jpnn.com, JAKARTA - Pakar inovasi Dr. Indrawan Nugroho menilai pertempuran bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) bak perjuangan David versus Goliath.
Hal itu merujuk pada kisah legendaris yang menggambarkan pihak kecil, lemah, dan tak diperhitungkan justru mampu mengalahkan musuh yang lebih besar, kuat, dan berpengalaman.
BACA JUGA: AMDK Galon Masih Dipercaya Paling Aman untuk Dikonsumsi, Ini Faktanya
Indrawan, founder dan CEO Corporate Innovation Asia (CIAS) ini mengatakan para merek pendatang baru AMDK, seperti Cleo, Club, dan Le Minerale rupanya telah menggoyang kemapanan Aqua sebagai pemimpin besar.
"Apa yang membuat kisah ini makin menarik adalah adanya gerakan masif dan strategis dari pemain kecil di industri ini yang berupaya menggoyang kedigdayaan penguasa pasar," ujar Indrawan, melalui kanal YouTube miliknya berjudul Ketika Si Kecil Melawan Raksasa AMDK. Siapa Tumbang? yang tayang pada 13 Juli 2023.
BACA JUGA: Pengamat: Persaingan di Industri AMDK Tidak Sehat Lagi, Presiden Harus Turun Tangan
Pasar AMDK di Indonesia sendiri sangat masif. Data dari Statista menyebut bahwa nilai pasar AMDK Indonesia pada 2022 mencapai USD 10,24 miliar atau Rp 152 triliun atau kelima terbesar di dunia yang digarap oleh 900 perusahaan dengan 2 ribu merek lebih. Statista juga meramal angka ini masih terus bertumbuh 26,5% dalam lima tahun ke depan menjadi USD12,95 miliar.
Berbagai merek pun menggunakan jurus masing-masing untuk merebut hati dan dompet masyarakat Indonesia, seperti Le Minerale yang disebut Indrawan menggunakan strategi pemasaran edukatif yang menekankan benefit air mineralnya yang mengandung unsur mineral baik.
BACA JUGA: Dinkes Yogyakarta: AMDK Galon Guna Ulang Sangat Aman Untuk Dikonsumsi
Merek Cleo mengibarkan pesan bahwa airnya mengandung oksigen murni yang seimbang sehingga menyegarkan. Berbagai merek pun aktif beriklan dan memperkuat saluran distribusinya dengan jurus masing-masing.
Sementara itu, Agus Hermanto dosen periklanan Universitaas Muhamadiyah Jakarta menyebutkan Le Minerale memiliki kekuatan dengan iklan yang gencar dan distribusi, alias placing yang massif.
"Le Minerale pun memberikan insentif yang lebih menarik ke jaringan distribusinya, sehingga mereka lebih tertarik memasarkan produk tersebut," jelas Agus ketika dihubungi awak media melalui sambungan telepon.
Agus melanjutkan, dalam strategi branding selain visi, dan misi, perlu juga eksistensi berkomunikasi ke pasar. Sebagai produsen, promosinya pun tak hanya ke masyarakat. Tapi juga pasar jaringan distribusi yakni pedagang kecil, besar, wholesaler.
Le Minerale yang didukung induknya, Mayora juga aktif menggelar CSR, seperti yang dilakukan di Bogor, dengan membangun secara cuma-cuma fasilitas foodcourt di berbagai lokasi bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor.
Sehingga kawasan UMKM pedagang kaki lima yang tadinya terlihat kurang layak menjadi sangat indah dan nyaman seperti di Foodcourt Sempur dan di Foodcourt Bogor Creative Center.
"Strategi ini lazim dalam marketing public relation, yakni trade promotion. Dengan program corporate social responsibility Mayora atau Le Minerale membangun foodcourt untuk pedagang kaki lima dan sebagai apresiasi dibangunkan tempat yang bagus secara gratis, pedagang mengutamakan menjual produk Mayora atau Le Minerale di sana,” jelas Agus.
Kesigapan dan kreativitas Le Minerale dalam strategi promosi dan distribusi ini pun berbuah positif. Pangsa pasarnya meningkat tahun. Kekuatan mereknya pun turut melesat.
Hal itu terlihat dari data Top Brand Index yang diriset oleh firma riset Frontier Research dan hasilnya ditampilkan setiap tahun dalam Top Brand Award. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh