Osama, Tokoh Kaya yang Dermawan

Senin, 16 Mei 2011 – 06:14 WIB
Alumni pejuang Afganistan, Laode Agus Salim (4 Mei 2011). Foto; Agus Wahudi / JAWA POS

KEMATIAN pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, meninggalkan kesan bagi sejumlah orang di IndonesiaSalah seorang di antaranya, La Ode Ida Agus Salim, praktisi mujahidin internasional

BACA JUGA: Target Bunuh Obama Tahun Depan

Bapak 13 anak itu pernah bersinggungan dengan Osama pada 1986 hingga 1996. 

Hampir sepuluh tahun "dekat" dengan Osama, pria yang dikenal dengan nama Syawal Khan tersebut menyimpulkan ada tiga kesan yang begitu kuat dari sosok musuh Amerika Serikat (AS) itu
"Syekh Usamah (lafal Arab untuk Osama, Red) itu sangat dermawan

BACA JUGA: Menlu Pro-Oposisi Kadhafi Tagih Pengakuan AS

Beliau tidak pernah tahan melihat orang susah
Siapa pun yang datang minta bantuan pasti diberi," katanya

BACA JUGA: Istri Mubarak Ditangkap



Yang kedua, Osama adalah orang yang tidak menyukai kezaliman"Sifat inilah yang membuatnya begitu membenci ASSebab, Negeri Paman Sam itu dianggap suka sekali menzalimi negara lain," tandas pria yang juga menjabat ketua Lajnah MMI Jabodetabek tersebutYang ketiga, tawakalnya tinggi sekaliMenurut dia, dengan segala apa yang dipunyai (Osama memiliki aset triliunan rupiah dari bisnis keluarga), seorang Osama bisa bersenang-senangTapi, dia justru memilih jalan yang sulit, yakni jalan jihad

Syawal memang bisa bercerita banyak soal Osama karena memang pernah bertahun-tahun bergaul bersama saat di AfghanistanBahkan, di Kamp Sadah, kamp orang Arab yang dibangun Osama, Syawal adalah instruktur seniorBukan hanya Osama, Syawal juga mengenal sejumlah tokoh tenarDi antaranya, Abdullah Azzam, ketua Ikhwanul Muslimin Timur Tengah yang dibunuh di Pakistan pada 1991

Syawal juga mengenal Ayman al-Zawahiri, dokter Mesir yang juga orang nomor dua di Al Qaeda dan dihargai USD 25 juta atas penangkapannya oleh pemerintah ASBegitu juga halnya dengan Salf al-Adel, buron seharga USD 5 juta Amerika asal Mesir yang bertanggung jawab dalam pengeboman Kedubes AS di AfrikaSelain mereka, ada Adam Yahya, pria asal AS yang menjadi buron senilai USD 1 juta di negaranya

Selain mereka, Syawal mengenal Khalid Syekh Muhammad, otak penyerangan WTC pada 11/9  yang kini ditahan di GuantanamoJuga Ramzi Yousef, tersangka penyerangan WTC edisi pertama pada 1993Sebagian di antara mereka bahkan adalah murid-muridnya

Bila melihat kisah hidupnya, wajar dia mengenal sejumlah tokoh tenar tersebutSebab, Syawal adalah orang Indonesia pertama yang berlatih di kamp-kamp pelatihan Mujahidin yang kemudian disusul oleh rombongan ikhwan-ikhwan yang dikirim oleh NII"Background saya sebenarnya adalah NU," kata pria yang juga menantu Abdullah Sungkar, tokoh Jamaah Islamiyah, itu

Kendati lahir di Sulawesi Tenggara, pada 1973 Syawal berpindah ke Gresik, kota yang sangat NUKemudian, dia masuk Gontor dan pada 1981 berpindah ke JakartaSempat berencana melanjutkan studi ke Harvard, kemudian ke Groningen, namun akhirnya dia memutuskan sekolah di Unisba, BandungDia juga pernah aktif di PMII, organisasi mahasiswa yang berafiliasi ke NU

Seperti para remaja yang berkutat di pergerakan Islam, Syawal muda juga tergetar oleh Revolusi Iran yang didendangkan Ayatullah KhomeiniSetelah menyelesaikan sarjana muda, Syawal memutuskan pergi ke Pakistan"Selain ada kakak saya yang di sana, saya hendak membantu kaum mujahidin melawan rezim komunis Soviet di Afghanistan," ucapnya

Dapat ditebak, darah muda dan idealisme membuatnya memilih masuk Akademi Militer MujahidinDia masuk ke kamp Jaluzi di Pabbi, Peshawar"Sebenarnya sebelum saya sudah ada sejumlah orang Indonesia yang masukYakni, dari GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia)Namun, mereka tidak bertahan lama," ucapnyaDi akademi militer tersebut, ada dua ilmu yang dipelajariYakni, ulum islamiyyah (ilmu agama) dan ulum asykariyah (ilmu militer)

Syawal mengambil spesialisasi di bidang infanteri meski sejumlah bidang militer lain pun dikuasainyaSelain menguasai semua jenis senjata, dia jago di bidang artileri dan mahir soal bahan peledakBagaimana tidak jago, bila setelah tiga bulan pendidikan, PKL (praktik kerja lapangan) langsung turun ke medan perang melawan tentara rezim Najibullah yang didukung Uni Soviet

Syawal mengenang masa tiga tahun pelatihannya tersebut secara manusiawi"Saya ingat betulHiburan yang sering terjadi adalah perkelahian di antara orang Afghanistan sendiriEntah mengapa, mereka itu selalu gampang berkelahi satu sama lainSudah budayanya," katanya

Sekitar dua tahun kemudian, berdatanganlah rombongan ikhwan yang dikirim NIIDi antaranya, Nasir Abbas, Ali Ghufron alias Mukhlas, Dzulkarnaen (amir JI yang masih buron, Red), Saad, Idris, Ali Imron, Imam Samudera, Dulmatin, dan Umar Patek"Mereka itu saya yang melatih," ucapnya

Saat menjadi pelatih itulah, dia bersentuhan dengan Osama bin LadenSejumlah kondisi membuat dia seperti ituYang pertama saat terjadi perpecahan di tubuh NII yang berujung lahirnya JI pada 1993Ketika itu, Dzulkarnaen memberikan pilihan kepada orang-orang Indonesia di sana untuk memilih JI atau NII.

Meski mertuanya adalah Abdullah Sungkar yang merupakan pendiri JI, Syawal menolak"Saya jengkel sajaSebab, jauh-jauh berniat untuk berjihad di Afghanistan malah diributkan urusan pecah tanzhimApalagi, saya sudah pernah baiat, mosok pecah tanzhim baiat lagiHarus berapa kali baiat lagi?" katanya, dengan nada tanyaDia mengaku sudah dibaiat dua kali saat ituYakni, baiat internasional pada 1986 dan baiat NII pada 1988

Jangankan bergabung dengan JI, Syawal justru "menjauh"Dia malah lebih akrab dengan orang-orang ArabBahkan, dia juga menjadi instruktur bagi muslimin Kashmir dan TajkistanBegitu bertemu dengan Osama, Syawal mengaku langsung kagum

"Beliau adalah contoh yang idealKaya, bisa memilih hidup enak, namun justru memberikan segala-galanya untuk gerakan jihad," katanyaApalagi, kemudian Osama mulai menyebarkan visi jihad globalnya pada 1991, yang dipicu Kerajaan Saudi mengizinkan tentara AS berada di tanah suci untuk memerangi invasi Iraq ke Kuwait

Osama kemudian membuka base camp militer di Durgham, dengan Syawal sebagai salah seorang top instructor-nyaSyawal pun bergaul erat dengan Osama dan juga bertemu dengan sejumlah tokoh yang disebutkan sebelumnya di kamp tersebutAda satu pengalaman pribadinya dengan Osama yang begitu dia ingat"Suatu hari mendadak Syekh Usamah (Osama) memanggil sayaBeliau hendak memberi uangNamun, saya tolak," katanyaSejak peristiwa itu, Osama kerap berbincang dengannya

Baru pada 1996, Syawal pulang dari Afghanistan ke MalyasiaDia sempat mendirikan Iqro" Institute di Shah Alam, SelangorMeski kerap bersilaturahmi dengan Hambali, Mukhlas, dan Imam Samudera, Syawal tetap pada pendiriannyaDia lebih memilih menjadi praktisi jihad internasional ketimbang bergabung dengan JI

Pada 1998, konflik Poso-Ambon pecahItu bukan saja menarik minat JI untuk berjihad di sana, tapi juga SyawalKendati masyarakat umum di Indonesia hanya menganggap konflik lokal, sebenarnya konflik Poso-Ambon justru menjadi tempat pelatihan kaum militan Islam dan juga menarik perhatian kaum jihadi internasionalBahkan, Anwar al-Awlaki, pemimpin Al Qaeda Yaman yang juga disebut-sebut sebagai calon suksesor Osama, pernah datang ke Poso.

Dalam waktu hampir bersamaan, Syawal juga membuat kamp untuk orang-orang Sulawesi pengikut Kahar MuzakarNamanya adalah Kamp Al Fatih"Tempatnya ya di sekitar kamp Abu Bakar itu," tuturnya

Setelah konflik Poso-Ambon reda, Syawal memilih menetap di Indonesia dan berjihad dengan caranyaTapi, tidak menggunakan bedil dan senjata"Tapi, dengan pemikiranSebab, bagi saya, Indonesia adalah darul dakwah (daerah dakwah), bukan darul harb (daerah perang)," kata pria 48 tahun yang masih tegap itu(ano/c4/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Siap jadi Host Pertemuan Tingkat Menteri GNB


Redaktur : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler