Padatnya Kurikulum Hambat Pelajaran Sejarah

Jumat, 12 November 2010 – 19:32 WIB

JAKARTA - Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Ratna Hapsari mengeluhkan padatnya kurikulum pendidikan sejarah yang justru menghambat perkembangan pelajaran sejarah itu sendiri" Akibatnya saat ini pelajaran sejarah kini hanya menjadi pelajaran hafalan belaka," kata Ratna kepada wartawan di Jakarta, Jumat (12/11).

Menurut Ratna,  Kurikulum pendidikan sejarah sangat padat, sehingga lebih mengutamakan aspek kognitif dan semakin jauh dari tujuan pendidikan sejarah yang lebih mengutamakan afektifitas

BACA JUGA: Yohanes Surya Ajar Ibu-Ibu Matematika

Ratna mengatakan jam tatap muka dan pembedaan materi ajar pendidikan sejarah di program IPA, IPS dan Bahasa juga menjadi persoalan
Keterbatasan itu, lanjut Ratna, berujung pada terhambatnya eksplorasi kegiatan pembelajaran dan menimbulkan kesulitasn bagi guru untuk menyiapkan perencanaan pembelajaran yang komprehensif.

"Bahkan, kegiatan pengembangan profesi guru sejarah juga masih terbatas

BACA JUGA: Yohanes Surya Siap Didik Guru Pedalaman

Para guru jarang dilibatkan dalam penentuan kebijakan pendidikan yang terkait langsung dengan pendidikan sejarah," tukasnya.

Untuk itu, lanjut Ratna.  AGSI merasa  perlu segera mungkin mengimplementasikan pendidikan karakter melalui kurikulum sejarah dan proses pembelajaran sejarah di sekolah
sejumlah rekomendasi untuk menunjang berkembangnya pelajaran sejarah telah dikeluarkan AGSI

BACA JUGA: Langit Steril, Tolikara Tuan Rumah Olimpiade Astronomi

Diantaranya,  membentuk tim pengkaji kurikulum pendidikan sejarah yang terdiri dari unsur pemerintah, AGSI dan Asosiasi Sejarahwan.  "Tugasnya mengkaji seluruh kurikulum pendidikan sejarah dan membentuk karakter bangsaDi sini, para guru sejarah juga perlu dilibatkan dalam penyusunan berbagai kebijakan pendidikan di kemudian hari," imbuhnya.

Selain itu, AGSI juga menghendaki agar jam tatap muka pelajaran sekolah menjadi dua jam untuk setiap kelasSedangkan yang terakhir, AGSI mengharapkan agar  pemerintah perlu memfasilitasi berbagai kegiatan pengembangan profesi guru, termasuk sarana dan prasarana yang menunjang profesinya"Pentingnya pembaharuan ini bukan hanya menjadi kepentingan guru sejarah semata, tetapi untuk membangun generasi baru dengan karakter kebangsaan yang kuat," ujarnya(Cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tinggi, Animo Warga China Belajar Bahasa Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler