jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyebut azan yang dikumandangkan di masjid lima kali sehari selama tidak bisa disamakan dengan suara apa pun.
Hal disampaikan Bang Dasco merespons ucapan Menteri Agama (menag) Yaqut Cholil Qoumas yang dianggap menyamakan suara azan dan syiar Islam di masjid dengan gonggongan anjing.
BACA JUGA: Reza Indragiri Menganalisis Ucapan Menag Yaqut dan Edy Mulyadi, Ini Kesimpulannya
"Tidak bisa disamakan dengan suara apa saja, apalagi dianggap sebagai suara yang mengganggu," kata Dasco melalui keterangan persnya, Kamis (24/2).
Ketua Harian DPP Gerindra itu mengatakan suara azan yang mengingatkan dan memanggil umat muslim untuk salat dapat dikategorikan sebagai kearifan dan cagar budaya dalam hidup bertoleransi.
BACA JUGA: Analisis Kepala Badan Bahasa soal Omongan Menag Yaqut, Silakan Fokus Pertanyaan Kedua
Oleh karena itu, Bang Dasco mengajak kepada semua pihak untuk memaknai toleransi dengan baik.
"Mari kita pertebal semangat persatuan, saling menghormati, dan saling menghargai sesama anak bangsa dan juga antarumat beragama," ucap Dasco.
BACA JUGA: Situasi di Ukraina Makin Memburuk, Sukamta Minta Pemerintah Segera Mengevakuasi WNIÂ
Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut menjelaskan tentang aturan penggunaan pelantang suara di masjid yang menuai protes.
Menag Yaqut mengatakan pengaturan itu bertujuan agar hubungan antarumat beragama lebih harmonis.
Mantan Ketua GP Ansor itu menyebutkan tanpa adanya pengaturan soal kebisingan suara dari pelantang masjid, itu bisa mengganggu orang lain.
"Kita bayangkan, saya muslim, saya hidup di lingkungan nonmuslim, kemudian rumah ibadah mereka membunyikan toa sehari lima kali dengan keras secara bersamaan, itu rasanya bagaimana?" ucap Yaqut di Pekanbaru, Riau, Rabu.
Dia selanjutnya memberikan contoh lainnya, yakni gonggongan anjing. Orang bisa terganggu jika banyak anjing yang menggonggong di waktu bersamaan.
"Contohnya lagi, misalkan tetangga kita, kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya, menggonggong di waktu yang bersamaan, kita terganggu tidak? Artinya semua suara-suara harus kita atur agar tidak menjadi gangguan," tutur Gus Yaqut. (ast/fat/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Aristo Setiawan