jpnn.com - Sudah banyak pengusaha yang menggeluti jamur tiram. Salah satunya Edi Gunawan. Dia termasuk pengusaha jamur tiram di Jambi yang sukses.
DONI SAPUTRA
BACA JUGA: Jusuf Kalla Dorong Mantan Aktivis jadi Pengusaha
BERAWAL dari kelangkaan jamur tiram dan nilai jual yang tinggi di Jambi, Edi Gunawan memberanikan diri untuk mulai membudidaya tanaman tersebut.
Awalnya kecil-kecilan. Kini, omzet dalam sebulan mencapai puluhan juta.
BACA JUGA: Omzet Rp 800 Juta per Minggu...Sudah Tamat
Selasa (25/4) siang, Jambi Ekspres (Jawa Pos Group) menyambangi kediaman Edi di Jalan Lingkar Barat, RT 07, Kelurahan Bagan Bete, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi.
Di areal rumahnya dan lahan yang diperkirakan seluas 7 tumbuk, dia membangun usaha pembibitan dan budi daya jamur tiram.
BACA JUGA: Soal Pemindahan Ibu Kota, Begini Respons Pengusaha
Mulai dari Sterilisasi Baglog (tempat bibit), ruang inuklasi (pengisian bibit), ruang inkubasi (tempat menyimpan bibit) dan ruang (kumbung) tempat budi daya. Prosesnya sampai siap panen antara 40-50 hari.
Di depan kumbung yang terbuat dari kayu, ayah tiga anak ini bercerita, dirinya menggeluti budi daya jamur tiram sejak 2009. Namun, fokus mulai 2010, dengan berhenti bekerja sebagai suplier pupuk sawit.
Awalnya, pria yang biasa disapa Edi Jamur, ini mengikuti pelatihan. Selanjutnya, mencari informasi di internet dan teman-temannya.
"Waktu itu masih langka. Harganya mencapai Rp 18 ribu. Sedangkan di Jawa Rp 10 ribu. Di situ saya tertarik," ujar pria 41 tahun ini.
Awalnya, dia hanya budidaya dengan modal sekitar Rp 15 juta. Saat itu hanya 2.000-3.000 baglog. Setelah 6 bulan, pria kelahiran 15 Februari 1976 ini memulai untuk pembuatan bibit jamur tiram.
Usahanya terus berkembang. Kini, dia sudah memiliki tiga kumbung yang bisa memuat ribuan baglog.
Setiap hari, dia memanen 40-50 Kg jamur tiram. Dari pembuatan bibit dalam sebulan dia mampu menjual sekitar 15 sampai 20 ribu baglog.
Edi juga saat ini mengembangkan jamur kuning dan pink. Kini tahapannya baru mulai pengenalan. Kepada pelanggan yang membeli bibit dengannya diberi secara gratis.
Bibit dibeli dari berbagai daerah. Diantaranya, Tebo, Merangin dan Batanghari, hingga ke Sungai Lilin, Sumsel.
"Kalau baglog sebulan mencapai Rp 40 juta, kalau Jamur sekitar Rp 20 juta. Itu kotornya. Nanti gaji karyawan ada delapan orang juga dibayar dan biaya produksi juga," bebernya.
Suami dari Neneng (34) ini juga memiliki usaha olahan jamur. "Kalau jamur lagi meledak di pasaran, bisa dibuat olahannya. Namanya Crispy Jamur, sudah dipasaran di Mini Market," tuturnya.
Dia berharap ke depannya, Pemerintah Kota Jambi untuk memperhatikan pembudidaya jamur. Jangan hanya padi, jagung, dan kedele yang merupakan program pemerintah pusat.
Tetapi juga perlu memperhatikan pembudidaya jamur. Dimana, memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tentunya, bisa memberikan kehidupan yang layak.
"Padahal jamur ini jika ditekuni bisa menjanjikan kehidupan yang layak. Saya sudah 6 tahun menggeluti bidang ini bisa menghidupi keluarga dengan layak. Tolong diperhatikan betul lah," harapnya. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Momo Geisha dan Reza, Cinta Itu Kamu
Redaktur & Reporter : Soetomo