jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pusat Kajian Pengembangan Berdikari (PKPBerdikari) Osmar Tanjung mengatakan, kebudayaan memiliki peran penting untuk mencegah radikalisme di tengah masyarakat.
Menurut dia, kebudayaan berfungsi melawan kekosongan identitas (identity vacuum) serta rasa keasingan sosial (social alienation).
BACA JUGA: TGB Zainul Majdi: Pendekatan Keras Tidak Bisa untuk Atasi Radikalisme
Kekosongan identitas dan rasa keasingan sosial selama ini terjadi akibat tingkat urbanisasi, globalisasi, dan migrasi yang semakin pesat.
BACA JUGA: Caleg Terpilih dari Ansor Janji Jaga NKRI, Cegah Radikalisme
BACA JUGA: Bang Osmar Siap Berikhtiar Wujudkan Ide Bu Mega soal Taman Hortikultura Ala Tiongkok
“Keterlibatan seni dan budaya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat memberikan kontribusi besar terhadap penciptaan modal sosial (social capital), baik secara individu maupun kolektif dengan memperkuatkan jaringan-jaringan sosial,” kata Osmar, Senin (5/8).
Dia menambahkan, keterlibatan dalam kegiatan seni-budaya dapat menciptakan rasa memiliki komunitas serta akar identitas yang kuat (community ownership and identity).
BACA JUGA: Rencana Menhan untuk 3 Persen Anggota TNI Penganut Radikalisme
Hal itu akan berakibat seorang individu maupun sebuah komunitas memiliki ketahanan (resilience) yang lebih tinggi untuk melawan radikalisme.
Di samping itu, sambung dia, kegiatan-kegiatan seni-budaya bisa diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan daya pemikiran kritis (critical thinking) serta daya pemikiran mandiri (independent thinking).
“Selain dapat meningkatkan pertahanan untuk melawan radikalisme maupun critical dan independent thinking, kegiatan kebudayaan dapat juga mengurangi kerentanan masyarakat terhadap hoaks dan isu-isu negatif lainnya,” imbuhnya.
Namun, bentuk kegiatan seni-budaya yang dipilih tentu harus memiliki relevansi tinggi bagi masyarakat yang dituju.
“Bisa karena merupakan tradisi lokal, bisa karena dapat menyalurkan aspirasi masyarakat dan bisa karena cocok bagi segmen dan lapis masyarakat yang dituju,” ujar Osmar.
Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya khusus untuk mencari inisiatif-inisiatif baru yang dilengkapi dengan kampanye untuk meningkatkan kesadaran seni-budaya di tingkat lokal maupun nasional.
“Yang dicari adalah kegiatan seni-budaya yang mampu menciptakan rasa bangga terhadap identitas diri sendiri sebagai perlawanan yang kuat terhadap pengaruh radikalisme,” ujarnya.
Di samping itu, dukungna terhadap bermacam bentuk karya seni visual sangat diperlukan.
Misalnya, lukisan, perfilman, teater, dan pertunjukkan tradisional untuk melawan simbolisme visual yang disebarkan melalui internet dan media sosial.
“Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya dengan seni-budaya tradisional maupun modern. Seni-budaya harus diakui memiliki peranan penting dan tidak sebatas daya tarik pariwisata, kegiatan kaum elite perkotaan ataupun ritual kuno orang desa,” kata dewan komisaris independen PTPN 4 itu. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saran DPR Atasi Kampus Terpapar Radikalisme
Redaktur & Reporter : Ragil