Orang Tua Pembunuh Sopir Go-Car Minta Maaf Pada Keluarga Tri

Senin, 02 April 2018 – 22:16 WIB
Kapolda Irjen Pol Zulkarnain Adinegara menunjukkan barang bukti saat rilis kasus, dan foto (kanan) tersangka begal yang masih buron. Foto: Budiman/Sumeks

jpnn.com, PALEMBANG - Jenazah Poniman, 22, tersangka kasus pembunuhan sopir Go-Car, Tri Widyantoro, yang tewas ditembak polisi akhirnya dijemput pihak keluarga di RS Bhayangkara Palembang.

Dibawa ke kampungnya, Desa Karang Sari, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, Sabtu (31/3). Di hari itu juga, keluarga langsung memakamkannya di tempat pemakaman umum (TPU) desa setempat.

BACA JUGA: Kapolda Sumsel: Menyeralah atau Ditembak Mati, Ingat Itu!

“Kepala desa (kades) dan bapaknya yang jemput Sabtu pagi. Jasadnya dibawa dengan speedboat. Sekarang sudah dimakamkan,” ujar Iwan, seorang tokoh masyarakat Desa Karang Sari, Minggu (1/4).

Iwan tak menyangka Poniman bisa terlibat kasus perampokan sadis. Apalagi selama ini tingkah lakunya cukup baik. Bahkan dia dan keluarganya sering ke masjid terdekat.

BACA JUGA: Buron, Pembunuh Sopir Go-Car Itu Eksis di FB, Nih Tampangnya

Tak hanya itu. Kata Iwan, sejak sekolah sampai tamat, Poniman tak pernah kena masalah. “Tapi setelah tamat sekolah, saya tidak tahu pergaulannya bagaimana?” cetusnya.

Untuk memastikan itu, Minggu pagi (1/4), sumeks.co.id ini menyambangi rumah Poniman dan disambut kerabatnya bernama Mukhlas.

BACA JUGA: Ketakutan, 1 Pembunuh Sopir Go-Car Akhirnya Menyerahkan Diri

“Saya mewakili pihak keluarga, mohon maaf orangtuanya tak berkenan bicara banyak terkait kasus ini,” ujar Mukhlas. Tetapi yang jelas, pihak keluarga sudah ikhlas menerima kematian Poniman.

Mereka juga menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga besar Tri Widyantoro atas musibah yang disebabkan adiknya, dan teman-teman Poniman.

“Kami sebenarnya tak menyangka jika dia (Poniman, red) melakukan hal tersebut. Kami menyesal sedalam-dalamnya. Hanya sebatas itu yang bisa saya sampaikan,” ujarnya.

Sementara keluarga besar Hengki, salah satu tersangka yang masih buron mengaku pihaknya terus mencari keberadaan pemuda tersebut.

“Saya, pamannya, kerabat, tetangga dan temannya semua kita kerahkan untuk mencari. Bahkan sampai ke P13. Kita cari ke sana karena lagi musim panen. Barangkali dia di sana,” ujar Kasidin, ayah Hengki kepada koran ini, kemarin.

Diakuinya, bila Hengki sudah ketemu, pihak keluarga sepakat akan menyerahkannya ke pihak kepolisian. Biar dia mempertanggungjawabkan perbuatannya.

“Sekarang kami benar-benar tidak tahu Hengki di mana. Terakhir setengah bulan lalu dia ada di sini. Setelah itu pergi lagi. Tidak ngomong apapun,” katanya.

Ditanya soal pacar anaknya, Kasidin mengaku tidak tahu. “Saya bahkan tak tahu kalau Hengki punya pacar. Tapi dia sempat kuliah di Lami. Depan RS Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Pak,” bebernya.

Waktu itu ngontraknya di dekat kampus. Gabung teman-temannya yang juga dari Lalan. “Tapi sekarang sudah berhenti. Keluarga sudah ‘mati-matian’ menyekolahkannya agar lebih baik. Ibarat walau cuma makan nasi pakai garam, kita tidak apa-apa asal anak sekolah,” ujar pria asal Banyumas ini.

Kepada media ini, Kasidin dan sang istri Waryati juga menitipkan permohonan maaf kepada keluarga Tri.

“Kami betul-betul memohon maaf kepada keluarga yang ditinggalkan atas perbuatan anak-anak kami,” ujarnya lalu berurai air mata. Kasidin menghentikan obrolannya sejenak. Penyakit darah tingginya kumat.

Karena kejadian ini, dia mengaku susah tidur. Bahkan sulit menelan makanan. Terus memikirkan perbuatan Hengki. “Kita malah tidak tenang karena Hengki belum ditemukan dan ditangkap, Pak. Kita serahkan sepenuhnya kepada pihak berwajib untuk melakukan penindakan,” ucapnya.

Dari rumah Hengki, Minggu siang (1/4), media ini kembali mendatangi rumah Tyas yang hanya 200 meter dari tempat Hengki. Tapi tak ada orang atau keluarga Tyas di sana. Dari luar, pintu depan rumah digembok. “Mungkin ke Palembang atau ke rumah ayuknya, Mas,” ujar Wawan, tetangga Tyas.

Terpisah Kholifah, pacar tersangka Bayu menceritakan selepas tamat, kekasihnya itu sempat kemana-mana mencari pekerjaan. “Sempat ke Jakarta, mau melamar kerja di kantor. Dia kan lulusan Akuntansi, tapi lamarannya ditolak. Sempat juga ke Pekanbaru setengah bulan, tapi karena tidak ada duit buat bayar kontrakan akhirnya pulang,” katanya.

Bayu sendiri, sebutnya, tulang punggung keluarga. Dia sempat jualan walet, kadang ikut bertani. “Dia sempat curhat ingin biayai bapaknya berobat,” ujarnya. Hanya saja, Kholifah tak menyangka kalau sang pacar terlibat kasus perampokan yang menewaskan sopir taksi online.

Sementara, warga desa setempat banyak yang tak tahu kasus perampokan melibatkan 4 pemuda Lalan. Kecuali, yang tahu itu hanya warga yang melek internet. Punya akun media sosial seperti Bayu.

“Kalau saya tahunya dari Instagram dan Facebook. Lihat kabar di ‘dinding’ Facebook saya, ternyata pelakunya adalah adik tingkat di SMK Lalan. Tetangga desa saya, yaitu Poniman dan Bayu Irmansyah,” kata pria yang saat ini membantu orangtuanya menjaga warung makan di Desa Mulya Jaya, Senin.

Dikatakan, Bayu jurusan Akuntansi. Sedangkan Poniman Pertanian. “Nama saya memang sama dengan Bayu Irmansyah. Makanya kemarin sempat dikira salah satu tersangka yang ditangkap karena nama kami mirip,” bebernya. “Kades datang dan mengecek apakah betul saya ditangkap. Ternyata Bayu yang lain,” katanya lagi.

Sar, seorang pelajar SMA Negeri 1 Lalan mengaku tak ada kehebohan apapun di sekolahnya, meski pelaku lulusan sekolah tersebut. Di grup media sosial sekolah juga tidak ada informasi apa-apa.

“Saya malah tahu beritanya dari Instagram,” tuturnya. Iman, warga Desa Bandar Agung juga demikian. “Saya tak tahu sama sekali jika ada 4 pemuda Lalan ditangkap karena kasus perampokan,” ujarnya. Dia malah tahunya dari media ini.

Bahkan Wawan, warga Desa Mulya Jaya, meski bertetangga dengan Hengky dan Tyas, juga mengaku tak tahu apapun sebelumnya. “Baru dapat kabar Sabtu (31/3) sore dari kades,” cetusnya. Dia mengaku tak menyangka orang desanya berbuat seperti itu. “Tidak kebayang, saya turut prihatin,” sebutnya.

Kades Mulya Jaya, Wahyu Predi Saputra menyatakan pihaknya prihatin dengan kasus ini. Berharap ke depan bisa jadi hikmah. “Saya minta kepada warga desa khususnya remaja dan pemuda, baik yang masih sekolah atau kerja agar betul-betul sekolah dan bekerja. Kasihan orang tuanya di sini. Jaga juga pergaulan. Jangan mudah terpengaruh aksi negatif,” jelas Predi.

Diakuinya, apa yang terjadi adalah dinamika. “Ada hal negatif, ada positif. Ada juga warga desa kami yang berhasil seperti Dwi Rahayu yang kini menempuh pendidikan di Rusia dan belajar tentang nuklir,” tuturnya.

Tri, mantan camat Lalan menjelaskan kondisi Kecamatan Lalan sendiri, antardesa rata-rata dihubungkan jalan setapak di antara pematang parit atau irigasi persawahan.

Tersulit menuju Desa Karang Sari, tempat rumah tersangka Poniman karena becek dan berlumpur. Media ini juga sempat beberapa kali terpeleset saat berboncengan dengan motor.

Dari Palembang, akses jalan darat cuma lewat Sungai Lilin, tapi jalannya sulit. “Lewat Simpang Pauh Tungkal Jaya jauh mutarnya,” imbuhnya.

Rata-rata warga desa menggunakan sepeda motor, sedikit sekali yang punya roda empat. Kalaupun ada, rata-rata pikap. Ada juga traktor untuk mengangkut transportasi barang. (kur/fad/ce1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa Pelaku Pembunuhan Sopir Go-Car Itu Ngaku Dijebak


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler