Pakar Epidemiologi Sebut Pandemi Corona di Sumbar Berakhir pada Bulan..

Minggu, 03 Mei 2020 – 21:13 WIB
Ilustrasi swab test COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, PADANG - Pakar epidemiologi dari Universitas Andalas Defriman Djafri memprediksi kasus virus corona penyebab COVID-19 di Sumatera Barat akan mencapai puncaknya di angka 350 kasus dan itu terjadi pada 21 Mei atau saat masa Lebaran.

Defriman juga memperkirakan pandemi virus corona di Sumbar akan berakhir pada akhir Juni 2020.

BACA JUGA: Fakta Corona di Sumbar: Ternyata Ini Kelompok yang Paling Rentan

Namun, bila tak ada intevensi dan masyarakat tidak disiplin mematuhi aturan dalam mencegah penularan, maka kasus COVID-19 di Sumbar justru bisa melonjak.

“Prediksi saya, COVID-19 di Sumbar, akan berakhir pada akhir Juni,” ungkap Defriman yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Sabtu (2/5).

BACA JUGA: Masyaallah! 36 Pasien COVID-19 Pasar Raya Padang Pernah Kontak dengan Seribu Orang

Dia menjelaskan, prediksi tersebut didapat dari estimasi di dalam pertimbangan parameter secara default, yang dihitung sejak kasus awal dilaporkan pada 26 Maret 2020 lalu, dengan lima kasus.

“Kami coba simulasikan dengan pemodelan SIR istilahnya dalam epidemiologi. Kami menghitung laju dari orang yang rentan (susceptible) ke terinfeksi (infected), ke sembuh (recovered),” tuturnya.

BACA JUGA: Gawat! Corona Menyerang Sebuah Pabrik Pakaian di Bandung

Laju ketika dari rentan ke terinfeksi itu, sambung Defriman, dibagi dengan laju antara orang yang telah terinfeksi dan orang yang sembuh.

Hasilnya akan dibagi lagi berdasarkan waktunya, maka akan didapatkan estimasi tersebut.

“Nah dari pertimbangan itu ada istilahnya basic reproduction number atau R0-nya itu kami kondisikan dengan masa inkubasi 14 hari, dengan kontak reproduksinya adalah 2,5 kapabilitas,” paparnya.

Hal itu bisa menginfeksi dari satu orang menjadi dua orang. Lalu, dua orang tersebut akan bisa menginfeksi dua orang lagi. Begitu seterusnya dengan sifat ganda.

“Dari estimasi kami dari awal ternyata benar. Rata-rata terinfeksi empat orang per hari. Itu kami ambil berdasarkan pemodelan SIR. Kalau berdasarkan dari lab, kami enggak bisa melihat nilai hariannya karena ada hasil pemeriksaan yang delay,” sebutnya.

Doktor bidang epidemiologi dari Prince of Songkla University, Thailand ini memprediksi, puncak kasus positif Covid-19 di Sumbar akan mencapai 350 kasus pada 21 Mei atau saat masa Idulfitri.

“Namun perlu dicatat, itu kondisi jika tanpa intervensi. Tentu bisa saja over estimate atau under estimate. Estimasinya bisa saja tidak sampai segitu karena sudah ada imbauan jarak jarak dan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar),” katanya.

Namun sebaliknya, jika tidak ada perubahan perilaku masyarakat secara bersama-sama mencegah penularan, maka angka kasus Covid-19 di Sumbar bisa lebih dari 350 ribu.

Defriman mencontohkan, misal, 36 kasus positif COVID-19 di Pasar Raya Padang yang diduga telah melakukan kontak dengan 1.000 orang.

“Bayangkan, satu orang bisa menginfeksi kemungkinan 1.000 orang. Itu baru satu klaster penularan, kalau ada 350 titik penularan seperti itu di Sumbar, maka sudah sampai 350 ribu orang terinfeksi positif COVID-19,” jelasnya.

Setelah mencapai puncak pada masa Lebaran, diprediksi angka kasus positif Covid-19 di Sumbar akan menurun hingga mencapai nol kasus pada akhir Juni.

“Namun, ini tergantung dari intervensi dan kedisiplinan masyarakat dalam perilaku pencegahan COVID-19. Seperti mengikuti imbauan untuk psychal distance, dan menerapkan PSBB dengan kondisi yang sangat disiplin,” pungkas dosen lulusan S1 dan S2 Kesehatan Lingkungan dan Epidemiologi Universitas Indonesia ini. (esg/padangekspres)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler