Selain mendeklarasikan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai capres 2014, Rakernas/Silatnas PAN yang akan dibuka di PRJ,Kemayoran, Jumat malam ini juga punya agenda untuk meresmikan tagline baru partai berlogo matahari ituTagline yang hanya terdiri dari dua kata itu berbunyi 'PAN merakyat'.
"Tagline itu bukan sebatas pencitraan
BACA JUGA: Ketum PAN Minta Hatta Rajasa Tak Perlu Khawatir soal Amendemen UUD 1945
Bagaimanapun bagi sebuah parpol, keberadaan simbol, doktrin, atau lambang bernilai penting untuk menguatkan ghiroh (semangat) kader partai," kata Ketua DPP PAN Bima Arya Sugiarto dalam diskusi di Rumah PAN, Jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan, (8/12).Turut berbicara peneliti dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Saleh Daulay
"Malulah kalau sudah PAN merakyat, ternyata tidak berpengaruh apa-apa
BACA JUGA: Jokowi Berpesan kepada PAN Hindari Politik Sektarian
Jadi, dari sini ada efek memicu dan memaksa," tegasnya.Tema diskusi sebagaimana tertulis di spanduk adalah "PAN Merakyat : Harapan dan Tantangan"
BACA JUGA: Rakernas PAN Putuskan Pasangan Capres-Cawapres 9 Agustus
Hal ini sempat disentil Qodari"Sudah ada di alam bawah sadar kita, ketika menulis kata rakyat, sepertinya harus berwarna merah," kata Qodari yang langsung disambut tawa puluhan peserta diskusi.Dia menyampaikan secara sosiologis, rakyat itu dimaknai sebagai wong cilik"Selama bertahun-tahun, istilah wong cilik itu identik dengan PDIP," ujarnya.
Qodari menyampaikan ketika lahir, segmen pemilih PAN mencakup kalangan Muhammadiyah, kalangan intelektual atau kampus, dan masyarakat perkotaanSaat mulai mencoba masuk ke level grass root, menurut Qodari, PAN terbukti gagalIni terbukti suara PAN justru merosot dari 7,12 persen pada pemilu 1999 menjadi 6,44 pada 2004 dan 6,03 persen pada 2009.
Padahal, dalam menghadapi 2009, PAN sudah mencoba menjadi partai yang lebih gaul dan terbuka dengan merekrut banyak artis Partai yang kala itu dinahkodai Sutrisno Bachir juga berusaha menarik simpati masyarakat pedesaan dengan kampanye 'satu desa satu miliar'Tapi, semua itu tak begitu sukses meningkatkan perolehan suara.
Karena datang dari 'kelas' yang berbeda, Qodari menduga, isu-isu populis semacam itu belum tersosialisasikan secara masif ke level bawah"PAN ini ibaratnya kendaraan on roadNggak ada yang punya kemampuan off road," katanya"Jadi, itu susahnya orang pintarKetika disuruh turun kelas sedikit, mengalami kegagapan intonasi," candanya.
Untuk mengembalikan kejayaan, Qodari menyarankan supaya PAN berkonsentrasi saja kepada tiga kategori segmen pemilih yang menjadi basisnya pada pemilu 1999Yakni, Muhammadiyah, intelektual, dan perkotaan"Lebih mudah mendekatinyaKalau ingin menggarap kelompok pedesaan masih agak jauh," katanya.
Dia juga mengingatkan kalau publik sampai sekarang masih mengasosiasikan PAN dengan Amien RaisPadahal, pada pemilu 1999, ketika Amien Rais tengah berada di puncak popularitasnya, PAN hanya memperoleh 7,12 persen suara"Jadi, tantangannya bagaimana PAN keluar dari bayang-bayang Pak Amien Rais itu," tegasnya.
Bima Arya Sugiarto sedikit memberi sanggahanMerujuk data exit poll Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada pemilu 1999, sekitar 60 persen suara PAN berasal dari pemilih perkotaan dan 40 persen pemilih pedesaanPada pemilu 2009, proporsinya sudah berbalik menjadi 60 persen pedesaan dan 40 persen perkotaan
"Jadi, ijtihad Mas Tris (Sutrisno Bachir) untuk menembus desa itu berhasilBasis PAN sudah bergeserMakanya, menggunakan tagline begini dan merah itu ada dasarnya," ujar Bima.
Dia menambahkan pada pemilu 2009, hanya sekitar 19 persen pemilih yang mengaku warga Muhammadiyah yang memilih PANSebagian besar justru memilih Partai DemokratTapi, berdasarkan surevi terbaru yang tak mau disebut Bima lembaga penyelenggaranya, menyebut angka itu sudah meningkat menjadi 26 persen.
"Warga Muhammdiyah yang sempat lari ke Partai Demokrat dan PKS pelan-pelan balik lagiPersepsi ditinggal Muhamdiyah sudah berubah," tegasnya
Dia menyebut PAN akan menjadi partai terbuka"Catch all parties, itu tren partai di seluruh dunia," katanyaDia tidak sepakat kalau langkah itu dianggap telah membuat ideologi PAN menjadi tidak jelas.
"Buat rakyat penting mana, ideologi atau makan, ya penting makanIdeologi memang sebagai dasar, tapi yang penting ujungnyaKalau ideologi hanya ideologi buat apa," tandasnya.
Burhanuddin Muhtadi menyarankan supaya PAN mengidentifikasi tokoh-tokohnya baik di level nasional, maupun lokal yang berpotensi menjadi vote gaterMenurut dia, tokoh adalah elemen partai yang paling mudah diindentifikasi dan dibedakan oleh rakyat
Sedangkan kampanye program, antar partai rata-rata normatif dan baik semua"Apalagi tagline, Golkar juga punya suara rakyat, suara Golkar," ingat Burhan(pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Info dari Bima Arya soal Ganjil Genap di Kota Bogor
Redaktur : Antoni