Pakar Epidemiologi: Kata Herd Immunity Bisa Jadi Harapan Palsu

Kamis, 12 Agustus 2021 – 23:13 WIB
Tenaga kesehatan menyiapkan suntikan vaksin Covid-19. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah gencar melakukan vaksinasi Covid-19 kepada sekitar 208 juta masyarakat Indonesia dengan tujuan menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity.

Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan herd immunity tidak bisa diwujudkan dalam waktu dekat.

BACA JUGA: Pimpinan DPD RI Dorong Pemerintah Turunkan Biaya Tes PCR

"Jangankan herd immunity ya, treshold (ambang, red) herd immunity saja sulit dicapai dengan mudah apalagi dalam waktu singkat," kata Dicky saat dihubungi JPNN.com, Kamis (12/8).

Dicky berharap penggunaan kata herd immunity tidak menjadi suatu harapan palsu bagi masyarakat, karena sulit untuk mewujudkannya di saat cakupan vaksinasi di Indonesia dinilai masih rendah dan kemunculan varian Delta.

BACA JUGA: Benarkah Penyintas Covid-19 Hanya Butuh Satu Dosis Vaksin Saja?

"Kita harus cukup bijak menggunakan kata-kata herd immunity ini. Jangan sampai jadi PHP (pemberi harapan palsu) nantinya karena cenderung makin sulit sekarang apalagi dengan angka reproduksi delta yang tinggi," tutur Dicky.

Mengenai program vaksinasi yang saat ini sedang dikejar pemerintah, Dicky menilai upaya tersebut merupakan strategi jangka pendek.

BACA JUGA: Ini 3 Kombinasi Vitamin Terbaik untuk Jaga Imun Selama Pandemi

"Vaksinasi itu di jangka pendek dan menegah saja untuk melindungi kasus infeksi, menurunkan kematian, dan mengurangi beban di fasilitas kesehatan," lanjutnya.

Dicky menyebutkan negara lain seperti Kanada dan Israel yang cakupan vaksinasinya lebih dari 50 persen belum bisa mengeklaim negara mereka telah mencapai herd immunity.

Selain cakupan vaksinasi Covid-19, indikator lain yang membuat herd immunity menjadi sulit diwujudkan ialah munculnya Variant of Concern seperti varian Delta, yang bisa menurunkan efikasi vaksin Covid-19 yang sudah ada.

Dicky mengaku khawatir istilah herd immunity yang belum bisa diprediksi waktu terwujudnya ini menciptakan kelalaian masyarakat dalam mewaspadai pandemi covid-19.

"Saya khawatir menjadi salah sangka dan rasa aman semua. Itu berbahaya sekali di masa pandemi yang masih panjang ini," tukas Dicky.

Menurut data cakupan vaksinasi nasional dari Kementerian Kesehatan pada Kamis (12/8), jumlah penerima vaksin dosis pertama telah mencapai 25,26 persen.

Kemudian, 12,69 persen dari target sasaran telah memenuhi vaksinasi dosis kedua.(mcr9/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Yessy
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler