jpnn.com - JAKARTA - Meski tak mengangetkan, derasnya penggunaan isu SARA di Pilkada DKI 2017 tetap sangat disayangkan.
Bahkan sejak mencuatnya kasus dugaan penistaan agama oleh calon petahana Basuki T Purnama, topik SARA mendominasi setiap diskusi dan perdebatan.
BACA JUGA: 3 Paslon Disebut Dominasi Lakukan Pelanggaran
"Pilkada adalah soal memilih pemimpin yang cakap mengatur kota dan melayani masyarakat. Saat ini situasi kita malah seperti di Bangladesh, India dan Pakistan yang pesta demokrasinya diwarnai isu agama. Kita mundur kebelakang," kata Koordinator Jakarta Hebat Fauzan Luthsa, di Jakarta, Senin (21/11).
Parahnya lagi, lanjut dia, pertarungan di ibu kota sukses membuat daerah-daerah lain ikut mendidih.
BACA JUGA: PAN Tak Ingin Gegabah
Malah kini berhembus kabar ada upaya makar terhadap pemerintah yang sah dengan memanfaatkan isu penistaan agama Ahok.
Fauzan pun secara terang-terangan menuduh pidato Presiden RI ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2 November lalu memberikan kontribusi signifikan atas panasnya eskalasi politik nasional.
BACA JUGA: Warga Desak KPU Sumsel Laksanakan Putusan MA
Menurutnya, SBY melakukan itu demi melenyapkan rival utama anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang juga maju dalam Pilgub DKI 2017.
"Sayang kepada anak bukan berarti harus menjerumuskan republik ini dalam perpecahan. Itu berarti mendahulukan kepentingan dinasti diatas kepentingan negara," kata Fauzan.
Dia menambahkan, sebaiknya SBY berhenti melakukan provokasi politik baik secara senyap mau pun terang-terangan seperti pidatonya pada 2 November lalu.
"Ingat, kenegarawanan seorang negarawan diuji saat anaknya ikut pilkada. Ini soal politik lokal, biarkanlah Agus bertanding secara fair. Hal ini akan memperlihatkan sikap kenegarawanan Presiden ke-6 (SBY)," tutupnya. (rmol/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rano: Kebenaran Harus Disampaikan Meski Pahit
Redaktur : Tim Redaksi