jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital secara daring di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (6/7).
Program itu dibuat demi menjawab angka pengguna internet di Indonesia yang besar, tetapi tingkat literasi digital yang berada dalam kategori sedang.
BACA JUGA: Kemenkominfo Gandeng GNLD Gelar Pelatihan Literasi Digital untuk Relawan Aceh
Adapun, program Indonesia Makin Cakap Digital memiliki empat pilar utama literasi yakni soal kemampuan, etika, budaya, dan keamanan.
Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada 2024.
BACA JUGA: Kemenkominfo dan Siber Kreasi Berbagi Tips dan Trik Membuat Presentasi Menarik, Simak
Sementara itu, acara secara daring pada Selasa di Banjarbaru mengambil tema Mencegah Anak Terpapar Pornografi.
Sejumlah tokoh menjadi pembicara, seperti Wakil Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) Sulselbar Alem Febri Sonni, Pandu Digital Madya Indonesia Kominfo RI dan Jawara Internet Sehat ICT Watch Agus Andira, Dosen Universitas Sriwijaya dan Anggota Indonesian Association of Public Administration (IKAPA) Anang Dwi Santoso.
BACA JUGA: Memelesat, Kini 77 Persen Orang Indonesia Sudah Menggunakan Internet
Alem Febri Sonni mengatakan aktivitas digital yang tinggi di masyarakat turut membuka terjadinya potensi buruk, mulai dari penipuan, pencurian akun, hingga paparan pornografi terhadap anak.
Dia menyebut pemahaman orang tua akan literasi digital menjadi penting demi mencegah anak mengalami hal buruk di dunia maya.
“Orang tua harus paham bagaimana meliterasi anak-anak tentang hal apa saja yang masuk dalam bahaya digitalisasi," ujar Alem melalui keterangan pers Kemenkominfo, Rabu (7/7).
Agus Andira dalam acara menyebut peran keluarga sangat penting untuk membimbing anak memperoleh manfaat internet, sekaligus menangkal dampak negatif kehadiran teknologi digital.
“Orang tua juga dapat memanfaatkan aplikasi parental control yang akan dapat membantu dalam proses pendampingan akan segala sesuatu yang diakses anak pada gawainya," ungkap Agus.
Anang Dwi Santoso dalam diskusi menyebut paparan pornografi bagi anak cukup berbahaya bagi perkembangan otak mereka.
Menurutnya, alasan utama sang anak mengakses pornografi umumnya karena kejenuhan, merasa kesepian, stres, dan lelah.
“Hal-hal yang perlu dihindari terkait dengan pelanggaran pornografi misalnya, hindari memuat foto atau gambar dengan tampilan busana yang minim, hindari merekam suara atau membuat suara yang mengeksploitasi seks diri dan orang lain, tidak boleh juga untuk membuat serta mengedarkan materi-materi pornografi dalam berbagai media komunikasi,” kata Anang. (ast/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengguna Internet Indonesia Naik Signifikan, APJII Harap Pemerintah Gunakan Momentum G20
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Aristo Setiawan