Oposisi Papua Nugini Gagal Gulingkan Perdana Menteri

Selasa, 15 Desember 2020 – 05:50 WIB
Perdana Menteri Papua Nugini (PNG) James Marape (kanan) dan Duta Besar RI untuk Papua Nugini Andriana Supandy (kiri). Foto: ANTARA/HO-KBRI Port Moresby/pri.

jpnn.com, PORT MORESBY - Upaya kelompok oposisi di Papua Nugini (PNG) untuk menggulingkan Perdana Menteri James Marape berakhir dengan kegagalan setelah pimpinan parlemen memutuskan menunda proses pemakzulan, Senin (14/12).

Beberapa hari terakhir, perlawanan terhadap pemerintahan Marape sepertinya terus mendapatkan dukungan dari publik.

BACA JUGA: Bougainville Merdeka dari Papua Nugini, Komandan Pemberontak Jadi Presiden

Hutang pemerintah yang terus melambung dan kegagalan dalam negosiasi bagi hasil dengan perusahaan pengeruk sumber daya menjadi pemicu sentimen negatif tersebut.

Namun, ketika para legislator PNG memasuki parlemen kemarin, terlihat jelas bahwa kubu oposisi dan pendukung pemerintah sama kuat.

BACA JUGA: Bea Cukai Jayapura Fasilitasi Repatriasi 48 WNI dan Staf KJRI dari Papua Nugini

Masalah itu diperumit oleh perdebatan tentang kelayakan salah satu anggota oposisi yang telah dinyatakan pailit.

Tanpa adanya tanda-tanda resolusi, ketua parlemen Papua Nugini Job Pomat pun menunda persidangan hingga Rabu mendatang.

BACA JUGA: Eks PM Papua Nugini Ditangkap Polisi Gegara Proyek Generator dari Israel

"Demi kepentingan terbaik parlemen, untuk kepentingan terbaik negara dan kepentingan terbaik rakyat Papua Nugini, sidang parlemen ditunda," kata Pomat kepada para anggota parlemen.

Marape menolak untuk mengundurkan diri dan bersikeras dia mendapat dukungan 55 anggota parlemen dari 111 kursi parlemen, yakni jumlah suara yang cukup untuk tetap menjabat dengan dukungan dari ketua parlemen.

Namun, kelompok oposisi mengatakan pihaknya telah mendapat dukungan dari 56 anggota parlemen. Kelompok oposisi mengatakan akan mencalonkan menteri luar negeri Marape, Patrick Pruaitch, sebagai perdana menteri baru PNG.

Penangguhan sidang parlemen itu akan memberikan waktu bagi kedua belah pihak untuk mencoba memenangkan dukungan menjelang mosi tidak percaya terhadap perdana menteri Marape.

Seorang analis mengatakan Marape dipandang gagal memenuhi janji yang dibuatnya.

"Marape memenangkan kekuasaan atas narasi populis nasionalis tetapi untuk saat ini, Marape tampaknya hanya berbicara dan kurang bertindak," kata Jonathan Pryke, Direktur Program Kepulauan Pasifik di lembaga pemikir Lowy Institute.

Menurut Pryke, pemilihan Patrick Pruaitch sebagai calon perdana menteri baru PNG dapat memecah suara di kelompok oposisi, dengan beberapa anggota parlemen dari daerah Highlands -- yang miskin tetapi kaya akan gas -- tidak mau mendukung Pruaitch. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler