang sudah terpenjara di rumahnya sendiri selama dua tahun akhirnya kehilangan kesabaran, ingin segera bebas. Namun, tidak dinyana, ternyata Omicron muncul membuyarkan semua harapan.

Akhir tahun adalah ‘’festive session’’ untuk bergembira di Eropa. Kemunculan Omicron membuat pesta-pesta ditunda dan dibatalkan. Liga sepak bola Eropa yang menjadi tontonan paling digemari publik dihentikan dan ditunda.

BACA JUGA: Pasien yang Terpapar Omicron Bukan Warga Jakarta?

Di Inggris, sedikitnya lima pertandingan ditunda karena para pemain tertulari Omicron.

Klub-klub besar seperti Manchester United, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Chelsea, memutuskan menghentikan latihan karena virus menular dengan sangat cepat di tempat latihan.

Di Jerman hal yang sama terjadi. Klub besar seperti Bayern Muenchen pusing karena pemain-pemain utamanya terjangkiti Omicron.

Publik sepak bola Eropa berpesta pora selama perhelatan Piala Eropa Juli 2021. Perhelatan yang diselenggarakan di 11 stadion di seluruh Eropa itu berlangsung nyaris tanpa protokol kesehatan.

Kalau ada protokol, itu pun terlihat sebagai formalitas saja. Puluhan ribu orang berdesakan tanpa jaga jarak dan tanpa masker di dalam stadion.

Pada saat itu di Indonesia sedang mengalami puncak masa penularan varian Delta yang menewaskan ratusan orang. Penularan varian baru itu sangat cepat dan ganas seolah tidak terbendung. Indonesia mengalami krisis kesehatan yang mengerikan.

Semua rumah sakit penuh. Puluhan pasien bergeletakan di serambi dan halaman rumah sakit.

Tenda-tenda darurat didirikan untuk menampung pasien. Tabung oksigen menjadi barang mewah yang sangat sulit didapat. Setiap hari kita mendengar empat atau lima orang kerabat yang meninggal terserang varian Delta.

Pada kondisi puncak penularan Delta ini Eropa justru tengah berpesta penuh euforia. Kita yang berada di Indonesia gemas dan iri dengan keadaan di Eropa. Banyak yang menyangka bahwa herd immunity, kekebalan kelompok, telah tercapai di Eropa. Benua Biru itu telah bebas dari serangan pagebluk.

Ternyata tidak. Varian Omicron muncul dari tempat yang tidak diperkirakan sebelumnya. Selama krisis pandemi, Benua Afrika seolah menjadi ‘’save zone’’, daerah aman, yang relatif tidak tersentuh.

Banyak yang mengira bahwa orang-orang Afrika sudah mempunyai kekebalan alami yang membuat mereka kebal dari virus Covid-19 dengan berbagai variannya.

Selama dua dasawarsa terakhir Afrika menjadi pusat kemunculan dan penularan berbagai jenis penyakit paling ganas yang pernah dikenal di dunia. HIV-AIDS kali pertama dideteksi kemunculannya di Afrika dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Jutaan orang menjadi korban AIDS di seluruh dunia, dan Afrika menjadi wilayah dengan korban paling banyak.

Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS. Hal ini membuat heran banyak orang. Bagaimana mungkin negara-negara maju di Eropa dan Amerika tidak bisa menemukan obat untuk penyakit ini.

Sampai sekarang diyakini bahwa AIDS hanya bisa dicegah, tetapi tidak bisa diobati. Orang yang punya penyakit ini harus berdamai seumur hidupnya sebelum akhirnya harus menyerah.

Bintang basket NBA Magic Johnson, menjadi legenda hidup yang harus membawa AIDS selama sisa hidupnya.

Ahli ekonomi dari Amerika Serikat Prof Joseph E. Stiglitz tidak percaya bahwa perusahaan farmasi Amerika dan Eropa yang canggih tidak bisa menemukan obat AIDS.

Dia curiga ada konspirasi di balik penyakit ini. Stiglitz menduga bahwa obat sudah ditemukan, tetapi patennya tetap dikuasai oleh perusahaan farmasi besar. Selama paten itu tidak dilepas ke publik maka produk obatnya akan berharga sangat mahal dan tidak terjangkau oleh publik.

Itulah yang terjadi dengan obat AIDS. Obat sudah ditemukan, tetapi dijual dengan harga sangat mahal yang mustahil dijangkau oleh rakyat Afrika yang mayoritas miskin. Karena itu Afrika akan tetap menjadi pusat penularan AIDS sampai kapan pun.

Selalu ada yang menangguk untung besar di tengah penderitaan manusia. Dalam kasus pandemi Covid-19 ini pun hal yang sama terjadi. Perusahaan-perusahaan farmasi besar dunia menangguk untung karena bisa menciptakan vaksin yang kemudian menjadi komoditas dagang paling laris di dunia.

Kecuali AstraZeneca vaksin produk Inggris, vaksin-vaksin yang ada sekarang dijual mahal karena ada biaya hak paten yang harus dibayar kepada pemiliknya.

Amerika Serikat sebagai biang sistem kapitalisme global sangat bangga dengan sistem paten itu. Penemuan inovasi sekecil apa pun akan dipatenkan di Amerika dan akan mendapatkan perlindungan penuh dari pembajakan dan peniruan.

Amerika menjadi negara dengan jumlah paten paling besar di seluruh dunia. Dengan perlindungan hak paten yang ketat Amerika menjadi surga bagi para inovator. Inilah salah satu faktor yang membuat kapitalisme Amerika menjadi kuat dan maju.

Para inovator dan inventor kerasan tinggal di Amerika karena jaminan perlindungan paten. Orang-orang seperti Bill Gates dan Elon Musk menjadi manusia terkaya di dunia karena paten mereka dilindungi.

Kapitalisme tidak mengenal solidaritas. Kalau toh ada solidaritas maka semuanya dilakukan atas nama keuntungan pasar.

Obat AIDS tetap menjadi barang langka dan mahal. Hanya orang-orang elite seperti Magic Johnson yang bisa membelinya untuk memperpanjang umur.

Gaya hidup para bintang olahraga ini menjadi idola dan impian miliaran anak muda di seluruh dunia. Sayangnya, gaya hidup mereka tidak semuanya positif untuk ditiru. Banyak bintang olahraga yang tidak memberi teladan positif kepada penggemarnya.

Sampai sekarang sangat banyak bintang sepak bola Eropa yang menolak vaksinasi Covid-19. Di Inggris tingkat vaksinasi pemain liga profesional sepak bola baru di kisaran 65 persen.

Di Jerman, pemain Bayern Muenchen, Serge Gnarby, menjadi aktivis anti-vaksin yang secara terbuka menolak vaksinasi.

Para pelatih di Eropa dibuat pusing oleh ulah para pemain ini. Akhirnya klub memutuskan untuk mendenda mereka dengan pemotongan gaji sampai sepuluh persen. Itu pun belum tentu efektif untuk memaksa mereka melakukan vaksinasi.

Badai Omicron mengobrak-abrik sepak bola Eropa. Publik tersadar bahwa ternyata krisis belum berakhir. Bahkan, banyak yang memperkirakan krisis akan makin berkepanjangan kalau para pemain masih tetap bertahan menolak vaksin.

Pesta sepak bola Piala Dunia 2022, yang bakal digelar di Qatar, bisa berantakan gegara serbuan Omicron.

Pemerintah Indonesia mengakui bahwa Omicron sudah masuk. Seorang petugas kebersihan di pusat isolasi Covid-19 di Kemayoran dipastikan sudah terjangkiti varian itu.

Sebagaimana pada awal kemunculan Covid-19, pemerintah terkesan menutup-nutupi kasus dan terlambat mengantisipasi.

Kalau seorang petugas kebersihan bisa tertulari Omicron, maka pertanyaannya, dari mana dia tertulari. Bisa dipastikan bahwa dia tidak pernah bepergian ke luar negeri. Berarti bisa dipastikan bahwa dia tertulari dari seseorang yang pernah bepergian ke luar negeri.

Sistem karantina Indonesia masih sering kebobolan oleh korupsi dan penyuapan. Seorang selebritas Instagram konon menyuap Rp 40 juta untuk bisa menghindari karantina.

Seorang anggota DPR RI dan keluarganya dicurigai lolos dari karantina dengan alasan akan melakukannya secara mandiri.

Rencana untuk menerapkan PPKM selama liburan Natal dan tahun baru sudah telanjur dicabut oleh Luhut Panjaitan.

Sekarang kita harus bersiap-siap menerima kedatangan Omicron dengan segala risiko terburuknya. (*)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler