Pak SBY Ikut Promosikan, Sekarang Omzetnya, Wouw! Ratusan Juta

Jumat, 28 Juli 2017 – 00:05 WIB
WAYANG ORANG: Salah satu suvenir kreasi hasil Hasta Kriya. Foto: Tumpak M Tampubolon/Indopos

jpnn.com - Ade Kresna Suwandi, 57, saat ini sudah menikmati hasil kerja kerasnya berbisnis handicraft. Suvenir hasil kreasi dan inovasinya sudah tersebar ke beberapa negara dengan omzet ratusan juta rupiah. Bahkan cendramatanya buatannya pernah dijadikan suvenir tamu Istana Kepresidenan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

TUMPAK M TAMPUBOLON, Tangsel

BACA JUGA: Bisnis Haram, Pelanggannya Cantik-cantik

Rabu (26/7) petang, galeri di Komplek Rempoa Hijau Nomor 1, Jalan Rempoa Raya, Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ramai dipenuhi pengunjung.

Di tempat itu mereka nampak berburu cendramata etnik Tanah Air yang unik dan sangat jarang ditemukan.

BACA JUGA: Modal Awal Rp 500 Ribu, Kini Untung Bersih Rp 8 Juta per Bulan

Nama galeri itu adalah Asta Kriya yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga warga kota penyangga DKI Jakarta ini. Beragam suvernir etnik dipampang dan dibandol kepada mereka yang datang.

Asyik melihat cendramata, seorang pria berambut putih dengan kaca mata menempel di kepala menyapa ramah Indopos (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Selalu Tahajud, Dulu Kuli Kini Omzet Minimal Rp 4 Juta per Hari

“Mau beli apa mas?,” sambut lelaki itu. Keramahannya itu menghilangkan kesan jika bapak tiga anak ini merupakan pemilik dari workshop suvenir tersebut.

Mengenakan kaos polo shirt putih, pria berkumis putih nan tipis ini bernama Ade Kresna Suwandi. Sekilas tak ada yang unik dengan sosok suami Nana Diana itu.

Namun jangan salah dia merupakan perajin handicraft ternama asal Kota Tangsel. Suara nan lembut berlogat Jawa Tengah ini pun langsung bercerita awal karirnya mengembangkan usaha aksesoris yang sekarang berkembang pesat sampai ke mancanegara.

Sembari memegang beberapa cendramata, Ade berceloteh tentang perjalanannya menekuni bisnis handicraft. Kerajinan itu dilakoninya pada 1998, silam.

Saat itu bermodal kecil, Ade membuat beberapa suvenir dengan tangannya sendiri. Mulai wayang kulit, topeng, batik, ukiran, patung hingga gerabah.

Masuk menjadi anggota usaha kecil menengah (UKM) di Tangerang, Ade pun ikut pameran di JCC, Jakarta.

Di tempat itu pria ini mendapatkan kejutan besar, hasil karyanya laris manis terjual dan diminati. Namun, setelah dari pameran itu, bapak dua anak ini tak melihat adanya perkembangan hasil kerajinan tangannya tersebut.

”Dari sana saya memang sudah menebak UKM ini dapat berkembang, tetapi harus ada inovasi yang unggul. Makanya saya memberanikan diri terjun ke bidang ini, dan kebetulan saya punya ilmu di bidang ini juga, walapun sedikit,” cerita pria alumnus teknik sipil UNS Solo ini.

Tak terbayangkan oleh Ade sebelumnya, dirinya bakal melakoni usaha di rumah seluas 1.000 meter persegi di Tangsel tersebut.

Kesuksesan yang diraihnya saat ini jelas bukan perkara mudah. Dia harus melalui banyak rintangan dan kesulitan. Awalnya Ade seorang konsultan irigasi yang mengembara ke berbagai pelosok daerah.

Pernikahan kemudian membuatnya mundur dari pekerjaan yang mengharuskan ia membawa anak dan istrinya terjebak di pedalaman.

Lalu Ade melanjutkan kuliah S2 dan bekerja dengan posisi Manager HRD di perusahaan batik milik konglomerat Hartati Murdaya, di wilayah Jawa Tengah.

Di situlah dirinya ia belajar manajemen dan mencari modal untuk usahanya ini. Pada awal 2000, Ade pun mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja.

Dia hijrah dari Solo langsung ke Kota Tangsel. Berbekal uang resign itu, dia pun membeli tanah di wilayah Tangsel.

Bermodal Rp 50 juta, Ade memulai usaha menciptakan aneka produk kerajinan seperti wayang, topeng, dan cermin menjadi lebih eksklusif. Dia menamakan usahanya Asta Kriya.

Alasan bapak dua nak ini terjun ke bisnis handicraf karena melihat peluang usaha itu akan sangat besar. Apalagi saat itu belum ada satu pun pengusaha dan konglongmerat melihat peluang uini dapat berkembang pesat di kemudian hari.

”Saya ingin menciptakan produk lokal yang berkelas dan mendunia. Ini peluang emas dan saya tidak mau pikir panjang. Semua bahan baku saya beli dan merancang semuanya dari nol. Dan Alhamdullilah sekarang sudah dapat dinikmati hasilnya buat keluarga,” ucapnya berseloroh.

Empat tahun terus membuat suvenir dengan tangannya sendiri, Ade dinaungi dewi keberuntungan.

Pada 2004, salah satu teman kuliahnya datang bertandang. Kebetulan rekannya itu merupakan orang kepercayaan Presiden SBY yang terpilih dalam pilpres. Rekannya itu membeli salah satu produk handicraft hasil karyanya untuk dipajang di rumah.

Tak di duga, rupanya suvenir Ade ini dilihat sang kepala negara. Kemudian rekannya itu pun diminta SBY mendatangkan Ade agar dapat berjumpa.

Hingga salah satu karyanya pernah dijadikan suvenir kepresidenan. Karyanya yang dijadikan cenderamata bagi kepala negara lain oleh Presiden SBY adalah wayang kulit.

”Wayang itu diberikan Pak SBY kepada dua Presiden Amerika yang datang ke Indonesia. Satu untuk George W Bush dan Barack Obama. Mulai dari sini hasil kerajinan saya merambah ke negara lain. Pemesannnya pun sangat besar, dan saya pun merekrut pekerja,” paparnya.

Sembari menunjukan pilihan suvenir, Ade terus bercerita. Pertumbuhan bisnis handicraft-nya itu lambat laun terus menanjak.

Karena banyak pesanan dia pun merekrut karyawan dengan jumlah 45 orang dari lingkungan tempat tinggalnya itu.

Sebulan melatih karyawan agar mahir membuat handricraf, Ade pun langsung tancap gas memenuhi pangsa pasar internasional.

Produk kerajinan itu semuanya diolah dan dihasilkan dengan tangan. Ada sebagian pemotongan dan pengamplasan yang menggunakan mesin, namun untuk membatik, cat dan ukir semuanya menggunakan tangan. Dalam dua minggu galeri Ade pun dapat menghasilkan sekitar 200 produk handucraf beragam jenis.

Yang paling popular itu Frame Gunungan dan Frame Pandawa Lima yang masuk dalam market middle up dan tidak dijual dengan retail.

”Kalau kisiaran harga mulai Rp15.000 sampai Rp 6,5 juta. Kalau keuntungan yang didapat waktu itu hanya Rp 60 juta, tetapi sekarang sudah ratusan juta. Ya termasuk beruntung saya dapat mengembangkan usaha handicraf ini sampai ke manca negera,” paparnya tersenyum.

Sebelum menutup perbincangan, Ade menyebut, pangsa pasar suvenirnya itu meliputi beberapa negara. Mulai dari Amerika, Jepang, Jerman, dan Rusia, serta beberapa negara di Timur Tengah.

Dalam sebulan, Ade harus menyediakan sekitar 500 produk suvenir yang dipesan oleh para konsumennya tersebut.

Dari pangsa pasar internasional itu pria anak dua ini dapat memberikan kesejahteraan bagi warga tidak mampu di wilayah Ciputat Timur. Keuntungan usahanya itu dibagikan karena Ade pernah merasakan menjadi masyarakat golongan ekonomi rendah.

”Tidak boleh sambong dan tinggi hati dengan apa yang kita dapat dan miliki. Semua ini kan hanya titipan, jadi tetap harus diberikan kepada orang yang memang tidak mampu dan layak dibantu. Memang tidak mudah merubah nasib, butuh kerja keras, tekat dan niat. Sekarang saya sudah menikmati hasil usaha ini dan menyekolahkan dua anak saya sampai ke perguruan tinggi,” cetusnya. (*)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sasar Pasar Boiler, KRAH Gandeng Perusahaan Jepang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
handicraft   Bisnis  

Terpopuler