BACA JUGA: Pulang Setelah Dua Hari Telantar di Jakarta
Terlalu banyak kandidat yang dicalonkan sebagai pengganti Mubarak."Kelompok oposisi Mesir terlalu lemah dan terbelah," ungkap Yolande Knell, koresponden BBC News di Kairo, dalam laporannya, Jumat lalu (4/2).
Sejak unjuk rasa pertama bergulir pada 27 Januari lalu, oposisi memang belum kompak menyatukan suara mereka
BACA JUGA: Inilah Jadwal Pemulangan WNI asal Luar Jawa
Maklum, sekitar 32 tahun terakhir, tidak pernah ada pemimpin selain Mubarak di Negeri Piramida tersebut.Wafd, Tagammu, dan Nasserist, tiga kelompok sekuler yang konsisten di jalur oposisi, dianggap terlalu lemah dan tidak populer
BACA JUGA: 200 WNI Luar Jawa Dipulangkan ke Daerahnya
Sebagian besar berakhir di penjaraBahkan, ada juga yang menjadi korban kampanye gelap dan fitnah, sampai akhirnya dianggap sebagai musuh masyarakatAkibatnya, saat peluang untuk berubah ada di depan mata, oposisi seperti kehilangan arah.Selain Mohamed ElBaradei, sederet nama muncul sebagai kandidat pengganti MubarakDi antaranya adalah Amr Moussa yang saat ini menjabat pemimpin Liga Arab, Ayman Nour dari Partai Ghad, serta Hamdin Sabahi dari Partai KaramaDalam wawancara terpisah dengan sejumlah media, keempat tokoh oposisi itu menyatakan siap menjadi pemimpin Mesir.
"Ya, saya punya hak untuk itu (mencalonkan diri sebagai presiden)Tapi, saya butuh waktu beberapa pekan untuk memikirkannya dengan lebih serius," tandas Moussa kepada BBC.
Mantan menteri luar negeri Mesir itu berharap memperoleh banyak dukungan dari rakyat, agar bisa menggantikan posisi MubarakSayangnya, sejauh ini Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin), gerakan oposisi terbesar Mesir, sama sekali tidak berkomentar.
Selama ini pemerintahan Mubarak memang mengekang Persaudaraan MuslimPemerintah berulang-ulang menuding gerakan itu bakal menumbangkan pemerintahanIkhwanul Muslimin pun resmi dilarang, meski anggotanya dibiarkan bergerak dalam kancah politik sebagai wakil independenLewat jalur independen itu, sejak lima tahun silam Ikhwanul Muslimin punya 20 persen kursi di parlemen.
Sementara itu, berbeda dengan Moussa yang optimistis, Baradei yang juga mengaku siap menjadi presiden, jauh lebih berhati-hatiMenurut penerima Nobel Perdamaian 2005 itu, dirinya hanya bisa maju sebagai kandidat presiden bila dicalonkan secara resmi oleh koalisi oposisi MesirLalu, dua tokoh lain, Nour dan Sabahi, mengaku tidak yakin mendapatkan banyak dukungan.
Di samping kandidat presiden, konstitusi menjadi faktor utama yang harus dirombak demi tegaknya demokrasi di MesirAmandemen konstitusi, menurut Hassan Nafea dari National Association for Change, mutlak dilakukan.
"Saya rasa, semua ini terlalu diniOposisi tidak akan bisa melangsungkan transisi dengan baik tanpa kekompakan," kritik pengamat politik yang tinggal di Kairo tersebutKarena itu, dia mengimbau kelompok-kelompok oposisi yang ada untuk lebih banyak berdialog(hep/c2/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikhwanul Muslimin Tolak Tawaran Mubarak
Redaktur : Tim Redaksi