jpnn.com, BAMAKO - Mahkamah Konstitusi Mali pada Jumat (28/5) menyatakan Wakil Presiden Assimi Goita, kolonel angkatan darat yang memimpin kudeta militer pekan ini, sebagai presiden sementara.
Goita menjadi wakil presiden sementara setelah memimpin kudeta yang menggulingkan Presiden Ibrahim Boubacar Keita tahun lalu.
BACA JUGA: Presiden Macron Akui Peran Prancis dalam Genosida Rwanda
Pada Senin lalu, dia kembali berulah dengan memerintahkan penangkapan Presiden Bah Ndaw dan Perdana Menteri Moctar Ouane. Keduanya mengundurkan diri saat masih dalam penahanan Rabu lalu. Tidak lama setelah membuat keputusan itu, keduanya dibebaskan.
Pengadilan mengatakan dalam keputusannya bahwa Goita harus mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pengunduran diri Ndaw untuk memimpin proses transisi sampai pada kesimpulannya dan menyandang gelar presiden transisi.
BACA JUGA: Desmond Sebut KPK dan BKN Telah Mencederai Kehormatan Presiden Jokowi
Putusan itu menetapkan Mali pada jalur yang bertentangan dengan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) yang berpendirian bahwa negara tersebut harus tetap di bawah kepemimpinan sipil.
ECOWAS mengatakan dalam sebuah deklarasi bahwa wakil presiden transisi "dalam keadaan apa pun tidak dapat menggantikan presiden."
BACA JUGA: Gegara Urusan Reshuffle, Wapres Perintahkan Tentara Tangkap Presiden
Kepala negara ECOWAS dijadwalkan bertemu di Ghana pada Minggu. Mereka dan kekuatan Barat termasuk Prancis dan Amerika Serikat khawatir krisis politik dapat memperburuk ketidakstabilan di Mali utara dan tengah, markas bagi afiliasi regional al Qaeda dan ISIS.
Goita, seorang komandan pasukan khusus berusia 38 tahun, adalah salah satu dari beberapa kolonel yang memimpin kudeta terhadap Keita. Dia menggulingkan Ndaw setelah presiden sementara menunjuk kabinet baru yang mencopot dua dari pemimpin kudeta lainnya dari jabatan kementerian mereka.
Jumat malam, Goita mengatakan di televisi nasional bahwa dia akan menunjuk perdana menteri baru dari antara anggota koalisi M5-RFP, yang memimpin protes terhadap Keita tahun lalu dan berselisih dengan Ndaw dan Ouane selama transisi.
Jeamille Bitar, anggota koalisi, mengatakan pilihannya adalah Choguel Maiga, mantan menteri pemerintah. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil