Pak Djarot Datang, Tengku Erry Nuradi Bisa Hilang

Kamis, 04 Januari 2018 – 19:25 WIB
Tengku Erry Nuradi. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memunculkan nama Djarot Saiful Hidayat sebagai calon Gubernur Sumetera Utara, tidak menguntungkan bagi Tengku Erry Nuradi yang diusung oleh Partai NasDem.

Kecuali jago Surya Paloh itu legawa menjadi cawagub Djarot. PDI Perjuangan sebagai pemilik 16 kursi di DPRD Sumut tentu tidak akan ikhlas mantan Gubernur DKI Jakarta yang jauh-jauh diturunkan ke Sumut, hanya diplot sebagai cawagub untuk cagub dari NasDem pemilik 5 kursi DPRD.

BACA JUGA: Jadi Calon Gubernur, Edy Rahmayadi tetap Pimpin PSSI

"Karena NasDem saja tidak cukup. Kemungkinan bisa hilang nama Tengku Erry dari bursa calon," ucap Pangi saat berbincang dengan JPNN.com, Kamis (4/1).

Saat ini komposisi koalisi di Sumut terus mengerucut. Poros Gerindra, PKS, PAN telah mendeklarasikan mengusung Edy Rahmayadi-Musa Rajeckshah (Ijeck).

BACA JUGA: Ada Pin PKS di Kemeja Edy Rahmayadi, HNW: Ini Acara Sipil

Bila tidak berubah, Golkar pemilik 17 kursi dan Hanura (10 kursi), juga akan mendukung pasangan ini. Untuk Hanura, pertimbangannya adalah Ijeck merupakan sepupu Ketua DPD Hanura Sumut.

Sementara, Tengku Erry yang diusung NasDem butuh 15 kursi lagi untuk bisa mendaftar ke KPUD Sumut. Angka itu tidak akan bisa dicapai bila tinggal tiga parpol yang belum bersikap, yakni PPP (4 kursi), PKB (3 kursi), dan PKPI (3 kursi).

BACA JUGA: Edy Rahmayadi: Djarot Hebat, Kami Lebih Hebat

Justru realistis bagi ketiga partai tersebut bergabung dengan PDI Perjuangan yang mengusung Djarot. Dengan tambahan 9 kursi dari PPP, PKB dan PKPI, Djarot dipastikan bisa mendaftar. "PDIP bersama koalisinya tinggal mencari wakil Djarot. Idealnya putra daerah," jelas direktur eksekutif Voxpol Center ini.

Dia juga menilai keputusan PDI Perjuangan menurunkan Djarot cukup berdasar karena mayoritas pemilih di sana adalah etnis Jawa. Itu berkaca dari Pilkada DKI ketika Megawati mengusung Joko Widodo. Kemenangan mantan wali kota Solo tidak lepas dari dukungan etnis Jawa di Ibu Kota.

"Sentimen pemilih primordial masih besar pengaruhnya. Kan ketika Jokowi maju di Pilgub DKI yang paling banyak itu pemilih Jawa, kemudian Betawi dan seterusnya. Di Sumut saya kira gak jauh beda," pungkas Pangi. (fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendamping Djarot Masih Rahasia, Tunggu 7 Januari Saja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler