PAN Tak Temukan Kadernya Terlibat NII

Pastikan Ada Sanksi Pemecatan, Desak Juga Pemecatan PNS

Rabu, 04 Mei 2011 – 09:47 WIB
SEMARANG - Sejumlah elit partai langsung menanggapi pernyataan mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII) KW 9 tahun 1997-2003, Imam Supriyanto, yang menyatakan bahwa kader NII mulai disusupkan ke partai besarDi antaranya yakni dari Partai Amanat Nasional (PAN), yang dengan tegas menyebut akan memecat kadernya jika terlibat dalam gerakan tersebut.

Hal itu antara lain seperti disampaikan oleh Sekjen PAN Taufik Kurniawan

BACA JUGA: Kunker DPR ke Luar Negeri Masih Kucing -Kucingan

"Pastinya akan kami tindak sesuai AD/ART partai, jika ada kader yang terbukti terlibat NII," ungkapnya kepada wartawan di sela-sela acara Silaturrahim Paguyuban Perangkat Desa atau Praba Dipayuda se-Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, kemarin (3/5).

Taufik pun berargumen bahwa platform PAN yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, akan memerangi segala penyimpangan paham dan gerakan yang akan memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
"(Bahkan) Dari Ketua MPP Amien Rais dan Ketua Umum Hatta Rajasa (pun) selalu ditanamkan nilai Pancasila kepada kader kita," ucapnya.

Secara lebih tegas, Taufik menyatakan bahwa pihaknya bersyukur karena hingga saat ini tidak ditemukan satupun kader PAN yang terlibat dalam gerakan di bawah kepemimpinan AS Panji Gumilang yang tak lain adalah pimpinan Ponpes Al-Zaytun itu

BACA JUGA: PKB Ragu Partainya Yenny Bakal Lolos Verifikasi

Namun jika misalnya ditemukan pun, ia menegaskan bahwa sanksi hingga berupa pemecatan siap untuk diberlakukan.

"Di PAN ini, kita punya sistem perekrutan kader yang cukup ketat
(Prosesnya) Mulai dari kader masa pemilihan anggota, kader amanat dasar, hingga kader amanat madya

BACA JUGA: DPD Minta Pemerintah Kurangi Kebiasaan Berutang

Dan alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada pengurus PAN yang terlibat dalam gerakan tersebut," jelasnya lagi.

Berbicara lebih jauh, Taufik yang juga adalah Wakil Ketua DPR RI bidang Kesra itu, lantas mendesak Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB) berikut juga Mendagri, untuk tak ragu pula memecat pegawai negeri sipil (PNS) jika terlibat aktif dalam gerakan NII itu"Tidak ada alasan gerakan NII ini didiamkan oleh pemerintahKarena PNS harus taat pada sumpah Sapta Prasetya Korpri, yang patuh pada Pancasila dan UUD 45Jika ada PNS yang terlibat, maka harus dipecat," tegasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan acara silaturrahim tersebut, Taufik pun tak lupa mengimbau seluruh perangkat desa, agar ikut serta menangkal penyebaran pergerakan NII iniPasalnya menurutnya, korban dari pergerakan yang menyesatkan itu bukan hanya kalangan pelajar dan mahasiswa perkotaan, tetapi juga menyentuh warga pedesaan.

"Banyak aduan yang langsung disampaikan ke saya, bahwa ternyata korban doktrinisasi gerakan NII ini bukan hanya dialami masyarakat kotaTetapi (mereka) juga mengincar para pelajar di pedesaanBahkan, ada korban penculikan pelajar di desa yang hingga saat ini belum ditemukanUntuk itu, seluruh perangkat desa harus aktif memantau pergerakan ini, dan (jika ada) mengadukannya ke aparat setempat untuk segera diberantas," ujar Taufik.

Taufik pun kembali menegaskan bahwa ajaran NII jelas sudah menyimpang dari norma agama yang ada di negeri iniBahkan katanya, gerakan NII ini sudah disamaratakan dengan aktivitas teroris yang menghadirkan ketakutan di tengah masyarakat.

"Sungguhpun ada tanggapan yang menyatakan bahwa NII (sebenarnya) tidak membuat perpecahan NKRI, tetapi pemahaman NII kepada pengikutnya sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun di negeri ini(Antara lain) Yakni menghalalkan adanya pencurian yang dilakukan seorang anak terhadap harta orangtuanya ataupun harta orang lain, demi membiayai sektenyaJadi, sekali lagi, ini harus diberantas dan ditangkal sejak dini oleh perangkat desa, yang menjadi barisan terdepan dalam memantau aktivitas warga," ucapnya tegas(dil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK: Jangan Pilih Calon yang Suka Tebar Uang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler