Tiongkok telah memanfaatkan pandemi COVID-19 untuk memperkuat hubungan dengan Indonesia, yang sangat membutuhkan investasi asing.
Profesor Tim Lindsey, Director of the Centre for Indonesian Law, Islam and Society pada University of Melbourne menjelaskan, Tiongkok selalu berupaya meningkatkan pengaruhnya di Indonesia dan juga di kawasan Asia Tenggara sejak lama.
BACA JUGA: Kenangan Tak Terlupakan di Bali Bikin Warga Australia Ini Menamai Anaknya Wayan
"Ini merupakan tugas berat di Indonesia, di mana setiap pemerintahan yang menjalin kerja sama dengan Tiongkok selalu menghadapi penentangan keras dari publik," katanya dalam wawancara dengan program Breakfast dari Radio National, Senin (14/6/2021).
Menurut Profesor Lindsey, salah satu masalah Indonesia yaitu selalu soal kinerja buruk dalam investasi asing.
BACA JUGA: Brutus
Presiden Jokowi kini beralih ke Tiongkok untuk menarik investasi asing. Teaser wawancara
"Tapi hal itu tidak mudah karena masyarakat Indonesia selalu menunjukkan sikap permusuhan dengan Tiongkok dengan berbagai alasan," jelasnya.
BACA JUGA: Australia Akan Keluarkan Visa Pertanian Untuk Negara ASEAN, Termasuk Indonesia
"Pertama, yaitu adanya sikap rasis yang sudah berlangsung lama dan pengalaman di masa lalu terhadap etnis Tiongkok."
"Kedua, Indonesia didirikan atas dasar penyingkiran terhadap Partai Komunis. Orang Indonesia sangat anti Komunis dan bahkan menjadi Komunis masih merupakan kejahatan sekarang ini."
"Jadi pasti sangat sulit bagi pemerintah Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan negara Komunis terkuat di dunia saat ini," urai Profesor Lindsey.
Ia mengatakan, bagi orang Indonesia, Tiongkok dilihat sebagai ancaman, terkait dengan ambisinya di Laut Tiongkok Selatan, campur tangan mereka di perairan Natuna, kapal-kapal penangkap ikan mereka yang beroperasi di zona ekonomi Indonesia.
"Jadi bagi Presiden Jokowi ini tugas yang amat sangat berat, antara mencoba menarik investasi dari Tiongkok dan mengatasi sentimen anti Tiongkok dari masyarakat di sisi lain," jelas Profesor Lindsey.
Menurutnya, hampir mustahil bagi seorang pemimpin Indonesia untuk secara terang-terangan memihak kepada Tiongkok.
"Secara politik, hal ini akan sangat berbahaya bagi seorang pemimpin Indonesia," jelasnya. Australia enggan berinvestasi di Indonesia
Menanggapi soal perdagangan bebas antara Indonesia dan Australia yang mulai berlaku pada Juli 2020 di tengah situasi pandemi, Profesor Lindsey mengatakan masalah utamanya terletak pada keengganan Australia untuk berinvestasi di Indonesia.
"Alasan utamanya yaitu karena Indonesia sebagai tujuan investasi masih sangat koruptif," katanya.
Menurut dia, Indonesia telah melakukan reformasi untuk mempermudah investasi namun hambatan-hambatan yang rumit masih tetap terjadi.
"Hal inilah yang menyebabkan investor Australia menghindari Indonesia sebagai tujuan investasi," ujarnya.
Dengan berlakunya perdagangan bebas kedua negara, menurut dia, yang mungkin terjadi lebih pada upaya investor Australia untuk mencoba-coba masuk ke pasar Indonesia.
Namun Profesor Lindsey mengatakan tidak melihat kemungkinan akan terjadi peningkatan besar-besaran investasi Australia di Indonesia setelah berlakunya perdagangan bebas kedua negara.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari laporan program Radio National
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Akan Keluarkan Visa Pertanian Untuk Negara ASEAN, Termasuk Indonesia