jpnn.com, JAKARTA - Pakar epidemiologi dr Tifauzia Tyassuma memprediksi vaksinasi massal yang dilakukan pemerintah dengan anggaran triliunan rupiah terancam gagal dengan munculnya varian baru virus corona.
Apalagi vaksin yang ada saat ini merupakan eksperimental dan menggunakan basis virus yang ditemukan di awal pandemi.
BACA JUGA: Varian Baru Corona B117-UK Masuk Indonesia, DPR Pertanyakan Lemahnya Pengawasan Bandara
"Saat ini kan ada 220 lebih kandidat vaksin yang sedang dikembangkan dan yang sudah mendapatkan approval secara parsial (lokal) dan WHO itu baru tujuh. Nah bicara yang tujuh ini saja yaitu inactivated vaccine seperti yang sedang dijalankan di Indonesia, Sinovac," kata dokter Tifauzia di kanal YouTube Hersubeno Arief Point, Kamis (4/3).
Selain Sinovac ada juga Moderna, kemudian Pfizer-BioNTech, Gamaleya dengan vaksin Sputnik dan lainnya itu.
BACA JUGA: Varian Baru Corona B117-UK, Kemenkes Minta Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan
Semua vaksin itu dikembangkan selama setahun yaitu sejak Maret 2020 ketika di awal pandemi.
"Artinya mereka menggunakan modal dari virus yang ditemukan di bulan sebelumnya, mereka panen di laboratorium dengan memakai virus yang saat itu ada," katanya.
BACA JUGA: Varian Baru Corona B117-UK Sudah Masuk di Karawang, Ridwan Kamil: Jadi Kami Harus Bagaimana?
Nah, mulai Maret hingga saat ini ada sekitar 4.000 varian baru mutasi Covid-19.
Di lapangan selain varian B117 asal Inggris, juga B1526 di Amerika, B1351 di Afrika kemudian B1427/B1429 di Brasil dan Jepang.
Sebelumnya itu B1135 pada Oktober dan lainnya.
"Itu sudah dilaporkan oleh banyak peneliti di seluruh dunia, kemudian hal itu hasilnya dielaborasi dan perkiraan yang muncul itu ada 4.000 varian mutasi," sambungnya.
Dia mengaku, memang benar para peneliti di pabrik farmasi masing-masing hingga Desember 2020 mati-matian mengeklaim bahwa walaupun variannya banyak tetapi 99 persen masih kompatible secara genetik dengan virus yang ditemukan kemudian dikembangkan menjadi vaksin saat ini.
"Tetapi ini pertaruhannya ketika vaksin itu sudah disebarluaskan apakah benar-benar efektif? Kita baru lihat hasilnya itu paling cepat sekitar enam bulan dari sekarang," ujarnya.
Itu karena dari sekian ratus vaksin yang saat ini tengah dikembangkan dan tujuh di antaranya disetujui penggunannya semuanya itu eksperimental.
Vaksin yang baru lahir dari laboratorium dan baru dilakukan uji klinis hingga tahapan ketiga.
"Nah semua ini kan belum teruji di lapangan," tandasnya. (esy/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad