Outlook Pasar Keuangan Internasional 2023, OctaFX: Resesi di Depan Mata, Trader Tak Boleh Lewatkan Acara Global Apa pun

Senin, 13 Februari 2023 – 08:48 WIB
Gejolak pasar keuangan internasional pada 2022 cukup kuat karena berbagai peristiwa geopoltik, bagaimana dengan 2023. Foto: OctaFX

jpnn.com, JAKARTA - Gejolak pasar keuangan internasional pada 2022 cukup kuat karena berbagai peristiwa geopoltik, kenaikan suku bunga yang belum pernah terjadi sebelumnya, krisis energi, serta perubahan besar dalam arus perdagangan global.

Namun, apakah tahun ini akan terjadi hal yang sama? Broker global OctaFX pun melakukan telaah atau jajak pendapat kepada sejumlah ekonom terkait pasar keuangan internasional pada 2023.

BACA JUGA: OctaFX Beberkan Hasil Survei Korelasi Black Friday dan Trading, Cek di Sini

Apa yang terjadi pada pasar saat ini?

Salah satu pakar OctaFX, Saeed Ahmed Shaikh menilai ekonomi global berada di ambang resesi.

S&P 500, DJI 30, dan beberapa bursa Eropa menunjukkan bahwa pertanda resesi membayangi di depan mata.

BACA JUGA: OctaFX Salurkan Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Gempa Cianjur

"Dengan indeks-indeks utama di area overbought, ekonomi dunia menderita tekanan inflasi dan USD mengalami kenaikan yang kuat, Mungkin sudah waktunya untuk bersiap-siap menghadapi tren turun di tahun depan," ungkap Saeed seperti dikutip dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (7/2).

Menurutnya, resesi tidak dapat dihindari karena adanya beberapa faktor penting. Dia menjelaskan dahulu ekonomi mengikuti kurva Phillips, yang menyatakan bahwa inflasi akan dikompensasi dengan tingkat lapangan kerja yang tinggi.

BACA JUGA: Bantah Jadi Afiliator OctaFX, Boy William: Aku 100 Persen Hanya Talent yang Dibayar

Namun, kali ini, sepertinya akan beda cerita. Lingkungan inflasi secara paradoks dipenuhi oleh pengangguran.

"Kombinasi keduanya dapat berakibat fatal bagi perekonomian. Oleh karena itu, prediksi resesi tampaknya cukup masuk akal," ujar Saeed.

Pakar keuangan dan pembawa acara webinar pendidikan dari Nigeria Ambrose Ebuka menilai pada 2022 bisa dikatakan tahun yang sangat sulit bagi perekonomian.

Sebab, tingkat inflasi yang memecahkan rekor (lebih tinggi dari yang terlihat dalam beberapa dekade), biaya hidup yang tinggi di beberapa wilayah, konflik Rusia-Ukraina, dan pandemi COVID-19.

"Perlambatan saat ini merupakan tantangan bagi banyak negara berkembang serta ekonomi berkembang yang bergantung pada keuangan luar negeri, ekspor barang, atau impor makanan dan energi," katanya.

Kemungkinan Resesi Global pada 2023

Salah satu kekhawatiran utama untuk 2022 adalah resesi global yang tampaknya semakin mendekat.

Trader dan coach dari Filipina Paul Joseph Mendoza mengaku percaya bahwa resesi adalah kemungkinan nyata dalam kondisi saat ini.

Sebab, masih ada efek lanjutan Covid-19, terutama di Tiongkok, perang antara Rusia dan Ukraina, dan bank-bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi.

"Dunia mungkin akan menuju resesi global pada tahun 2023," ucap Paul.

Masa depan kripto

Sebelum kejatuhan FTX pun tren pasar kripto sudah merosot, dengan Bitcoin beberapa kali turun hingga lebih dari 70 persen sejak Desember 2021.

Ketika FTX jatuh, lebih dari satu juta orang kehilangan uang, dan imbasnya sangat drastis di seluruh pasar.

Namun, Saeed Ahmed Shaikh mengatakan sejauh ini saya berani mengeklaim bahwa kejatuhan FTX adalah kesempatan bagi para trader untuk melihat sisi lain dan menjual token FT saat berita kejatuhan itu tersiar.

"Trader yang cerdas tidak akan melewatkan peristiwa global apa pun. Ingat, karier kita ini bebas resesi. Kita membeli pada saat lonjakan dan menjual pada saat penurunan," ungkapnya.

Saeed mengaku akan memperhatikan mata uang dan indeks saham global utama karena 'pada saat krisis, volatilitas mata uang dan indeks meningkat sedangkan volatilitas komoditas menurun.

Trader purna waktu asal Malaysia Gero Azul menilai berdasarkan pengalaman lebih dari empat belas tahun yang telah dimilikinya kripto masih cukup potensi.

"Saya rasa kripto tidak akan pernah menggantikan aset fisik yang kita miliki sekarang. Kripto ini adalah kesempatan baru, yang saya yakin akan terus relevan bagi banyak investor," katanya.

Aset yang perlu diperhatikan oleh investor pada kuartal satu 2023

Di sisi lain, Ambrose Ebuka menyebutkan beberapa aset yang akan diikutinya pada awal 2023, yakni beberapa bulan ke depan.

"Saya memperhatikan pasangan major USD, EUR, dan emas. FED telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga berkelanjutan pada 2023. Namun, saya mengharapkan pembalikan tren naik pada indeks dolar AS karena prakiraan tingkat pengangguran tetap tinggi, dan kekhawatiran resesi masih ada. Kita bisa melihat transisi dari upaya menahan inflasi menjadi melawan resesi," kartanya.

Paul Joseph Mendoza menilai aset yang menjadi perhatian adalah EURUSD, emas, minyak, dan gas.

Nasib ekonomi regional 2023

Paul Joseph Mendoza membagikan pandangannya tentang prospek ekonomi Filipina.

Dia memperkirakan bahwa Filipina akan tumbuh lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya, dengan didukung oleh permintaan domestik yang lebih kuat dari perkiraan karena dorongan peningkatan lapangan kerja dan pemulihan pariwisata setelah negara ini mencabut pembatasan mobilitas COVID-19.

"Satu-satunya hal yang ditakuti rakyat Filipina saat ini adalah Dana Investasi Maharlika yang merupakan dana kekayaan negara yang diusulkan untuk Filipina," katanya.

Kemudian, dari Nigeria, Ambrose Ebuka menilai ada kesulitan yang mungkin dihadapi ekonomi negara itu di tahun mendatang:

Ekonomi Nigeria diproyeksikan tumbuh rata-rata tiga persen pada 2023–2024. Namun, penurunan produksi minyak, perkiraan peningkatan inflasi, serta berlanjutnya tekanan fiskal dan utang merupakan risiko kemorosotan.

"Pengeluaran anggaran tahun 2023 sebesar 20,51 triliun naira (USD 43,7 miliar) adalah pengeluaran tertinggi, dan lebih dari 40 persen anggaran tersebut diperkirakan dibiayai oleh utang baru. Pemilihan Presiden dan Gubernur pada 2023 cukup mengkhawatirkan dan dapat menimbulkan ketidakpastian ekonomi," katanya.

Saeed Ahmed Shaikh mempertimbangkan yen Jepang dengan perspektif menarik.

Menurutnya, jika harus memilih satu mata uang, saya melihat bahwa yen Jepang akhirnya akan memberikan tantangan terhadap USD dalam pengumuman Desember oleh BOJ.

Setelah mengalami tren turun berkepanjangan, sepertinya yen akhirnya bangkit dan melawan USD. "Mata uang ini tampaknya menjadi andalan bagi trader mata uang tunggal pada 2023," pungkasnya.

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan trader pada 2023:

1. Fokus pada teknik manajemen risiko dan mengembangkan pola pikir yang tepat untuk trading di lingkungan dengan volatilitas tinggi.

2. Ingat aspek positif dari volatilitas tinggi

3. Trader tidak perlu menakutkan resesi. Terkadang, resesi dapat menjadi teman baik.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler