Kisah Satu Babak Perfilman Indonesia

Rabu, 08 Maret 2017 – 14:10 WIB
Pemandangan Jakarta saat FFAA III, April 1964. Foto: Dok. Warung Arsip.

jpnn.com - KAMI sadar sedalam-dalamnya akan arti penting film sebagai alat propaganda dan pendidikan yang paling kuat dan karena itu kami tidak lagi seperti halnya berpuluh tahun yang lampau ini, menjadi penonton dan objek saja. - Komunike Festival Film Asia Afrika, 30 April 1964.

Inilah satu babak sejarah perfilman Indonesia yang nyaris terlupakan.

BACA JUGA: Bukan Haji Salman, ini Manuver Ibnu Saud

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Jakarta, 1964.

BACA JUGA: Dan Mantra itu pun Bersemayam di Gunung Sepuh

Di tepi-tepi jalan Ibukota terpampang spanduk-spanduk dan lukisan besar merayakan perhelatan Festival Film Asia Afrika (FFAA).

Merujuk spanduk tersebut, FFAA dilangsungkan mulai 19 April hingga 5 Mei. Entah apa pula sebabnya, merujuk arsip, perhelatan itu hanya sampai tanggal 30 April.

BACA JUGA: Sajak Bung Karno

"Festival Film Asia Afrika III yang dihadiri oleh 26 negeri yang berlangsung di Jakarta, ibukota Republik Indonesia, dari tanggal 19 s/d 30 April 1964," tulis Komunike FFAA III, tertanggal 30 April 1964.

***

Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955, rupanya disusul konferensi-konferensi Asia Afrika di berbagai bidang.

Di antaranya, Konferensi Mahasiswa Asia Afrika di Bandung 1956, Konferensi Pendahuluan Pengarang Asia di New Delhi 1956, Konferensi Setiakawan Rakyat-Rakyat Asia Afrika di Kairo 1957, Konferensi Wartawan Asia Afrika di Jakarta 1963.

Kemudian Konferensi Buruh Asia Afrika di Jakarta 1964, Konferensi Ahli-Ahli Pediatrica Asia Afrika di Jakarta 1964, Konferesi Pendahuluan Islam Asia Afrika di Jakarta 1965.

Seluruh perhelatan itu, menurut Muhidin M Dahlan pengelola Warung Arsip, mengusung semangat Dasasila Bandung.

Yakni, "seluruh kekuatan rakyat Asia Afrika gotong-royong mengembalikan kembali raut muka cerah Asia Afrika yang sempat murung akibat penjajahan," katanya dalam sebuah perbincangan di kantin Dewan Pers, Jakarta dengan JPNN.com, tempo hari.

Festival Film Asia Afrika bagian dari padanya. FFAA pertama dihelat di Tashkent, Uzbekistan 1958. Yang kedua di Kairo, Mesir 1960. Yang ketiga di Jakarta 1964, dan babak ini yang mau kita kisahkan.

Acara yang ditangani para pekerja seni itu semarak. Jakarta bersolek.

Film-film yang difestivalkan, Muhidin mencuplik Ny. Utami Suryadarma (Ketua Delegasi Indonesia merangkap Ketua Umum Komnas FFAA), tidak boleh menyimpang dari semangat Dasasila Bandung.

Utami menyeru, film-film yang isinya mempropagandakan politik imperialism-kolonialism lama dan baru, politik agresi, diskriminasi rasial, kebejatan moral, menghina Rakyat Asia Afrika ditolak tegas.

Sebab, "bertentangan dengan solidariteit Rakyat-Rakyat Asia Afrika," tandas Utami.

Utami adalah istri Soeriadi Suryadarma, pejuang kemerdekaan Indonesia pendiri Angkatan Udara Republik Indonesia. Bapak AURI itu Kepala Staf Angkatan Udara pertama dan terlama (16 tahun).

Hari Film Nasional

30 April 1964. Pada puncak festival, dideklarasikan Komunike FFAA III serta Ikrar Seniman dan Pekerja Film Indonesia yang menetapkan 30 April sebagai Hari Film Nasional.

Kami, seniman-seniman dan pekerja-pekerja film Indonesia yang ambil bagian aktif dalam FFAA III, pada kesempatan yang bersejarah…sepakat untuk menjadikan 30 April sebagai Hari Film Nasional. Jakarta, 30 April 1964.

"Jadi, Indonesia punya dua hari film. Satunya lagi 30 Maret," kata Muhidin.

30 Maret diperingati sebagai Hari Film Nasional merujuk pada hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai Usmar Ismail, 30 Maret 1950.

Bagi Anda insan perfilman Indonesia…terserah pilih tanggal yang mana merayakan kenduri Hari Film Nasional.

Jika delegasi Indonesia menetapkan 30 sebagai Hari Film Nasional, peserta dari 26 negara mendeklarasikan Komunike FFAA III.

Berikut cuplikannya:

Rakyat-rakyat benua Afrika dan benua Asia untuk suatu periode yang sangat lama telah ditindak oleh imperialisme dan melakukan perjuangan untuk kemerdekaan nasional...

Kami sangat menghargai pidato Ir. Sukarno, Presiden Republik Indonesia, pada pembukaan Festival, yang diilhami oleh semangat anti-perfilman imperialis dan anti-segala manifestasi lain daripada imperialisme…

Oiya, sesuai dengan semangat zamannya, FFAA III di Jakarta mengusung semboyan; FFAA III Memperkokoh Setiakawan Rakyat Asia Afrika. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gauri Shinde Senang Bekerja Sama dengan 3 Artis Muda


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler