Oso Temui Nelayan Asing Pencuri Ikan, Inilah Tawarannya

Kamis, 23 Maret 2017 – 13:03 WIB
Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang saat bertemu nelayan asal vietnam yang berada di detensi PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Pontianak, Selasa (21/3). Foto: Trimujoko Bayuaji/Jawa Pos

jpnn.com, PONTIANAK - Kalimantan Barat selama ini menjadi salah satu garda terdepan Indonesia dalam penanganan praktik illegal fishing nelayan negara tetangga. Puluhan nelayan dari berbagai negara ditangkap, dan sebagian dari mereka saat ini tengah menjalani proses hukum di Pontianak.

Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang berkesempatan melihat langsung kiprah Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) dalam menangani pencurian ikan. Puluhan kapal nelayan ikan teronggok di salah satu sudut stasiun PSDKP Pontianak, yang berlokasi tepi sungai kabupaten Kubu Raya.

BACA JUGA: 27 ABK Vietnam Pelaku Illegal Fishing akan Dipulangkan

Untuk tangkapan berupa kapal nelayan berukuran 10 GT, sebagian besar adalah hasil kerja PSDKP selama dua tahun terakhir. Unit dari Kementerian Kelautan dan Perikanan itu pada 2016 telah menangkap 33 kapal nelayan asing.

Jumlah tangkapannya meningkat menjadi 50 kapal nelayan asing pada 2015. Sebagian dari kapal itu telah dimusnahkan, seiring proses hukum yang berkekuatan hukum tetap.

BACA JUGA: Oso: Umat Islam di Jakarta Jauh Lebih Cerdas daripada..

Sebagian besar dari kapal nelayan yang ditangkap berasal dari Vietnam. Bersamaan dengan penangkapan, PSDKP juga mengamankan para nakhoda kapal untuk diproses secara hukum PN Pontianak.

Kebetulan, PN Pontianak memiliki peradilan khusus yang menangani masalah perikanan dan kelautan. Kepala Stasiun PSDKP Pontianak Erik Sostenes menyatakan, para nakhoda yang tertangkap saat ini diamankan di pusat detensi yang juga berlokasi di kompleks PSDKP.

BACA JUGA: Kader PD Ramai-ramai Lompat ke Partai Pimpinan OSO

“Saat ini ada 21 nakhoda yang tengah menjalani proses hukum di PN Pontianak,” kata Erik di kantornya, Selasa (21/3).

PSDKP selama ini hanya menampung para nakhoda selama menjalani proses hukumnya. Para anak buah kapal (abk) saat penangkapan berlangsung, diserahkan kepada pihak imigrasi untuk proses deportasi.
 
Saat Oesman Sapta tiba di stasiun PSDKP, Erik menunjukkan pusat detensi tempat lembaganya menampung sementara para nakhoda yang menjalani proses hukum. Di pusat detensi itu, para nakhoda tidak dikurung dalam sel, namun ditempatkan dalam sebuah barak yang menjadi tempat berkumpul bersama.

Rata-rata dari mereka suka berkumpul dan bercengkerama bersama. Saat proses penyidikan, biasanya pihak Kejaksaan membawa seorang penterjemah bahasa untuk berbicara dengan mereka.
 
Banyaknya nelayan asing yang ditampung di pusat detenasi itu membuat OSO -panggilan kondang Oesman- penasaran. Oso kkemudian berbicara dengan salah satu nelayan.
 
“Ada yang bisa bahasa Indonesia? Mana, saya mau bicara,” kata Oso.

Selanjutnya, senator asal Kalimantan Barat itu diperkenalkan dengan Ngo Thanh Phong, seorang nakhoda asal Vietnam yang masih muda. Dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata, Thanh Phong menjelaskan bahwa dirinya sengaja menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif perairan Indonesia.

Hasil tangkapannya selama ini langsung dibawa untuk dijual di Vietnam. “Perjalanan tiga hari dari Vietnam ke Indonesia,” katanya.
 
Thanh Phong berbicara kepada Oso bahwa dirinya kapok menangkap ikan secara ilegal. Oso kemudian meminta dia untuk menangkap ikan lagi, namun dengan menggunakan kapalnya.

“Saya punya kapal ikan. You tangkap ikan tapi untuk saya, buat Indonesia, jangan you bawa ke Vietnam,” kata Oso.

Sambil tersenyum, Thanh Phong setuju jika nantinya Oso memberinya pekerjaan.
 
Setelah melihat pusat detensi, Oso lantas diajak Erik untuk melihat kesiapan infrastruktur milik PSDKP. Secara umum, PSDKP memiliki dua kapal yang digunakan untuk patroli.

Satu kapal berukuran besar, satu lagi berukuran lebih kecil untuk gerak cepat. Oso sempat masuk ke kapal pengawas ikan milik PSDKP. Kesannya, infrastruktur yang dimiliki saat ini masih kurang.

“Kalau saya bicara belum (komplet, red), ini pertarungan yang harus ditangani Kementerian Kelautan,” kata Ketua Umum Partai Hanura itu.

Meski begitu, Oso mengaku senang bahwa saat ini sudah banyak pemuda yang terlibat menangani dan melindungi laut dan ikan Indonesia. Sosok Erik sebagai Kepala PSDKP sendiri masih muda.

Hal ini berbeda dengan pengalaman yang dia alami saat masih melaut dulu. “Dulu saat saya di laut, orang-orang tua semua,” kata Oso.
 
Dengan keterlibatan anak muda, maka ada jaminan lebih kuat atas perlindungan aset strategis Indonesia. Tentunya, hal ini akan memberi manfaat bagi para nelayan Indonesia saat bisa memanfaatkan hasil laut lebih aman.

“Ini akan memberi pelayanan, supaya ikan tidak dicuri terus menerus,” ujarnya.
 
Oso mendorong agar ke depan budi daya hasil laut harus lebih ditingkatkan demi memberi nilai tambah dan penghasilan bagi nelayan. Jika hanya bergantung hasil laut, tentu jumlah tangkapan tidak bisa menjadi patokan.
 
“Berapa pun ikan yang diambil tidak pernah habis, tapi mereka kan berpindah-pindah tempat,” tandasnya.(bay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Semoga Investor Arab Saudi Juga Peduli SDM Perikanan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler