P2G Menilai Sekolah Jam 5 Pagi di NTT Tanpa Kajian Akademis

Kamis, 02 Maret 2023 – 21:25 WIB
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim. (ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi)

jpnn.com, JAKARTA - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai kebijakan Pemprov NTT soal masuk sekolah jam 5 pagi bagi siswa SMA/SMK sederajat tidak melalui kajian akademis terlebih dulu.

Selain itu, publik tidak diberikan penjelasan logis tentang dasar pijakan Pemprov NTT yang diipimpin Gubernur Viktor Laiskodat membuat kebijakan tersebut.

BACA JUGA: Viktor Laiskodat Mewajibkan Siswa Sekolah Jam 5 Pagi, Ini Lho Dampak Buruknya pada Anak

Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim menyebut andaipun ada, dokumen kajiannya tidak bisa diakses publik sehingga melanggar asas transparansi dan partisipasi publik.

"Seharusnya ada kajian secara filosofis, sosiologis, pedagogis, termasuk geografis, mengingat banyak sekolah di NTT yang jarak antara rumah siswa/guru dengan sekolah sangat jauh, bahkan ada yang lebih 5 kilometer. Dan berjalan kaki menuju sekolah," kata Satriwan Salim, Kamis (2/3).

BACA JUGA: Siswa SMA/SMK di NTT Masuk Jam 5 Pagi, Komisi X DPR: Harus Dikaji Matang

Menurut dia, kebijakan itu juga tidak berkorelasi dengan capaian kualitas pendidikan di NTT yang masih menyisakan banyak masalah.

Persoalan itu meliputi posisi NTT menjadi provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi sebesar 37,8 persen (Kemenkes, 2021); IPM NTT 65,28 peringkat ke-32 dari 34 provinsi (BPS, 2021).

BACA JUGA: Info Terkini BKN soal Mekanisme Pengumuman PPPK Guru 2022, P1 sampai P4 Bisa Tidur Enak

Lalu, masih banyak kelas-kelas di sekolah dalam kondisi rusak 47.832 kelas (NPD Kemendikbudristek 2021); 66 persen SD belum dan berakreditasi C, 61 persen SMP belum dan berakreditasi C, 56 persen SMK belum dan berakreditasi C; Ribuan guru honorer di NTT diberi upah jauh di bawah UMK/UMP berkisar ant?ara 200 ribu - 750 ribu perbulan.

Satriwan menyebut kondisi di atas menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara masuk sekolah pukul 05.00 WITA dengan upaya peningkatan IPM, menurunkan stunting, memperbaiki bangunan ruang kelas/sekolah, memperbaiki akreditasi atau kualitas sekolah, dan meningkatkan kesejahteraan guru honorer.

"Mestinya kebijakan pendidikan pemprov fokus saja pada masalah yang esensial dan pokok di atas. Bisa dikatakan Pemprov NTT menggaruk yang tidak gatal," tutur Satriwan.

Masuk sekolah jam 5 pagi di Kupang sepertinya akan menjadi kebijakan sekolah terpagi di dunia yang mungkin bakal ditertawakan oleh komunitas pendidikan internasional.

Selain itu, kebijakan tersebut sangat tidak ramah anak, orang tua, dan guru. Kalau masuk pukul 5 pagi, pasti bangunnya pukul 04.00, bahkan bisa saja pukul 03.00 pagi jika jarak antara sekolah, rumah jauh.

Belum lagi masih banyak siswa yang harus berjalan kaki menuju sekolah yang jauh. Sementara guru-gurunya tidak mungkin datang pukul 5 pagi, tetapi harus lebih awal lagi.

Persoalan juga bakal dihadapi siswa dari wilayah yang minim sarana transportasi umum atau akses jalan yang sulit diakses termasuk minim penerangan lampu jalan.

"Artinya, pemprov tidak mempertimbangkan kebijakan tersebut dengan landasan kajian secara geografis dan transportasi publik," ucap Wilfridus, Ketua P2G Provinsi NTT. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-Detik Pembunuhan Seorang Wanita di Sidoarjo Terungkap, Ini Pelakunya


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler