Pak Mahfud Bagus, tapi Bisa Jadi Jebakan buat Jokowi

Sabtu, 14 Juli 2018 – 23:16 WIB
Mahfud MD. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesian Democratic Center for Strategic Studies (Indemis) Girindra Sandino menilai Moh Mahfud MD bukanlah sosok yang tepat untuk mendampingi Joko Widodo (Jokowi) di Pemilihan Presiden (Pilpres). Alasannya, mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu tidak memiliki dua modal penting untuk maju pilpres, yakni dukungan finansial dan partai politik.

"Sebelumnya politikus PKB Jazilul Fawaid bilang, nama Mahfud MD tidak merepresentasikan Nahdlatul Ulama dan para kiai. Maka dapat disimpulkan modal politiknya kurang," ujar Girindra di Jakarta, Sabtu (14/7).

BACA JUGA: Bro Saddiq Kagumi Cara Pemerintah RI Siapkan Asian Games

Kelemahan Mahfud lainnya adalah elektabilitas. Girindra mengatakan, berbagai survei menunjukkan elektabilitas Mahfud tak begitu moncer.

Padahal, Jokowi sangat membutuhkan sumbangan elektoral dari calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampinginya. Salah satunya karena Mahfud bukanlah representasi sosok luar jawa.

BACA JUGA: Teka-Teki Koalisi Capres dan Cawapres

"Mahfud juga berasal dari Jawa, kelahiran, Sampang, Madura, Jawa Timur. Besar kemungkinan pemilih luar Jawa akan memalingkan pilihannya secara psikologis kepada tokoh yang mewakili mereka, yakni kandidat yang berasal dari luar Jawa," kata Girindra.

Sekretaris jenderal Serikat Kerakyatan Indonesia (Sakti) itu meyakini Jokowi lebih membutuhkan figur cawapres dari kalangan ulama. Sebab, masyarakat terkesan muak dengan oknum politikus yang kerap tersandung korupsi.

BACA JUGA: Giliran Jenderal Tito Didukung Jadi Cawapres Jokowi

Sementara di sisi lain, kata Girindra, kepercayaan publik kepada para ustaz maupun ulama meningkat tajam. Karena itu Girindra menyarankan kepada kubu Jokowi agar lebih peka dalam menjarung bakal cawapres.

Girindra menambahkan, meski Mahfud dikenal sebagai negarawan yang baik, cerdas, akademisi yang produktif dan memiliki rekam jejak yang baik, namun tidak memiliki akseptabilitas dan elektabilitas tinggi.

“Elektabilitas yang pas-pasan bisa menjadi jebakan politik pihak lawan menjerumuskan Presiden Jokowi di Pilpres 2019,” pungkasnya.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Berpeluang Meninggalkan Jokowi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler