Online Streaming Vs Bioskop, Perfilman Nasional Diuntungkan

Jumat, 30 Maret 2018 – 10:22 WIB
Suasana Nonton Bareng Film layar lebar berjudul Dilan yang digelar kaum muda yang tergabung dalam Posko Kebinekaan di salah satu bioskop di Kota Palembang. Foto: Istimewa

jpnn.com - Seiring pesatnya pertumbuhan pengguna internet di Indonesia, aplikasi baru pun bermunculan untuk memudahkan segala macam kegiatan. Salah satunya, aplikasi online streaming yang menghadirkan film-film layar lebar dengan kualitas yang baik pula.

"Bisnis online streaming jadi menjanjikan karena pengguna internet banyak sekali, cuma kan tidak semua orang punya jaringan internet di rumah. Jadi salah satu caranya melalui handphone. Makanya online streaming pertumbuhannya besar," ungkap Manager Marketing Iflix Indonesia, Tiara Sugiyono kepada JawaPos.com belum lama ini.

BACA JUGA: Dua Karya Anak Bangsa Diluncurkan di Hari Film Nasional

Selain itu, online streaming seperti Iflix, Hooq, Tribe, dan lainnya merupakan pilihan kedua selain menonton di bioskop. Terutama, untuk masyarakat yang tinggal di daerah yang tidak memiliki bioskop, sehingga dapat menontonnya dengan jaringan internet.

"Online streaming jadi second window selain penyangan di bioskop. Kita membuka kesempatan untuk orang-orang yang nggak punya akses ke bioskop. Kalau udah ke daerah-daerah pelosok kan nggak ada bioskop, tapi ada internet. Jadi, mereka bisa nonton lewat smartphone-nya," lanjutnya.

BACA JUGA: Anang Desak Pemerintah Dirikan SMK Perfilman

Sementara itu, menurutnya, nonton online sudah menjadi keseharian masyarakat di kota besar. Terbukti, dari banyaknya pengguna aplikasi Iflix yang ditawarkannya.

"Masyarakat responnya juga cukup antusias. Penonton dan downloader-nya cukup signifikan. Iflix sendiri sudah ada 5 juta pengguna aktif sejak 2016 pertama rilis," ungkapnya.

BACA JUGA: Kisah Satu Babak Perfilman Indonesia

Lebih lanjut, Tiara mengatakan bahwa bisnis nonton streaming tidak merusak tatanan dalam industri film di tanah air. Sebab, film yang ditawarkan menunggu selesai tayang di layar bioskop lebih dulu sebelum masuk ke aplikasi streaming.

"Mengganggu bioskop dengan adanya kami (online streaming) sih tidak, karena kami ngasih opsi, nggak mencaplok jumlah penonton di bioskop, melainkan mewadahi orang-orang yang tidak bisa atau belum sempat nonton ke bioskop," paparnya.

Hal senada juga diungkapkan Head Brand Marketing CGV Cinemas, Wisnu Triatmojo. Baginya, aplikasi streaming dan bioskop memiliki pangsa pasarnya masing-masing.

"Teman-teman yang memiliki layanan streaming buat kami bukan suatu kompetitor. Karena secara film, filmnya sendiri pun kita yang pertama akan keluar. Ditambah lagi, ada berbagai jenis auditorium dengan fasilitas berbeda, layar yang lebar, dan sound system yang mumpuni. Jadi, kami punya nilai lebih dibanding dengan nonton lewat layar biasa," ucap Wisnu.

Perkembangan film yang menyuguhkan konten-konten menarik dan lebih kreatif pun membuat jumlah penonton bioskop semakin meningkat. Karenanya, jumlah layar dan bioskop di Indonesia masih akan terus berkembang. CGV Cinemas misalnya, setelah menambah sekitar 20 layar di tahun 2017. Kemudian, menargetkan tahun ini membuka layar di daerah-daerah yang belum memiliki bioskop.

"Penikmat film Indonesia dari 2016 ke 2017 meningkat lebih dari 30 persen, karena secara film pun udah lebih kreatif tema film dan jalan ceritanya. Nggak monoton seperti dulu, ditunjang jumlah layar bioskop juga sih. Tahun lalu CGV menambah 20 layar dan tahun ini rencana menambah jumlah layar di luar kota-kota besar seperti Kediri, Gresik, Blitar, dan lainnya," tukasnya. (yln/JPC)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler