jpnn.com, JAKARTA - Industri telekomunikasi dan informatika cukup efektif menjadi dongkrak perekonomian nasional.
Kontribusi industri telekomunikasi pada ekonomi naisonal tak bisa diremehkan karena berada di bawah industri pengolahan, pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan, dan konstruksi.
BACA JUGA: Merger di Industri Telekomunikasi Dinilai Membawa Efek Positif
BPS mencatat pada 2020 industri padat modal tersebut menyumbang 4,51 persen PDB Indonesia.
Angka itu menanjak dari 3,96 persen pada 2019.
BACA JUGA: Indonesia Potensial Jadi Penghubung Jaringan Telekomunikasi Seluruh Dunia
Research Analyst MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo menyebut melihat peluang tersebut pemerintah terus mendorong industri telekomunikasi.
Salah satunya dengan mempermudah konsolidasi industri telekomunikasi.
BACA JUGA: 5 Operator Jaringan Telekomunikasi Wilayah Terdampak Gempa Aman
"Apalagi di dalam UU Cipta Kerja, pemerintah memberikan kemudahan perusahaan telekomunikasi untuk melakukan merger dan akuisisi," ucap Andrew.
Menurut dia, beberapa operator telekomunikasi merespons positif terhadap penyehatan industri ini.
Dia mencontohkan merger Indosat yang melakukan merger dengan Hutchison 3 Indonesia (H3I). Selain itu dalam waktu dekat XL Axiata juga berencana mengakuisisi Link Net.
Andrew menilai merger akuisisi di industri telekomunikasi merupakan keniscayaan.
Selain menjadi trending topic di Indonesia tujuan merger akuisisi ini adalah untuk menyehatkan perusahaan telekomunikasi.
"Dengan merger atau akuisisi perusahaan telekomunikasi seperti XL dan Link Net maupun Indosat H3I, mereka akan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki," beber Andrew.
Selain itu, merger Indosat H3I mengoptimalkan sumber daya yang mereka miliki salah satunya, dengan penggabungan alat produksi (frekuensi dan BTS) yang mereka miliki.
"Selama ini jangkauan jaringan 4G H3I lebih kecil dari Indosat. Dengan merger mereka dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki," ucapnya.
Kemudian, lanjut Andrew, merger XL dan Link Net, akan memberikan dampak kenaikan jumlah pelanggan fixed broadband yang dimiliki XL naik signifikan.
Andrew juga menyoroti merger XL Link Net yang dinilai cukup baik.
Keduanya membentuk bisnis anak usaha Axiata Bhd yang bakal menyamai bisnis yang Telkom.
Axiata Bhd memiliki seperti jaringan selular dan fixed broadband. Apalagi revenue, EBITDA dan net profit Telkom merupakan yang terbaik di industri telekomunikasi.
"Merger XL Link Net akan memperkuat posisi XL sebagai penyelenggara fixed broadband dan ingin memiliki bisnis model yang sama dengan Telkom dalam penggelaran fixed broadband," bebernya.
Terlebih, Andrew melanjutkan di era 5G nanti keberadaan fixed broadband dan fiber optik sangat vital bagi pertumbuhan industri telekomunikasi.
"Akuisisi Link Net oleh XL diharapkan akan semakin meningkatkan kecepatan mobile internet XL,"terang Sebastian.
Keuntungan lain merger, menurutnya, akan memberikan harapan perbaikan terhadap kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi.
Konsolidasi ini diharapkan meredam perang harga antar operator makin berkurang.
Andrew menyebut berkurangnya perang harga operator telekomunikasi berpotensi meningkatkan kinerja keuangannya.
"Sehingga, memiliki kemampuan untuk menggelar jaringan dan meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan. Terlebih lagi disaat yield data operator telekomunikasi terus mengalami penurunan.
Selain itu, berpotensi meningkatkan peningkatan jaringan serta mengadopsi teknologi baru. Apa lagi bisnis layanan internet kedepan akan mengutamakan kualitas layanan kepada pelanggan.
"Merger ini sangat strategis sebagai salah satu upaya untuk menyehatkan industri telekomunikasi agar tidak terjadi perang harga,"ungkap Andrew.
Oleh karena itu, Andrew mengharapkan pemerintah dapat segera membuat aturan agar operator tak lagi melakukan perang harga.
Jika operator terus melakukan perang harga, Andrew percaya cita-cita konsolidasi untuk menyehatkan industri telekomunikasi tak akan tercapai.
"Harusnya dengan kebutuhan masyarakat yang tinggi akan broadband, revenue operator harusnya meningkat," bebernya.
Namun, Andrew melihat harga layanan data di Indonesia termasuk yang terendah di dunia.
"Agar data yield tak semakin terperosok, pemerintah harus membuat aturan batas atas dan bawah layanan telekomunikasi,"ungkap Andrew. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia