jpnn.com - SEMARANG -- Pascakenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yakni premium dan solar, penjualan pertamax naik. Hal itu berdasar pantauan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kota Semarang.
Seperti diketahui, Pemerintah memutuskan kenaikan harga BBM bersubsidi berlaku 18 November 2014 Pukul 00.00 WIB. Harga premium ditetapkan dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 (naik 30,77 persen). Harga Solar ditetapkan dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 (naik 36,36 persen).
BACA JUGA: Pengembang Belum Siap Bangun Rusun
Supervisor SPBU 44.501.40 di Jalan Jenderal Sudirman, Semarang Barat, Ketut Yulianto, mengatakan, omset premium (oktan 88) per-hari mengalami penurunan. Penetapan pemerintah menaikkan harga premium menjadi penyebabnya.
"Sebelum harga naik dalam sehari omset kami 24 ton. Sekarang menjadi 16 ton. Kalau solar masih stabil," kata Ketut saat ditemui di kantornya, Minggu (23/11) kemarin.
BACA JUGA: Inflasi RI Terendah di ASEAN
Kenaikan omset, lanjutnya, justru terjadi pada penjualan pertamax. BBM nonsubsidi dengan oktan 92 tersebut naik sekitar 100 persen. "Sebelum naik omsetnya 1 ton per hari. Setelah naik menjadi 2 ton lebih," tuturnya.
Menurutnya, hal itu dikarenakan selisih harga premium dan pertamax tidak jauh. Harga pertamax di SPBU dengan tipe pasti pas silver tersebut Rp 10.800 per-liter. "Saat dua jam sebelum harga baru berlaku premium kami memang naik penjualannya. Tanggal 17 November itu naik 2 ton," paparnya.
BACA JUGA: Ini Alasan Pertamax Murah di Jabodetabek
Ketut berharap subsidi dari pemerintah dicabut. Pasalnya, selama pengamatannya sehari-hari, subisdi tersebut tidak kena sasaran. "Yang menikmati orang dengan kendaraan mewah. Mobil mewah banyak yang mengisi premium kok. Mendingan dicabut saja subsidirnya," tuturnya.
Hal yang sama terjadi di SPBU 44.50124 Jalan Indrapasta, Semarang Tengah. Omset premium per-hari menurun dari 21 ton menjadi 18 ton. Pertamax sebelum harga BBM naik beromset 1,2 ton per-hari, dan setelah naik menjadi 2 ton per-hari. "Mungkin karena harganya tidak jauh. Juga soal antri membeli," kata Abas Junaidi, staff SPBU 44.50124.
Namun berbeda di SPBU 044-50119 Jalan Pamularsih nomor 50. Omset premium tidak ada penurunan atau pun kenaikan yang signifikan.
"Stabil. Premium sebelum harga BBM naik omsetnya 14 ton. Sekarang juga sama 14 ton," kata Ratno, staff SPBU di wilayah Kecamatan Semarang Barat tersebut.
SPBU yang menjual empat jenis BBM tersebut hanya mengalami kenaikan omset di pertamax saja. Dikatakannya, BBM jenis Solar dan Pertamax plus juga stabil omsetnya. "Warga tidak ada yang mengeluh. Hanya omongan kenapa bisa naik saja, dan itu tidak banyak. Mungkin kaget saat harga BBM naik. Sekarang pun sudah biasa saja," jelasnya.
Salah satu pengguna premium, Wikha Setiawan, merasa resah atas kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut. Ia yang setiap hari bekerja menggunakan sepeda motor harus merogoh kocek lebih banyak. Padahal, upah kerja di tempatnya bekerja tidak naik.
"Resah tentunya. Kalau gaji tetap ya bingung. Sementara kebutuhan sehari-hari juga pasti naik harganya," kata Wikha kepada Jateng Pos (grup JPNN).
Ia berharap, Upah Minimum Regional (UMR) dan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) disesuaikan dengan kenaikan harga BBM. Dengan begitu, masyarakat tetap tenang ketika harga BBM naik. "Persoalannya itu. UMK juga harus dinaikkan," ungkapnya. (ris)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Pertamax Turun, Premium Eceran Sepi Pembeli
Redaktur : Tim Redaksi