jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat tidak perlu lagi ke luar negeri demi mendapatkan penanganan gangguan prostat. Kini ada teknologi robotik yang mampu menangani gangguan itu.
Saat ini, RSU Bunda Jakarta Urology Center menjadi pelopor teknologi bedah robotik tersebut.
BACA JUGA: Berbagai Jenis Makanan Ini Bisa Jadi Pemicu Kanker Otak, Waspada!
Dokter spesialis urologi RSU Bunda Jakarta Sigit Sholichin mengatakan deteksi dini menjadi kunci keberhasilan penanganan kanker prostat.
Secara umum, makin dini penanganan kanker dilakukan, angka keberhasilannya juga makin tinggi. Dari deteksi dini, sebagian kecil ditemukan kanker prostat. Selebihnya adalah gangguan prostat yang bersifat jinak.
BACA JUGA: Waspada, Ini 10 Gejala Kanker Perut yang Harus Anda Ketahui
"Kami menawarkan satu layanan penanganan gangguan prostat dalam satu paket layanan yang terintegrasi mulai dari diagnostik sampai terapi yang mutakhir. Dimulai dari konsultasi di klinik oleh dokter spesialis yang kompeten dengan fasilitas lengkap," ujarnya, Kamis (1/9).
Menurut dia, layanan diagnostik dengan fasilitas radiology diagnostic bisa melakukan MRI (magnetic resonance imaging) prostat hingga tindakan biopsi prostat dengan akurasi tinggi dengan menggunakan alat robotic prostate biopsy.
BACA JUGA: 7 Trik yang Bisa Anda Lakukan untuk Mencegah Timbulnya Kanker Prostat
"Untuk gangguan jinak atau BPH (benign prostatic hyperplasia, red), RSU Bunda Jakarta menggunakan teknologi laser untuk operasi.Untuk kanker prostat, menggunakan teknologi robotik untuk operasi radikal prostat yang saat ini menjadi satu-satunya RS di Indonesia sebagai penyedia teknologi robotic surgery," ungkap Sigit.
Dia menambahkan RSU Bunda ingin mengajak semua stakeholder bersama-sama membangun prostate network demi memberi pelayanan terbaik untuk seluruh lapisan masyarakat.
"Kami juga menawarkan training center bagi rumah sakit yang memerlukannya," tuturnya.
"RSU Bunda Jakarta sebagai bagian dari BMHS Bundamedik Health care System (BMHS) telah bekerja sama dengan institusi pendidikan terkemuka di Indonesia sehingga secara kualitas lebih terukur," ucap Sigit.
Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah edukasi dalam komunitas-komunitas yang menjadi bagian dari pasien.
"Diharapkan hal tersebut bisa meningkatkan pemahaman pasien yang lebih dalam terhadap masalah seputar gangguan prostat," kata Sigit. (mcr18/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Mercurius Thomos Mone