Omzet Bank Sampah Capai Rp 2,8 Miliar per Bulan, Rekrut Ratusan Ribu Pekerja

Selasa, 05 Maret 2024 – 09:19 WIB
Direktur Bank Sampah Induk GESIT Sri Endarwati tengah menjelaskan manfaat dan berkah yang dia bersama anggotanya rasakan. Foto dok. Unilever

jpnn.com, JAKARTA - Jumlah sampah plastik yang mencemari ekosistem laut diprediksi meningkat hampir tiga kali lipat pada 2040 apabila tidak ada upaya pencegahan.

Kondisi ini pun terjadi di Indonesia dengan 12,87 juta ton sampah plastik selama 2023, di mana 408.885 ton di antaranya berakhir di lautan setiap tahun. 

BACA JUGA: Amartha dan Unilever Perkuat Jejaring Usaha Mikro Perempuan dengan Bank Sampah

Untuk itu, pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI mengangkat tema “Atasi Sampah Plastik Dengan Cara yang Produktif”.

"Pemerintah sangat serius mengatasi permasalahan sampah plastik," kata Direktur Pengurangan Sampah KLHK RI Vinda Damayanti Ansjar ketika meninjau Bank Sampah Binaan Unilever di Jakarta Pusat, Senin (4/3). 

BACA JUGA: Gerakan Indonesia Asri Menguatkan Program Bank Sampah, Ini Hasilnya

Saat ini Indonesia telah memiliki kebijakan mengatasi permasalahan sampah plastik. Salah satunya mewajibkan produsen menyusun langkah-langkah mengurangi sampah plastik yang berasal dari produk dan kemasan serta wadahnya melalui PermenLHK Nomor 75 Tahun 2019. 

"Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meredesain produk, kemasan produk serta wadahnya," ungkapnya.

BACA JUGA: Bank Sampah Budi Luhur Sabet Gelar Bank Sampah Binaan Terbaik se-Indonesia

Selain itu, menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR). Dengan EPR ini produsen mengambil kembali plastik pasca konsumsi untuk didaur ulang kembali menjadi produk kembali atau produk lain sehingga sistem ekonomi sirkular dapat berjalan. 

"Untuk penerapan ekonomi sirkular, produsen dapat bekerja sama dengan Bank Sampah, TPS3R, industri daur ulang, sehingga dari pengelolaan sampah plastik ini dapat menghasilkan nilai ekonomi yang menjanjikan," lanjutnya.

Sementara itu, perwakilan Unilever di peringatan HPSN 2024, menekankan peran penting Bank Sampah dalam mengatasi sampah plastik.

Pihaknya mengajak komunitas ibu dan generasi muda untuk mendukung peran Bank Sampah sebagai mata rantai penting dalam sistem pengelolaan sampah yang lebih produktif dan berkelanjutan. 

"Misalnya, sistem isi ulang “Unilever Refill Program” atau “U-Refill” makin memperkuat kontribusi Bank Sampah dalam menyebarluaskan perilaku bijak sampah di tengah masyarakat luas," kata Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi.

Dia menjelaskan keberadaan 27.631 unit Bank Sampah di seluruh Indonesia telah membawa pengaruh signifikan di sejumlah sektor.  Salah satunya, omzet Bank Sampah yang mencapai rata-rata Rp2,8 miliar per bulan, juga tenaga kerja hingga ratusan ribu orang.

"Dari sisi lingkungan, berhasil mengumpulkan sampah mencapai 136.860,20 ton, dengan jumlah sampah yang dimanfaatkan dan di daur ulang sebesar 5.227,73 ton," ujarnya.

Menurutnya, Bank Sampah juga menjadi wadah efektif untuk mengurangi beban limbah plastik yang tercecer di TPA maupun lingkungan. Meningkatkan daur ulang plastik, dan memberinya nilai ekonomi sesuai pedoman 3R (reuse, reduce dan recycle).

“Sejak 2008, kami telah membina 4.000 Bank Sampah di 50 kabupaten/kota yang tersebar di 11 provinsi. Kemitraan ini telah membawa banyak kemajuan bagi masyarakat dan lingkungan," imbuhnya.

Dalam kegiatan ini Unilever Indonesia juga menyosisalisikan “U-Refill”, sistem isi ulang yang hadir di Bank Sampah binaannya.

Sistem ini adalah contoh penerapan ekonomi sirkular yang mengedepankan pentingnya perilaku bijak sampah, yaitu penggunaan kembali dan daur ulang, serta pengurangan penggunaan plastik. 

"Selama setahun beroperasi, U-Refill telah mengurangi penggunaan plastik sebanyak kurang lebih 6 ton dari lebih dari 91 ribu liter produk yang terjual – menjangkau kurang lebih 6.000 pelanggan," terangnya.

Berkah dari Bank Sampah turut dirasakan oleh Sri Endarwati, direktur Bank Sampah Induk GESIT, salah satu Bank Sampah binaan Unilever Indonesia. Dia mengatakan sampah mampu mengubah kehidupan dirinya dan teman-temannya karena manfaat yang didapatkan.

Saat ini, dia memiliki 250 anggota, dan setiap harinya menerima berbagai macam jenis sampah dari 10 Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. 

"Jenis sampah yang paling  banyak kami kumpulkan adalah sampah plastik, yang per bulannya bisa berkisar mencapai 8 ton atau jika dikonversikan kurang lebih senilai Rp 270 juta,” ungkapnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler