Pakar Lingkungan: PLTA Solusi Atasi Perubahan Iklim

Kamis, 31 Agustus 2023 – 12:49 WIB
Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia sekaligus Founder/CEO Environmental Institute Mahawan Karuniasa saat berbicara pada Seminar Transisi Energi Menghadapi Perubahan Iklim di Universitas Sumatera Utara, Rabu (30/8/2023). Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia sekaligus Founder/CEO Environmental Institute Mahawan Karuniasa mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkontribusi memangkas emisi di Indonesia.

“PLTA ini adalah kontributor penting pangkas emisi dan tentu menjadi solusi mengatasi perubahan iklim. Bahkan faktor emisi dari subsektor pembangkit pada tahun 2050 jauh berkurang menjadi hanya 3 persen saja dibandingkan kebijakan tanpa percepatan,” kata Mahawan saat berbicara pada Seminar Transisi Energi Menghadapi Perubahan Iklim di Universitas Sumatera Utara, Rabu (30/8/2023).

BACA JUGA: Pemprov DKI Gandeng Ratusan Bengkel di Jakarta untuk Uji Emisi, Ada Kuota Gratis Tiap Hari

Seperti diketahui, Badan Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organisation (WMO) memperingatkan temperatur global kemungkinan besar akan terlampaui di atas 1,5 derajad Celsius secara temporer pada 5 tahun ke depan.

Menurut Mahawan, fakta tersebut tentu saja akan berdampak pada meningkatnya bencana hidrometeorologis seperti banjir, longsor, dan angin ekstrem di Indonesia.

BACA JUGA: Moeldoko: PLTA Kayan Bakal jadi Warisan Jokowi untuk Energi Bersih

“Transisi energi sangat penting untuk menghadapi perubahan iklim dan pada saat bersamaan untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat karena pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kesejahteraan," tegasnya.

Mahawan menambahkan sumber emisi Indonesia akan beralih dari aktivitas berbasis lahan ke sumber emisi dari sektor energi.

BACA JUGA: Begini Sikap Akmal Soal Masalah Pembangunan PLTA Kalumpang

"Oleh karena itu, agenda energi bersih Indonesia perlu prioritaskan PLTA selain penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) maupun Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) pada pembangkit yang masih menggunakan batubara," ujar Mahawan.

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara Rahmawaty menyampaikan dalam implementasi transisi energi, pembangunan pembangkit listrik dilapangan dapat diintegrasikan dengan manajemen konservasi serta pelestarian ekosistem hutan.

Seminar juga menghadirkan Dirjen EBTKE Zeira Salim Ritonga, Anggota DPRD Sumatera Utara serta Rektor Universitas Negeri Medan Prof. Bahruddin.

Sesuai Agenda Net Zero Emission (NZE), Indonesia akan mencapai emisi bersih atau seimbang antara emisi dan penyerapan yang dilakukan pada tahun 2060 atau lebih cepat.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler