Pak Harmoko, Politikus Kampiun dan Kenangan Pengantar Minum Racun

Selasa, 06 Juli 2021 – 10:55 WIB
Harmoko (2007). Foto: ANTARA/FOURI GESANG SHOLEH

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia kembali kehilangan salah satu tokohnya. Minggu lalu (4/7), tokoh pers yang juga Ketua MPR/DPR RI 1997-1999 H Harmoko meninggal dunia.

Pemilik nama asli Harun Muhammad Kohar itu merupakan mantan wartawan yang kemudian menjadi politikus ulung. Sebelum memimpin MPP/DPR, Harmoko lebih dikenal sebagai menteri Penerangan.

BACA JUGA: Pak Harmoko Meninggal, Roy Suryo: Selamat Menghadap Sang Khalik

Istilah sangat populer dari Harmoko ialah 'menurut petunjuk bapak presiden' yang sering dia ucapkan dalam jumpa pers. Pada era Harmoko sebagai menteri Penerangan pula terjadi pemberedelan terhadap tiga media, yakni Tempo, Editor, dan Tabloid Detik.

Tempo dan Editor merupakan majalah, sedangkan Detik kala itu berupa tabloid. Pemerintah mencabut surat izin uzaha penerbitan pers (SIUPP) bagi tiga media yang dikenal berani itu.

BACA JUGA: Pak Harmoko Si Pencetus Kelompencapir Itu Meninggal Dunia

Namun, yang pernah merasakan akibat kedigdayaan Harmoko bukan hanya kalangan media. Seniman pun pernah terkena efek pernyataan Harmoko.

Contohnya ialah Orkes Moral Pengantar Minum Racun atau OM PMR. Pada 1987, grup musik parodi itu meluncurkan album bertitel Judul-Judulan.

BACA JUGA: Di Permakaman, Roy Suryo dan Harmoko Tidak Lari Meski Ada Angin Kencang

Salah satu andalan dalam album itu ialah lagu dengan judul yang sama. Namun, ada dwilingga dalam lagu itu yang dianggap bermasalah.

Harmoko mempersoalkan dwilingga 'kawin-kawinan' dalam lagu Judul-Judulan. Kata itu dianggap tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

"Kami kaget, waktu itu sedang ada show di Lampung, tiba-tiba mendengar soal lirik Judul-Judulan dipersoalkan," ujar personel PMR Adjie Cetti Bahadursyah dalam perbincangan dengan JPNN.com belum lama ini.

Pemain perkusi PMR itu mengungkapkan produser Judul-Judulan terpaksa merevisi lagu itu. "Kami take vokal ulang, cuma buat mengganti kata 'kawin-kawinan' di album itu," tuturnya.

Harry Muke Kapur, pemain kendang PMR, menuturkan kala itu Judul-Judulan sudah dilepas ke pasaran. Akan tetapi, pernyataan Harmoko mengakibatkan album yang belum terjual langsung ditarik.

"Waktu itu ada sekitar dua ribu kaset yang ditarik, jumlah yang cukup banyak," kata Harry.

Pemain bas OM PMR Imma Maranaan mengungkapkan rekaman ulang untuk Judul-Judulan hanya demi mengganti dwilingga 'kawin-kawinan'. "Materi lagu lain di album Judul-Judulan tetap sama," katanya mengenang.

Imma menganggap kejadian itu sebagai pengalaman berharga. "Album kami pernah terkecal, ini semua sebatas perjalanan buat PMR" katanya.

Walakin, Imma turut berdukacita atas kepergian Harmoko. "Kami sudah lupakan semua, semoga beliau diterima di sisi-Nya," ujar Imma.

Harmoko sendiri punya latar belakang seniman. Semasa sebagai wartawan, tokoh asal Kecamatan Patioanrowo, Kabupaten Nganjuk, itu juga piawai membuat karikatur.

Pria yang lahir pada 7 Februari 1939 tersebut juga lihai mendalang. Namun, karier di politiklah yang melambungkan nama Harmoko.

Pendiri harian Pos Kota itu merupakan tokoh sipil pertama yang menjadi ketua umum Partai Golkar. "Enam ketua umum sebelumnya, Suprapto Sukowati, Amir Moetono, Sudharmono, dan Wahono berlatar tentara," ujar politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo.

Bamsoet -panggilan akrabnya- menyatakan pada masa kepemimpinan Harmoko pula Golkar sukses meraih 74,51 persen suara di Pemilu 1997. "Itu rekor prestasi yang hingga kini belum terpecahkan," katanya.

Oleh karena itu, kepergian Harmoko meninggalkan duka bagi Golkar. "Kami semua merasa sangat kehilangan," ujar Bamsoet. (ded/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Dedi Yondra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler