PAN dan Muhammadiyah Bahas Hal Sangat Penting Bagi NKRI

Senin, 14 Juni 2021 – 20:50 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berfoto bersama Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta, Senin. (ANTARA/HO/PP Muhammadiyah)

jpnn.com, YOGYAKARTA - Pimpinan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertemu membahas hal penting bagi NKRI ke depan.

Kedua belah pihak sama-sama menyepakati bahwa polarisasi dalam kehidupan berbangsa harus terus diminimalisir.

BACA JUGA: Puan Mengingatkan Pemerintah Soal Rencana Belajar Secara Tatap Muka Juli ini

"Muhammadiyah dan PAN satu pandangan bagaimana kita terus berusaha memediasi agar polarisasi dalam kehidupan kebangsaan kita semakin minimal," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir di Yogyakarta, Senin (14/6).

Haedar menerima silaturahmi Ketua dan Anggota Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, DI Yogyakarta.

BACA JUGA: Ada Pesan Khusus dari Kemdagri Bagi DKPP

Haedar mengatakan dalam pertemuan tersebut hal paling penting dibahas adalah bagaimana Muhammadiyah, PAN, dan seluruh kekuatan masyarakat maupun kekuatan politik menjadikan persatuan nasional sebagai agenda utama dalam kehidupan kebangsaan.

Muhammadiyah dan PAN saling bertukar pandangan tentang kecenderungan polarisasi dalam kehidupan kebangsaan, termasuk hadirnya media sosial.

BACA JUGA: Pemerintah Ingin Revisi UU ITE, Begini Sikap NasDem

Haedar menuturkan bahwa keragaman sudah menjadi kultur Bangsa Indonesia yang pada akhirnya membentuk apa yang menjadi idiom, yakni 'Bhinneka Tunggal Ika'.

"Namun, seiring dengan perkembangan politik nasional maupun isu bersifat global, di sana sini ada perbedaan dalam menyikapi keragaman dalam tubuh bangsa ini baik soal Palestina yang dulu tidak ada polarisasinya, kemudian persoalan-persoalan dalam negeri," kata dia.

Haedar mengatakan Bangsa Indonesia boleh bertumbuh dalam dinamika politik budaya dan ekonomi, tetapi harus tetap menjaga Bhinneka Tunggal Ika, semangat persatuan, dan semangat gotong royong.

"Terlalu mahal harganya kalau bangsa ini pecah," kata dia.

Ia tidak ingin bangsa Indonesia terjebak dalam polarisasi menuju pada konflik dan perbedaan yang membawa pada disintegrasi nasional seperti di Uni Soviet dan Yugoslavia yang hancur dan gulung tikar karena perpecahan yang sangat sering.

"Maka kami berkomitmen untuk terus merawat persatuan, kebersamaan, dan integrasi bangsa ini."

"Kuncinya adalah komunikasi, toleransi, semangat untuk mengembangkan potensi, sifat damai, dan ikhtiar membangun berbagai program yang bersifat lintas satu sama lain," ujar Haedar.(Antara/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler