JAKARTA - Wakil Ketua Komite Tetap bidang Agribisnis dan Peternakan Kadin Indonesia, Tri Hardiyanto, mengatakan lonjakan harga jagung sebagai pakan ayam berdampak pada kenaikan harga ayam dan telur. Kondisi tersebut tidak hanya dikeluhkan masyarakat tapi juga membuat peternak menjerit.
Bila harga jagung sebelumnya hanya di kisaran Rp 3.200/kg, saat ini harganya mencapai Rp 7.200/kg. "Siapa yang sengsara? Rakyat. Rakyat yang beternak, petani yang sengsara," kata Tri Hardiyanto usai rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (28/1).
Karenanya, Tri menuntut pemerintah memperbaiki kondisi tersebut. Sebab, bukan hanya masyarakat yang tak sanggup beli ayam tapi para peternak juga terancam gulung tikar. Disampaikan juga bahwa lonjakan harga jagung salah satunya disebabkan bahan pakan ternak itu tertahan di pelabuhan karena peraturan yang tak jelas dari pemerintah.
Tri mengungkap bahwa kelangkaan suplai jagung nasional tidak hanya dikeluhkan produsen pakan ternak, tetapi juga dialami oleh peternak ayam petelur yang menyusun sendiri ransum pakannya.
Di sentra-sentra produksi telur nasional seperti Blitar-Jawa Timur, Legok Tangerang Banten, Lampung, Payakumbuh dan Medan di Sumatera, serta di Makassar, peternak tidak hanya harus membeli jagung dengan harga tinggi, tapi juga sulit mendapatkannya.
“Jika krisis jagung tidak segera diselesaikan maka dapat berdampak serius terhadap kelangsungan industri perunggasan, yang pada akhirnya juga akan mengganggu suplai daging ayam dan telur. Tentu akan mengganggu suplai protein hewani yang sangat dibutuhkan rakyat Indonesia,” pungkasnya.(fat/jpnn)
BACA JUGA: Gak Pake Lama! Ical Cs Merapat, SK Langsung Terbit
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dewie Limpo Berkelit Tak Pernah Usulkan Dana Pengawalan Anggaran Proyek
Redaktur : Tim Redaksi