jpnn.com - JAKARTA – Pernyataan Effendi Simbolon mengaitkan sikap tiga partai politik asal Koalisi Merah Putih (KMP) yang berubah haluan mendukung pemerintahan Jokowi-JK dengan budaya Melayu, memantik reaksi.
Masyarakat Melayu di Kepulauan Riau merasa kesal. Pasalnya, pernyataan politikus PDIP itu menyiratkan demokrasi ala Melayu menjadi berkonotasi negatif.
BACA JUGA: Pimpinan Honorer K2 Klaim Diintimidasi Intel
Budayawan Kepulauan Riau, Husnizar Hood menganggap pernyataan Effendi sebagai sebuah pelecehan tak mendasar. Analogi yang digunakan juga tidak mencerminkan realitas sebenarnya.
"Ini sangat melukai kami. Karena itu, Effendi harus datang ke Penyengat dan meminta maaf pada orang Melayu. Kenapa harus ke Penyengat, itu adalah titik temu orang Melayu," ujar adik kandung tokoh pembentukan Provinsi Kepri, Huzrin Hood itu, seperti diberitakan batampos.co.id.
BACA JUGA: Honorer K2, Diacuhkan Jokowi, Disayang DPR
Sebelumnya, Effendi secara blak-blakan menyebut bergabungnya tiga partai politik asal Koalisi Merah Putih (KMP) ke kabinet Presiden Joko Widodo merupakan bentuk politik ala Melayu yang tidak punya idealisme. Sebab, PAN, PPP dan Golkar sebelumnya memang menjadi pendukung Prabowo Subianto di pemilu presiden 2014 lalu.
“Mungkin demokrasi ala Melayu begitu ya. Enggak punya idealisme. Kan beda kalau zaman dulu ada ideologi. Kalau sekarang pragmatisme, transaksional semua,” kata Effendi, Senin (8/2).
BACA JUGA: 6 Tersangka Suap Musi Banyuasin Segera Disidang
Husnizar mengatakan, penyebutan Melayu sebagai bangsa yang pragmatis dan mengedepankan unsur transaksional semata itu juga bukan analogi yang tepat. Husnizar pun menyarankan Effendi belajar budaya Melayu.
"Jangan rendahkan Melayu. Bercakap biar beradab. Bertutur biar teratur," ucap pria yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Kesenian Provinsi Kepulauan Riau ini. (BP/JPG/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus Golkar: Hentikan Stigma Pelemahan KPK
Redaktur : Tim Redaksi