Ongkos Sewa Rahim Rp 315 Juta

Jumat, 04 Oktober 2013 – 09:25 WIB
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Pixabay

jpnn.com, INDIA - INGIN punya anak, tapi tidak mampu hamil? Datang saja ke India. Di sana ada ’’pabrik bayi’’ yang menyediakan ibu sewaan. Mereka adalah perempuan miskin yang dibayar untuk mengandung bayi-bayi para klien.

Kalau benar-benar ingin punya momongan, syaratnya mudah. Kirim saja sperma atau embrio ke ’’toko reproduksi serba ada’’ tersebut. Tunggu sembilan bulan dan jemputlah bayi Anda.

BACA JUGA: 15 Tahun Tak Punya Anak, Ikut Bayi Tabung, Hamil, Langsung Kembar Tiga

Itulah sistem yang dilakukan proyek dengan sebutan program ibu pengganti tersebut. Penggagasnya adalah dr Nayna Patel. Menurut pengakuannya kepada program BBC Four, dirinya sudah menghasilkan 600 bayi bagi pasangan-pasangan kaya yang ingin punya anak.

"Saya sudah kerap menghadapi kritik dan masih akan menghadapinya nanti. Kata banyak orang, saya ini kontroversial. Sebab, saya dituduh menjual bayi atau membikin pabrik bayi," ungkapnya.

BACA JUGA: Desakan di Australia Agar Keberhasilan Prosedur Bayi Tabung Klinik Dipublikasikan

Dia juga kerap menerima ancaman pembunuhan atau dituduh mengeksploitasi orang miskin demi keuntungan pribadi. Klinik yang punya pasar potensial dari Inggris itu memang cukup mahal. Setiap orang yang ingin ’’menyewa rahim’’ harus membayar GBP 17.250 atau sekitar Rp 315 juta. Lalu, perempuan yang disewa rahimnya itu mendapat GBP 4.950 atau sekira Rp 90 juta. Sangat njomplang.

Tidak pelak, Patel mampu membangun sebuah klinik anyar di Anand, kota kecil di negara bagian Gujarat. Klinik senilai miliaran dolar itu akan memiliki apartemen untuk menampung pasangan yang ingin punya anak. Kemudian, ada satu lantai khusus untuk para ibu sewaan tersebut. Tentu, ada pula perkantoran, ruang persalinan, bagian in-vitro fertilization atau pembuahan, restoran, serta toko oleh-oleh. Pokoknya komplet.

Patel bersikeras bahwa usahanya tersebut adalah sebuah misi feminisme. Konsep ibu pengganti, katanya, merupakan bentuk saling membantu antarperempuan. Tentu, Patel juga membantah tudingan yang menyatakan bahwa dirinya sudah mengeksploitasi rahim perempuan yang disewa itu.

"Mereka bekerja. Itu sebuah pekerjaan fisik dan mereka dibayar untuk itu," kata Patel. "Mereka tahu bahwa tidak ada kebahagiaan tanpa perjuangan," tambahnya.

Papiya merupakan salah seorang perempuan yang rahimnya disewa pasangan Amerika. Dia sedang menanti bayi kembar. Kata Papiya, honornya kelak akan dibelikan rumah baru untuk keluarga.

"Melahirkan bayi kembar artinya kami mendapat bayaran yang lebih besar," paparnya. Saat terakhir kali rahimnya disewa, Papiya bisa membeli perkakas rumah tangga, mobil, bahkan meminjamkan uang tersebut ke adik iparnya.

Vasanti, ibu bayaran yang lain, mengaku bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah berbahasa Inggris dari ongkos sewa rahim tersebut. Selain itu, Vasanti bisa membangun rumah baru untuk keluarga.

Dalam film dokumenter yang bertajuk House of Surrogate (Rumah Ibu Cadangan), dr Patel terlihat selalu berdoa sebelum memasukkan embrio ke rahim. Setelah itu, dia akan melaksanakan tes darah untuk memastikan apakah sudah terjadi kehamilan. Film tersebut juga mengungkapkan, perempuan yang rahimnya disewa itu punya kemungkinan komplikasi nonmedis.

Barbara, warga Kanada, merupakan salah seorang perempuan penyewa rahim. Perempuan 54 tahun tersebut harus tertahan empat bulan di India untuk mengurus dokumen dalam rangka membawa pulang bayinya.

Dia mengaku sudah 30 tahun berusaha menjadi seorang ibu. Menurut dia, kesuburan para wanita merupakan problem medis dan ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Kalau problemnya mata, bisa pakai kacamata. Kalau problemnya diabetes, ada insulin. "Lalu, mengapa kami tak boleh mendapat solusi medis untuk problem kesuburan," katanya.

Pasangan pasien yang lain berasal dari Inggris. Yakni, dr Michael, 62, dan istrinya, Veronica, 33, asal Rusia. Veronica lahir dengan satu pembuluh rahim dan satu ovarium sehingga tidak bisa memiliki anak. Sementara itu, seorang ibu pengganti sudah disuntik dua embrio.

"Ini merupakan kesempatan terakhir untuk menjadi seorang ibu," ujar Veronica. "Embrio saya sudah hidup, mereka menunggu waktu untuk tumbuh dan dilahirkan sampai menyapa saya "Hello mommy". Ini seperti sebuah masa depan yang berawal dari hari ini, saat ini," ucapnya antusias.

Bagi suaminya yang seorang dokter, klinik di Gujarat tersebut terlihat biasa dari luar tapi sangat profesional dan steril. Tidak ada perbedaan dengan yang biasa dijumpai di negara Barat. (Daily Mail/cak/c15/dos)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler