Pakar Pendidikan: Siswa Harus Berpikir Layaknya Komputer

Kamis, 17 November 2016 – 19:10 WIB
Siswa SMP. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA--Adanya tantangan pada kurikulum pendidikan yang semakin dinamis, menjadikan Indonesia harus lebih peka.

Khususnya dalam membuat kerangka pendidikan strategis untuk menjawab kompetisi global abad 21 yang sarat dengan perkembangan teknologi dan informasi.

BACA JUGA: Mendikbud: 40 Jam di Sekolah agar Guru Fokus Mengajar

Hal tersebut menurut Pakar Pendidikan Abad 21 Indra Charismiadji  bisa dijawab melalui kerangka Computational Thinking.‎

Computational thinking merupakan sebuah pendekatan yang bisa menyempurnakan kualitas pembelajaran, dengan membantu menumbuhkan karakter kuat individu.

BACA JUGA: Perkuat PIP, Pendidikan Karakter, dan Kejuruan

Pendekatan ini dipercaya mampu mendukung generasi muda Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan, baik di dunia pendidikan saat ini, maupun persaingan kerja di masa depan.

"Computational Thinking menjadi dasar pengembangan metode pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and Math), sebuah metode pembelajaran efektif yang menggabungkan empat bidang utama yaitu, sains, teknologi, matematika, serta teknik," tutur Indra dalam seminar dan workshop bertema “Computational Thinking: Designing A Strategic Learning” yang diikuti para kepala sekolah dari 60 sekolah swasta di Jakarta, Kamis (17/11).

BACA JUGA: Alhamdulillah, Pencairan TPG Dipercepat

Dikatakan Indra, perkembangan dunia pendidikan sangat cepat, karena itu Indonesia harus menyesuaikan kurikulum agar bisa bersaing di era global.

Metode STEM mengajak siswa untuk mengintegrasikan mata pelajaran dan mengkorelasikannya dengan kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran melibatkan tujuh keahlian utama bagi siswa abad 21, yaitu, kolaborasi, kreatif, berpikir kritis, komputerisasi, pemahaman budaya, dan mandiri dalam belajar serta berkarir hingga siswa siap dalam menghadapi persaingan global.

"Saat ini materi kurikulum STEM telah dipersiapkan untuk di sekolah-sekolah dalam negeri. Kurikulum tersebut juga mengajarkan anak didik tentang computational thinking. Artinya, bukan sekadar belajar menekan tombol, melainkan belajar memecahkan masalah dengan teknologi, atau berpikir layaknya komputer,” ujar pria yang aktif di organisasi Dewan Pakar di Asosiasi Guru TIK / KKPI Indonesia (AGTIFINDO).

Salah satu institusi pendidikan yang mengimplementasikan Pendidikan Abad 21 adalah Sampoerna Schools System melalui Sampoerna Academy dan Sampoerna University. Pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts dan Math (STEAM) yang diterapkan Sampoerna Schools System, adalah representasi Pendidikan Abad 21 yang mengedepankan pendidikan project-based learning.

Siswa didorong untuk berpikir kreatif, analitis, dan berfokus pada solusi.

Kualitas-kualitas yang dibutuhkan individu untuk dapat berkompetisi di masa depan.

Head of Student Life Sampoerna University, Eddy Henry mengungkapkan, pendekatan STEAM diperkenalkan kepada siswa sejak taman kanak-kanak dan tingkat sekolah dasar, melalui pengajaran dan permainan yang mendorong mereka mampu memecahkan masalah sederhana.

Pada tingkat pendidikan menengah, hingga perguruan tinggi, siswa akan diberikan tingkat pemecahan permasalahan yang lebih kompleks.

"Mereka juga diperkenalkan bagaimana memanfaatkan alat bantu seperti komputer dan perangkat digital sesuai tujuannya," tandasnya.  (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Seluruh Produk Pendidikan Juga Harus Pakai SNI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler