Pak Tito, Sebelum jadi Kapolri..Tolong Jelaskan Kasus Ini

Senin, 20 Juni 2016 – 11:09 WIB
Tito Karnavian dan Aboe Bakar Al Habsy. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Aboe Bakar Al Habsy memuji Komjen Tito Karnavian yang ditunjuk sebagai calon tunggal Kapolri.

Menurut Aboe, prestasi Tito selama berkarier di kepolisian cukup spektakuler. Ini terlihat dari jenjang karier dan kepangkatannya yang luar biasa. Terlebih lagi, setelah lulusan terbaik Akademi Kepolisian 1987 itu dicalonkan sebagai Kapolri yang melompati lima angkatan.

BACA JUGA: Bareskrim Polri Klaim Satgas Sembako Sudah Fokus

Namun, ada beberapa permasalahan yang mesti dijelaskan Tito terkait peristiwa ketika masih menjabat Kepala Densus 88 Antiteror Polri.

"Ya, ada tiga pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Tito ketika nanti sudah menjabat menjadi Kapolri," katanya, Senin (20/6).

BACA JUGA: BMKG Ingatkan 19 Daerah Ini akan Dilanda Cuaca Ekstrem

Pertama, Tito memiliki rekam jejak yang panjang dalam penanganan terorisme. Banyak catatan selama dirinya berkarier di Densus 88 yang perlu dijelaskan kepada publik. Seperti operasi Jalin Janto 2010, yang diangap Aboe ada 15 orang salah tangkap. Operasi di Cawang 2010 yang menyisakan dua orang tertembak tanpa identitas. Operasi pasca perampokan CIMB Medan 2010 yang menewaskan tiga orang. Kemudian, penggerebekan Nordin M Top yang menewaskan empat orang. Serta penggerebekan Cempaka Putih yang menewaskan dua orang.

"Persoalan itu semua masih menjadi catatan bagi sebagian masyarakat dan pegiat HAM," kata Aboe.

BACA JUGA: Makin Mudah Bayar Tol Cipali Dengan Flazz

Menurut Aboe, jika Tito nantinya melakukan audit dan memberikan penjelasan terhadap semua persoalan itu akan lebih membuat bintangnya semakin bersinar. "Tentunya mereka juga berharap peristiwa serupa tidak terulang kembali saat Tito menjabat sebagai Kapolri nantinya," ujarnya.

Kedua, naiknya Tito sebagai Kapolri telah melompati lima angkatan yang ada di kepolisian. Jika dihitung, kata dia, Tito melompati lima angkatan dari Jenderal Badrodin yang merupakan Akpol 1982. Oleh karenanya tugas beratnya adalah melakukan strukturalisasi di internal Polri dengan sebaik mungkin dengan memperhatikan jenjang dan kepangkatan. "Tito perlu melakukan konsolidasi untuk menjaga soliditas korps yang selama ini telah berjalan dengan baik," paparnya.

Ketiga, Tito harus mempertahankan hubungan yang baik antar kelembangaan. Baik Polri dengan penegak hukum lain seperti KPK dan Kejaksaan. Maupun Polri dengan satuan TNI.  Overlap antarpenegak hukum harus dihindari, demikian pula bentrok antarsatuan. "Konsolidasi antar kelembagaan ini mutlak diperlukan untuk menjaga stabilitas keamanan di Indonesia," pungkasnya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Apa Nih, Hary Tanoe Nyekar ke Makam Sunan Ampel?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler