Pandji Pragiwaksono dan Jurus Kalahkan Pembajakan

Rabu, 28 Oktober 2015 – 21:25 WIB
Pandji Pragiwaksono. FOTO: JAWA POS

jpnn.com - SAAT musisi mengeluh tentang pembajakan dan minimnya kesadaran masyarakat mengonsumsi konten legal, Pandji Pragiwaksono malah menerapkan langkah berani. Dia membagikan download link legal secara gratis untuk lagu-lagu karyanya. Keren! 

Dia mampu survive dengan cara itu.

BACA JUGA: Luhut Anggap Pansus Asap hanya Timbulkan Polemik

Pada era musik digital seperti sekarang, sulit sekali memaksa masyarakat untuk mengonsumsi konten legal. 

Kalaupun pemerintah berhasil memberangus jutaan situs penyedia musik ilegal, belum tentu masyarakat mau mengeluarkan duit untuk membeli karya musisi. Pandji Pragiwaksono setuju, ini adalah krisis. 

BACA JUGA: Menteri Tjahjo Ungkap Penyebab Penyalahgunaan Dana Bansos

Ya, bagi dia, krisis yang dihadapi dunia musik tanah air bukanlah pembajakan atau maraknya situs download tak resmi. "Tapi, keengganan untuk berubah," ucapnya. 

Di era sekarang, ketika format fisik bergeser ke digital, musisi Indonesia harus mau belajar banyak. Tidak hanya dari sisi musik, tapi juga dunia digital, sisi bisnis, dan marketing

BACA JUGA: Walhi: Jokowi Menyerahkan Penyelesaian Kebakaran Hutan kepada Hujan.. hihihi

Kalau mau menyalahkan pembajakan, kata Pandji, hanya buang-buang energi. "Pembajakan mah ada terus, nggak akan hilang," ujar pria kelahiran Singapura, 18 Juni 1979, tersebut. 

Berbeda halnya dengan mengalahkan pembajakan. "Artinya, kita tahu pembajakan itu ada. Tapi, kita punya strategi untuk menaklukkannya," tegas musisi rap yang juga aktor, host, dan stand-up comedian tersebut.

Lihat saja cara Pandji. Dia membagikan tautan download legal secara gratis di website. Nah, dengan cara itu, dia mampu mendapatkan income Rp 100 juta dalam waktu 10 hari. Prinsipnya, freemium. Jadi, di download page tersebut, ada banner iklan. Dengan menggratiskan download, traffic di situs menjadi sangat tinggi.

Nah, traffic itu yang diserahkan kepada pihak sponsor. Jadi, semua pihak mendapatkan manfaat. 

"Saya senang banyak yang dengerin musik saya, penikmat musik senang dapat musik yang mereka inginkan secara gratis, legal pula," papar Pandji. "Sponsor pun happy karena mendapat market yang sesuai," lanjut ayah dua anak tersebut.

Langkah cerdas itu diterapkan Pandji ketika meluncurkan album ketiganya, Merdesa, pada 2010. 

Deal yang dibuatnya dengan sponsor adalah Rp 100 juta untuk 10 ribu page views. Awalnya, dia berpikir jumlah views sebanyak itu tercapai dalam waktu tiga bulan. "Ternyata, hanya perlu 10 hari," katanya bangga.

Prinsip freemium merupakan model bisnis yang layanan utamanya gratis. Tapi, ketika ingin layanan yang lebih premium, customer harus membayar. Manfaat serupa didapat Pandji. Dengan membagikan format digital lagunya gratis, ketika mengeluarkan album fisik, tetap dibeli.

Pada album berikutnya, 32 (2012) Pandji mengganti strategi. Dia ingin memfokuskan diri pada penjualan fisik. Dia memilih membuat platform toko online sendiri di www.wsydnshop.com. Semua album Pandji ada di sana, baik versi digital maupun fisik.

"Problem" selanjutnya yang dihadapi musisi Indonesia adalah rendahnya apresiasi masyarakat terhadap karya mereka. Hal itu disikapi Pandji dengan positif. Menurut dia, sebenarnya fokusnya bukan pada customer, tapi musisinya. 

Dia mencontohkan Slank dan Slankers. Slankers sejati rela menabung berbulan-bulan demi membeli album Slank, sebagai bentuk dukungan bagi band favorit. 

"Pertanyaannya, apakah semua pemusik punya hubungan seperti itu dengan fansnya? Jangan-jangan si musisi hanya melihat fans sebagai konsumen," ujar Pandji. 

Padahal, jika musisi berfokus pada hubungan baik dengan fans, membangun kepercayaan, memba-ngun komunitas, karya mereka akan dihargai. Kini, makin musisi yang memahami hal itu dan menjalankan strategi serupa meski dengan cara masing-masing. (nor/c7/na)

 

(Sejumlah sosok ini diangkat pada Edisi Khusus Jawa Pos-Induk JPNN. Mereka adalah para pemuda-pemuda yang tidak menangis dalam kondisi runyam yang menerjang diri, lingkungan atau bangsanya. Dengan tekad baja, mereka bergerak untuk mengubah kondisi eksternal yang yang tidak menguntungkan. Merekalah penantang krisis. Persona yang dengan sigap menyerap stamina dan antusiasme sebesar pendahulu mereka, peserta Kongres Pemuda II di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, 26-28 Oktober 1928.)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Tujuh Daerah Yang Diduga Pangkas Anggaran Pengawasan Pilkada


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler